skip to main | skip to sidebar

About me

Foto Saya
Fraintika Anggraeni
Fraintika Anggraeni kerap disapa Weje, Atun, atau Tuk-tuk. Punya persepsi sendiri tentang segala hal, tapi selalu terbuka terhadap persepsi orang lain. Tiap tahun ada masanya. Tiap masa ada tahunnya. Belajar legowo dan terima kenyataan :)
Lihat profil lengkapku

Subscribe To

Postingan
    Atom
Postingan
Semua Komentar
    Atom
Semua Komentar

Kalendar

research paper essay Free Calendar

Clock clock

Archivo del blog

  • ► 2017 (7)
    • ► September (1)
    • ► Agustus (1)
    • ► Januari (5)
  • ▼ 2016 (13)
    • ► Desember (4)
    • ▼ April (1)
      • Teruntuk lelaki yang selalu membuatku menangis
    • ► Maret (3)
    • ► Februari (2)
    • ► Januari (3)
  • ► 2015 (14)
    • ► September (2)
    • ► Juni (2)
    • ► Mei (2)
    • ► April (2)
    • ► Maret (2)
    • ► Februari (4)
  • ► 2014 (49)
    • ► November (2)
    • ► Oktober (2)
    • ► Agustus (3)
    • ► Juni (11)
    • ► Mei (4)
    • ► April (11)
    • ► Maret (6)
    • ► Februari (4)
    • ► Januari (6)
  • ► 2013 (40)
    • ► November (5)
    • ► Oktober (3)
    • ► September (3)
    • ► Juli (3)
    • ► Februari (23)
    • ► Januari (3)
  • ► 2012 (30)
    • ► Desember (1)
    • ► November (11)
    • ► Oktober (6)
    • ► September (12)
  • ► 2010 (2)
    • ► November (1)
    • ► September (1)

Label

  • Cerpen (2)
  • Curhats (30)
  • Informatif (2)
  • Me and My Friends (7)
  • Owl City Lyrics (5)
  • Puisi (11)

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Info

Rumah Dijual di Bintaro

Pengunjung

Lencana Facebook

Fraintika Anggraeni

Buat Lencana Anda

F R A I ' S

Ketika perkataan bisa berubah di lidah, namun dalam aksara, kata akan tetap sama :)

Jumat, 08 April 2016

Teruntuk lelaki yang selalu membuatku menangis

Setiap cerita pasti berawal dari sebuah pengalaman nyata, baik yang terjadi di dalam kehidupan pribadi seseorang maupun kehidupan yang disaksikan oleh indera-indera seseorang. Teruntuk engkau, wahai lelaki yang acap kurindukan, entah rinduku akan berakhir di mana namun rasa-rasanya, rindu ini akan senantiasa melekat kuat dan hebat.

Sayang sekali rasanya, tak berapa lama kita bertemu. Namun sejatinya, kala aku mengingat segala hal tentangmu, air mata ini senantiasa seketika membeludak dan meleleh panas di pipi. Kemudian aku langsung terlempar jauh ke beberapa tahun kala kita masih bersama.

Hingga kini, aku selalu masih membayangkan, bagaimana keadaanku jika kau masih di sisiku dan menemaniku sampai saat ini, bagaimanapun keadaanmu. Aku masih membayangkan, betapa aku mempunyai cerita yang sama dengan manusia lain yang memilikimu dan bisa membuatmu tersenyum.

Hingga kini, aku masih berlinangan air mata kala mengingat segala hal tentangmu. Aku bukan terlalu cengeng. Aku hanya rindu sekali akan dirimu. Namun bagaimanapun, aku hanya bisa menangis panas.

Aku masih terbayang aura, senyum, marah, dan garis wajahmu. Namun rasa-rasanya aku tak pernah mau terlalu larut dalam ilusi bayanganmu. Lagi-lagi itu hanya membuatku tersedu.
Betapa kau mengajariku banyak hal dengan waktu yang sesingkat itu. betapa kau meninggalkanku secepat itu. dan hingga kini, aku masih membayangkan kau masih ada denganku.
Teruntuk lelaki hebat yang acap membuatku menangis.

Aku hanya dapat mengenang kembali masa-masa yang amat lama. Mengenang ketika betapa bahagianya aku ketika kau mengantarku ke sekolah dan membelikanku biskuit coklat untuk bekal. Mengenang ketika kau menjanjikanku jalan-jalan saat aku berani mengikuti imunisasi di sekolah. Mengenang ketika kau mengajakku makan di kedai makanan sepulang sekolah. Membelikanku es bon-bon jika puasaku penuh. Membelikan sepatu dan tas baru saat nilaiku bagus. Hanya sebatas itu.
Awalnya, aku tak pernah punya nyali untuk bertegur sapa denganmu karena kau  selalu dalam keadaan lelah. Aku sama sekali tak berani menjatuhkan pena dari atas laci lemari ketika kau tertidur. Aku selalu takut membuatmu terbangun. Aku selalu segan meminta uang jajan karena aku tak yakin kau tahu berapa uang jajan yang biasa diberikan kepadaku. Aku tak pernah berani meminta dua kali saat kau berkata “tidak”.

Dan kini, entah apa rasanya, menyesal mungkin, karena tidak pernah mengenalmu lebih dalam lagi.
Kemudian kini, terkadang aku tak pernah mempercayai seorang lelakipun, kecuali kau. Hanya kau lelaki yang sangat kurindukan. Bahkan, rasa-rasanya tak akan pernah ada lelaki yang mampu menggantiikanmu.

Wahai lelaki yang selalu membuatku berusaha, tujuh tahun bukan waktu yang singkat dan bukan pula waktu yang lama. Aku telah merindukanmu selama itu dan aku masih terus akan menyambung rindu sampai akhir hayatku. Semoga kelak kita dipertemukan kembali dan kau akan membawakanku sekotak es bon-bon manis dan biskuit cokelat. Semua tentangmu, selalu membuatku melayangkan doa dan air mata.


Wahai lelaki yang telah tenang di surga, aku merindukanmu dan akan selalu merindukanmu.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 12.21 0 komentar
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Blog Design by Gisele Jaquenod