Aku dari dulu yakin, banyak orang yang menyayangimu tulus. itu karena kamu punya kharisma tersendiri. Bagiku, kamu ada pada senyummu. karena pada senyummu, kamu bisa menyejukkan dalam terik dan menenangkan dalam gundah.
Dari awal bertemu, aku menemukan sisi yang nantinya pasti akan kurindukan. Dan benar saja,aku merindukan segala aspek yang menjadi unsur-unsur pembentukmu. Bukan hanya sesuatu yang manis, bahkan yang pedas atau pahitpun aku rindu. Apapun yang menjadikan kamu menjadi kesatuan kamu, aku rindu.
Sempat terlintas dalam benak, aku akan menyimpan rapat-rapat semua penilaianku. Akan menjadi konsumsiku sendiri dan hanya aku yang tahu. Aku yang mengelola, aku yang mengumpulkan dan aku sendiri yang akan menikmatinya. Awalnya aku ingin menikmatinya dalam ketertutupan. Hanya aku, yang lain tak boleh tau. Namun, semuanya hanya berakhir pada benak. Kenyataannya, aku tak mampu jika aku menilai sendiri.Sampai akhirnya ada beberapa golongan yang mengetahui dan ikut menilai dari sudut pandang masing-masing. Cukup terbantu, ya. Cukup malu, tentunya.
Dan nkini aku yakin 85% kau pun mengetahui apa yang aku lakukan terhadapmu. Meneliti dan mengobservasi kehidupanmu. Awalnya mungkin kau tak merasa terganggu, namun, makin kemudina, kau terlalu larut dalam persepsimu dan memilih menolak dalam bungkam. Itu semua hakmu dan ini semua hakku. Aku berhak menyukai siapa saja dan kamupun berhak tak sependapat denganku. Kamu tak punya kewajiban membalas apa-apa yang telah aku lakukan.
Aku yang cukup tahu diri, mulai menyiapkan tameng untuk melindungi dari sakit hati. Aku juga tahu kau melakukan apa yang aku lakukan terhadap orang lain. Terus berputar. Aku mengejar sesuatu yang sudah kutahu bahwa aku takkan pernah berhasil menggapainya. Aku terus berjalan menghampiri dan tanpa kusadari kau berlari menuju titik lain.
Sudah waktunya kau lelah dan mulai menyerah. Aku mencoba berbalik arah, kemudian melangkah. Gundah. Apapun yang kaulakukan, aku doakan agar kau mendapatkan apa yang kauimpikan. Aku hanya sepersejuta persen noda yang tak pantas kau pikirkan. Aku mundur dengan segalanya yang mulai hancur. Aku lelah berandai-andai. Ya, untuk sekadar membayangkanpun, aku ciut.
Dari awal bertemu, aku menemukan sisi yang nantinya pasti akan kurindukan. Dan benar saja,aku merindukan segala aspek yang menjadi unsur-unsur pembentukmu. Bukan hanya sesuatu yang manis, bahkan yang pedas atau pahitpun aku rindu. Apapun yang menjadikan kamu menjadi kesatuan kamu, aku rindu.
Sempat terlintas dalam benak, aku akan menyimpan rapat-rapat semua penilaianku. Akan menjadi konsumsiku sendiri dan hanya aku yang tahu. Aku yang mengelola, aku yang mengumpulkan dan aku sendiri yang akan menikmatinya. Awalnya aku ingin menikmatinya dalam ketertutupan. Hanya aku, yang lain tak boleh tau. Namun, semuanya hanya berakhir pada benak. Kenyataannya, aku tak mampu jika aku menilai sendiri.Sampai akhirnya ada beberapa golongan yang mengetahui dan ikut menilai dari sudut pandang masing-masing. Cukup terbantu, ya. Cukup malu, tentunya.
Dan nkini aku yakin 85% kau pun mengetahui apa yang aku lakukan terhadapmu. Meneliti dan mengobservasi kehidupanmu. Awalnya mungkin kau tak merasa terganggu, namun, makin kemudina, kau terlalu larut dalam persepsimu dan memilih menolak dalam bungkam. Itu semua hakmu dan ini semua hakku. Aku berhak menyukai siapa saja dan kamupun berhak tak sependapat denganku. Kamu tak punya kewajiban membalas apa-apa yang telah aku lakukan.
Aku yang cukup tahu diri, mulai menyiapkan tameng untuk melindungi dari sakit hati. Aku juga tahu kau melakukan apa yang aku lakukan terhadap orang lain. Terus berputar. Aku mengejar sesuatu yang sudah kutahu bahwa aku takkan pernah berhasil menggapainya. Aku terus berjalan menghampiri dan tanpa kusadari kau berlari menuju titik lain.
Sudah waktunya kau lelah dan mulai menyerah. Aku mencoba berbalik arah, kemudian melangkah. Gundah. Apapun yang kaulakukan, aku doakan agar kau mendapatkan apa yang kauimpikan. Aku hanya sepersejuta persen noda yang tak pantas kau pikirkan. Aku mundur dengan segalanya yang mulai hancur. Aku lelah berandai-andai. Ya, untuk sekadar membayangkanpun, aku ciut.
0 komentar:
Posting Komentar