Dingin menyelimuti
Panas menerangi
Untuk kesekian musim
Kau hilang di makan zaman
Kemana mesti ku cari
Ceceran bayangmu
Potongan nafasmu
Bongkahan jiwamu
Mana kau tau aku letih berdiri
Puing-puing hatiku nyaris mati
Aku diam dengan semilir-semilir sepi
Nada angan-angan berputar kencang diatas kepalaku
Seakan mengisyaratkan
Kau bakal datang
pulang
dengan segala kepastian
Aku masih meringkuk diselimuti dinginnya sepi
Dan berusaha menghela nafas walau galau menampari
Hujan yang berdendang
dan wangi tanah beselayang
Semuanya hadir mengharapmu berfikir
ini bukan takdir
tapi kau yang membuatku enggan berakhir
Sepii semilir
hujan berdendang
aku nyris mati bagai pecundang
aku yakin kau tertawa lantang bagai pemenang
Kau merasa menang
padahal kau pecundang
Pulanglah pecundang
Aku merindukan potongan nafasmu
jangan biarkan aku mati dengan gelar pecundang abadi
yang dikubur bersama semilir sepi
Panas menerangi
Untuk kesekian musim
Kau hilang di makan zaman
Kemana mesti ku cari
Ceceran bayangmu
Potongan nafasmu
Bongkahan jiwamu
Mana kau tau aku letih berdiri
Puing-puing hatiku nyaris mati
Aku diam dengan semilir-semilir sepi
Nada angan-angan berputar kencang diatas kepalaku
Seakan mengisyaratkan
Kau bakal datang
pulang
dengan segala kepastian
Aku masih meringkuk diselimuti dinginnya sepi
Dan berusaha menghela nafas walau galau menampari
Hujan yang berdendang
dan wangi tanah beselayang
Semuanya hadir mengharapmu berfikir
ini bukan takdir
tapi kau yang membuatku enggan berakhir
Sepii semilir
hujan berdendang
aku nyris mati bagai pecundang
aku yakin kau tertawa lantang bagai pemenang
Kau merasa menang
padahal kau pecundang
Pulanglah pecundang
Aku merindukan potongan nafasmu
jangan biarkan aku mati dengan gelar pecundang abadi
yang dikubur bersama semilir sepi
0 komentar:
Posting Komentar