skip to main | skip to sidebar

About me

Foto Saya
Fraintika Anggraeni
Fraintika Anggraeni kerap disapa Weje, Atun, atau Tuk-tuk. Punya persepsi sendiri tentang segala hal, tapi selalu terbuka terhadap persepsi orang lain. Tiap tahun ada masanya. Tiap masa ada tahunnya. Belajar legowo dan terima kenyataan :)
Lihat profil lengkapku

Subscribe To

Postingan
    Atom
Postingan
Semua Komentar
    Atom
Semua Komentar

Kalendar

research paper essay Free Calendar

Clock clock

Archivo del blog

  • ► 2017 (7)
    • ► September (1)
    • ► Agustus (1)
    • ► Januari (5)
  • ► 2016 (13)
    • ► Desember (4)
    • ► April (1)
    • ► Maret (3)
    • ► Februari (2)
    • ► Januari (3)
  • ► 2015 (14)
    • ► September (2)
    • ► Juni (2)
    • ► Mei (2)
    • ► April (2)
    • ► Maret (2)
    • ► Februari (4)
  • ► 2014 (49)
    • ► November (2)
    • ► Oktober (2)
    • ► Agustus (3)
    • ► Juni (11)
    • ► Mei (4)
    • ► April (11)
    • ► Maret (6)
    • ► Februari (4)
    • ► Januari (6)
  • ▼ 2013 (40)
    • ▼ November (5)
      • Sebenernya ini tugas TPI gue, tapi gue suka :D *di...
      • SATU BESAR
      • Hari Bapak Nasional
      • 11 NOVEMBER 2013
      • Proses yang Berharga
    • ► Oktober (3)
      • KEDUDUKAN DIALEK BANYUMASAN SAAT INI
      • Sore-sore, At Bangjo setelah Hujan
    • ► September (3)
      • Kado buat Coach
      • Iyain Ja deh !
    • ► Juli (3)
    • ► Februari (23)
    • ► Januari (3)
  • ► 2012 (30)
    • ► Desember (1)
    • ► November (11)
    • ► Oktober (6)
    • ► September (12)
  • ► 2010 (2)
    • ► November (1)
    • ► September (1)

Label

  • Cerpen (2)
  • Curhats (30)
  • Informatif (2)
  • Me and My Friends (7)
  • Owl City Lyrics (5)
  • Puisi (11)

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Info

Rumah Dijual di Bintaro

Pengunjung

Lencana Facebook

Fraintika Anggraeni

Buat Lencana Anda

F R A I ' S

Ketika perkataan bisa berubah di lidah, namun dalam aksara, kata akan tetap sama :)

Kamis, 21 November 2013

Sebenernya ini tugas TPI gue, tapi gue suka :D *disuruh bikin kata pengantar skripsi (sebelum disuruh bikin proposal)*

KATA PENGANTAR

            Puji syukur  penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan anugrah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kedudukan Dialek Bnyumasan di Era Modern”. Skripsi ini ditulis untuk salah satu syarat kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.
            Penulisan skripsi ini tidak lepas dari kendala dan hambatan. Namun, berkat bantuan serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Maka, penulis haturkan ucapan terimakasih kepada
1.    Drs. Ridha Mashudi Wibowo, M. Hum., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberi bimbingan, arahan, nasihat, dan saran kepada penulis;
2.    Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A., selaku dosen pembimbing akademik, yang telah membimbing penulis sejak awal kuliah;
3.    Dr. Suhandono, selaku ketua jurusan Sastra Indonesia;
4.    Segenap dosen Sastra Indonesia yang telah memberikan banyak ilmu yang berharga kepada penulis;
5.    Administrator jurusan Sastra Indonesia, Mbak Dyah Ayu Herawati, A.Md, yang telah memberikan informasi tentang kegiatan akademik;
6.    Petugas perpustakaan, yang telah membantu mencarikan buku yang tidak terdeteksi oleh penulis;
7.    Kedua orang tua penulis, yang telah mencurahkan kasih sayang, dorongan moral, spiritual, dan finansial kepada penulis;
8.    Teman-teman UKM Marching Band Universitas Gadjah Mada, yang telah mengarkan penulis tentang manajemen waktu, kedisplinan, kekeluargaan, kegesitan, kerjasama, pengorbanan, dan memberi penulis banyak pengalaman dan pelajaran;
9.    Teman-teman Battery Marching Band Universitas Gadjah Mada, yang telah mewarnai kehidupan penulis dan mengajarkan penulis tentang kekuatan;
10. Teman-teman jurusan Sastra Indonesia 2012, yang telah berjuang bersama-sama dari awal masuk perkuliahan yang secara tidak langsung mengajarkan penulis arti persahabatan dan persaudaraan.
            Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

