skip to main | skip to sidebar

About me

Foto Saya
Fraintika Anggraeni
Fraintika Anggraeni kerap disapa Weje, Atun, atau Tuk-tuk. Punya persepsi sendiri tentang segala hal, tapi selalu terbuka terhadap persepsi orang lain. Tiap tahun ada masanya. Tiap masa ada tahunnya. Belajar legowo dan terima kenyataan :)
Lihat profil lengkapku

Subscribe To

Postingan
    Atom
Postingan
Semua Komentar
    Atom
Semua Komentar

Kalendar

research paper essay Free Calendar

Clock clock

Archivo del blog

  • ► 2017 (7)
    • ► September (1)
    • ► Agustus (1)
    • ► Januari (5)
  • ► 2016 (13)
    • ► Desember (4)
    • ► April (1)
    • ► Maret (3)
    • ► Februari (2)
    • ► Januari (3)
  • ▼ 2015 (14)
    • ► September (2)
    • ► Juni (2)
    • ► Mei (2)
    • ► April (2)
    • ▼ Maret (2)
      • Kita adalah . . . .
      • Kala
    • ► Februari (4)
  • ► 2014 (49)
    • ► November (2)
    • ► Oktober (2)
    • ► Agustus (3)
    • ► Juni (11)
    • ► Mei (4)
    • ► April (11)
    • ► Maret (6)
    • ► Februari (4)
    • ► Januari (6)
  • ► 2013 (40)
    • ► November (5)
    • ► Oktober (3)
    • ► September (3)
    • ► Juli (3)
    • ► Februari (23)
    • ► Januari (3)
  • ► 2012 (30)
    • ► Desember (1)
    • ► November (11)
    • ► Oktober (6)
    • ► September (12)
  • ► 2010 (2)
    • ► November (1)
    • ► September (1)

Label

  • Cerpen (2)
  • Curhats (30)
  • Informatif (2)
  • Me and My Friends (7)
  • Owl City Lyrics (5)
  • Puisi (11)

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Info

Rumah Dijual di Bintaro

Pengunjung

Lencana Facebook

Fraintika Anggraeni

Buat Lencana Anda

F R A I ' S

Ketika perkataan bisa berubah di lidah, namun dalam aksara, kata akan tetap sama :)

Senin, 30 Maret 2015

Kita adalah . . . .

Aku sama sekali tak pernah mau terjebak lagi. Sama sekali tak mau. Aku sudah cukup dapat mengecap yang namanya pahit, masam, dan getir. Aku sekali ini yakin kau tau semua maksudku. bahkan ketika aku memandangmu dalam-dalam. Ketika aku menghujamkan pandanganku tepat di bola mata kemudian aku berusaha menarikmu agar mengerti semua yang kukatakan lewat tatapan. Aku bahkan percaya kau sudah hapal dengan semuanya.

Ya, tapi aku sudah terlalu mengerti dengan semua ini. Tentang kalian yang pasti memiliki sisi berengsek yang tak bisa begitu saja dimaafkan.
Aku tak mau lagi terjebak. Aku akan membiarkan diriku mencair dan larut bersamamu. Walau sesungguhnya aku dan kamu itu bagai minyak dan air. Unsur utama kita tak dapat saling bersatu. Kau tahu maksudku? Aku yakin dan percaya, kau pasti tahu.

Tak ada yang kuungkapkan. Tak akan ada hal yang akan membuatku demikian. Kita akan berjalan beriringan. Entah kenapa, aku hanya ingin tertawa dan membiarkanmu tumpah padaku selalu. Betapa diksi dapat membuat kita terdiam (Kiki, 2015). Betapa situasi tak dapat terwakilkan oleh bahasa. Ya, kita hanya terdiam dalam diam. Atau hanya aku yang diam? Atau hanya aku yang ternggelam. Atau hanya aku yang . . . .

Sekali ini aku akan membiarkan nafasku larut dan membiarkanku berjalan sesuai waktu. Aku akan beku oleh waktu. Tak akan memaksamu. Karena pada hakikatnya kita adalah unsur yang tak dapat bersatu.

Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 17.00 0 komentar

Kala

Kemudian hening dalam hitam
Tak ada pusing atau pening
Hanya diam dalam hitam
Malamnya cepat datang
Tanpa bersua senja
Harinya usai

Ia berusaha ada
Dengan energi yang nyaris tak bersisa
Entah kenapa aku diam dalam hitam
Dalam-dalam dalam hitam
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 16.38 0 komentar
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Blog Design by Gisele Jaquenod