skip to main | skip to sidebar

About me

Foto Saya
Fraintika Anggraeni
Fraintika Anggraeni kerap disapa Weje, Atun, atau Tuk-tuk. Punya persepsi sendiri tentang segala hal, tapi selalu terbuka terhadap persepsi orang lain. Tiap tahun ada masanya. Tiap masa ada tahunnya. Belajar legowo dan terima kenyataan :)
Lihat profil lengkapku

Subscribe To

Postingan
    Atom
Postingan
Komentar
    Atom
Komentar

Kalendar

research paper essay Free Calendar

Clock clock

Archivo del blog

  • ► 2017 (7)
    • ► September (1)
    • ► Agustus (1)
    • ► Januari (5)
  • ► 2016 (13)
    • ► Desember (4)
    • ► April (1)
    • ► Maret (3)
    • ► Februari (2)
    • ► Januari (3)
  • ► 2015 (14)
    • ► September (2)
    • ► Juni (2)
    • ► Mei (2)
    • ► April (2)
    • ► Maret (2)
    • ► Februari (4)
  • ► 2014 (49)
    • ► November (2)
    • ► Oktober (2)
    • ► Agustus (3)
    • ► Juni (11)
    • ► Mei (4)
    • ► April (11)
    • ► Maret (6)
    • ► Februari (4)
    • ► Januari (6)
  • ▼ 2013 (40)
    • ► November (5)
    • ► Oktober (3)
    • ► September (3)
    • ► Juli (3)
    • ► Februari (23)
    • ▼ Januari (3)
      • Crazeeeeeh
      • Berdebar-debaaaar
      • Jogja dengan Sebuah Pelajaran Berharga
  • ► 2012 (30)
    • ► Desember (1)
    • ► November (11)
    • ► Oktober (6)
    • ► September (12)
  • ► 2010 (2)
    • ► November (1)
    • ► September (1)

Label

  • Cerpen (2)
  • Curhats (30)
  • Informatif (2)
  • Me and My Friends (7)
  • Owl City Lyrics (5)
  • Puisi (11)

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Info

Rumah Dijual di Bintaro

Pengunjung

27871

Lencana Facebook

Fraintika Anggraeni

Buat Lencana Anda

F R A I ' S

Ketika perkataan bisa berubah di lidah, namun dalam aksara, kata akan tetap sama :)

Senin, 14 Januari 2013

Jogja dengan Sebuah Pelajaran Berharga


Hari ini Senin, 14 Januari 2013, tadi siang, sekitar pukul 11.30 aku mengantar temanku, Shanty beli tiket kereta di Stasiun Tugu, setelah itu kami memutuskan untuk jalan-jalan sebentar menyusuri jalanan Malioboro. Sepi tadi, mungkin masa liburan sudah usai dan ini bukan akhhir pekan. Aku sedikit bersyukur karena tidak perlu menahan pusing karena melihat begitu banyak manusia berlalu lalang.

Cukup lelah menyususri jalan Malioboro apalagi dengan menggunakan flatshoes yang membuat kakiku sangat sakit. Kami berhenti sejenak, kemudian duduk-duduk. Jarang sekali aku pergi kesana, mungkin saking sibuknya kami dan tidak cukupnya waktu yang kami punya. Setelah usai rehat sejenak, kami meneruskan perjalanan dengan menggunakan transjogja. Menelusuri kota Jogja dari atas bis, cukup menyenangkan dan cukup membuatku mengantuk.

Tapi ada satu pemandangan yang cukup membuatku miris. Ketika kami transit dari jalur 1A menuju 3A, tepatnya di daerah Janti, Shanty melihat seorang Bapak tua yang mencuci mukanya dengan air comberan. Ya, air comberan, semi ber-wudhu. Miris sekali, kenapa Bapak itu melakukannya ? kenapa ? Apa dia tidak menemukan sumber air bersihkah ? Ya Tuhaaan, aku miris melihatnya, sungguh. Dan ternyata, setelah aku melihat lagi, Bapak itu adalah seorang tukang becak, sendiri an dengan becaknya yang sepertinya sudah tua juga.
Aku masih miris sampai sekarang, saat aku duduk di depan netbook ku dan masih menahan rasa sedih atas fenomena tadi. Aku selalu teringat akan ayahku jika aku melihat sesosok Bapak yang kesusahan dalam mencari nafkah. Bukan, bukan berarti ayahku penuh dengan kenelangsaan, tapi pasti dia pernah berada di posisi seperti si Bapak tadi. Lelah, capek dan mungkin sudah tak tahan dengan kerasnya dunia. Ah ayah, kau pasti sudah tenang disana, tapi aku tau kau pasti merindukan aku seperti aku merindukanmu.

Dan sekarang, aku masih memikirkan si Bapak tadi. Mungkinkah di masa depan aku akan kesusahan dalam menjalani hidup ? Bagaimana jika posisi si Bapak tadi singgah di hidupku ? Entahlah, tak ada yang ingin dan tak ada yang bisa menghindari.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 17.53
Label: Curhats

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Blog Design by Gisele Jaquenod