                                                                                             Yogyakarta, November 2013


                                                                                                Penulis
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 10.11 0 komentar

Kamis, 14 November 2013

SATU BESAR


Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 18.04 0 komentar

Selasa, 12 November 2013

Hari Bapak Nasional

Salah satu akun twitter milik sebuah radio bilang kalo hari ini adalah hari Bapak Nasional, kemudian dia bertanya, "Jika di depanmu ada Bapak, apa yang kamu ingin katakan ?"
Sebenarnya, aku ngga follow akun tersebut, tapi aku ngga sengaja liat salah satu temanku meretweet kiriman tersebut.
Aku langsung follow. Emang murahan banget aku !

Aku speechless sesaat !
Ayah. Lama sekali aku ngga ketemu dia. Bahkan ngga akan pernah ketemu lagi. Cuman berharap lewat mimpi untuk bertemu dengannya.
Ayah. Sungguh, aku rindu hebat padanya. Sosok yang ekstra kuat ! Sosok panutan ! Sosok yang ngga bisa dilupakan.

Aku ingin merespon tweet tersebut, apa jadinya jika benar ada ayah di depan mataku ? Sekarang ?
Aku mungkin akan memeluknya erat-erat dan ngga akan aku lepas lagi. Ngga mau kehilangan untuk kedua kalinya.
Aku akan memberitahu padanya kalau aku sudah besar sekarang. Aku bukan lagi sosok anak kecil yang cengeng ketika ia meninggalkanku. Aku sekarang sudah bisa berjalan sendiri. Walau masih tertatih. Walau aku belum sehebat apa yang ia harapkan, tapi aku ingin memberitahu bahwa aku sedang dalam proses menuju kesana.

Ayah.
Sering aku memikirkan, sedang apa ia di alam sana ?
Merindukan ku kah ? merindukan ibu ku kah ? merindukan adik-adikku kah ?
menyesali perbuatan salahku kah ? sedang menunggu aku dan keluargaku dalam kedamaian kah ?
Aku rindu dahsyat pada Ayah.

Ah, Ayah.
Sering aku iri pada teman-temanku yang lain yang orangtuanya masih lengkap. Dulu sewaktu masih duduk di bangku sekolah dasar, aku tak pernah membayangkan bagaimana jadinya jika salah satu orangtuaku pergi. Pergi saja. Tidak hilang. Aku tak bisa membayangkan, akan seperti apa aku nanti. Aku selalu beranggapan bahwa, orangtuaku akan lengkap selamanya. Selamanya. Mereka akan datang di hari perpisahan sekolah, akan mengantarku ke sekolah baru, datang ke acara kelulusanku, bangga saat aku di terima di universutas yang aku inginkan dan mereka mengantarku dengan suka cita.
Tapi itu hanya anggapan dan harapanku saja. Tuhan memiliki gantchart yang dahsyat. Ia memanggilnya saat aku kelas satu SMA.
Kini, aku sering melihat temanku ditelpon ayahnya, bercerita tentang ayahnya, dan bercerita bagaimana mereka akrab dengan ayahnya. Aku juga demikian, namun aku hanya flashback "dulu, waktu ayahku ada..." sekarang *aku harap* dia telah tenang menuju surga.

Aku tanpa ayah, akan jadi sosok yang paling dipanuti, tapi aku terseok.
Ayah. Aku sayang sekali padamu.
Ibu sering bilang, ayah sangat sayang padaku. Aku menjadi anak kesayangan ayah. Ah Ayah ! You"re the real Superhero !!
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 15.29 0 komentar

Senin, 11 November 2013

11 NOVEMBER 2013

SEBELAS NOVEMBER DUARIBUTIGABELAS
Apa yang bakal terjadi di bulan depan pada tanggal yang sama ? udah sejauh mana pencapaian kita ?
Gatau kenapa ?
Sekarang-sekarang *sebenernya* semangat gue menggebu-gebu, tapi orang sekitar gue pasti ga pada tau, dan mungkin ngga mau tau. Ga percaya mungkin.
Sebentar lagi, kisah panjang yang luarbiasa dahsyatnya ini bakal segera berakhir.
Apa pendapat temen-temen gue ?
Seneng kah ? Sedihkan ? Puaskah ? Atau gimanakah ? Atau bahkan ngga ada perasaan apapun ?

SEBELAS NOVEMBER DUARIBUTIGABELAS
Gue sebenernya sayang sama Battery MBUGM. Sayang banget.
Gue ngerasa aku gagal ngebawa mereka merekat dan melekat.
Gagal.
Nonteknya ngga jadi.
Gue sedih. Gue gagal.
Gue sayang banget sama Natan, Irfan, Upik, Zumar, temen-temen seperbassdruman disini. Walau kadang mereka jutek, galak, lemot, nyebelin, ngeselin. Tapi mereka jadi warna dihidup gue. Mereka jadi guru buat gue.

Gue sayang sama Ciwi-ciwi. Dewi, Nicot, Ikha, Rifqa. Mereka tempat gue cerita dan teman gue menggila. Cuman mereka yang kadang paham akan kegalauan gue, mereka cewe-cewe super. Hampir ngga pernah mereka tuh bikin gue dongkol atau kesel.

Gue juga sayang ama Coach gue. Meski dia kadang ngeselin abis. Selalu nyuruh latihan disaat gue banyak tugas. Selalu nyuruh jarkom saat gue udah ngantuk. Selalu ngoreksi gue saat gue salah *iyalah*. Selalu ngga mau ngerti gue *itu lebay ngga sih* ya tapi gue sayang sama dia. Dia yang udah ngajarin gue dari NOL sampe sekarang, walau sekarang gue juga masih ngga bisa ngapa-ngapain. Dia banyak berkorban buat anak-anak Battery. Walau *menurut gue* dia tertutup, jadi gue suka kesel kalo ditanyain dia diem aja. Kalo ngga pas sms, dibalesnya singkat. tapi mungkin dia lagi sibuk.

Gue sayang Battery.
Dua bulan lagi, ditanggal yang sama, udah ngga ada lagi paket GPMB. Nggak ada lagi, display, ngga ada lagi partitur yang lecek di atas bassdrum, ga ada lagi jarkom yang nyuruh latihan dan konfirmasi latihan ke anak Battery. Ngga ada lagi cek-cok sana sini. Ngga ada lagi lelucon-lelucon edan. Ngga ada lagi.

Hal ini, terjadi untuk ketiga kalinya. Inilah hebatnya MARCHINGBAND. Selalu ngangenin walau aslinya nyusahin dan capekin. Di sela kemarahan ada kerinduan. Di tengah kebosanan ada sesuatu yang dirindukan.

Aku mau, aku pengen, abis GPMB beres, semuanya ngga ada yang berubah. Harus sama, ngga boleh ada renggang. Iya itu mauku. Tapi nggatau yang lain. Mungkin kalo ada yang baca, pikiran mereka bakal, "Duh, Tika egois banget. Emang hidup gue buat Marching aja"
Silahkan kalo ada yang berpendapat demikian. Aku udah pernah ngerasain hal ini. Dan ini tuh NAGIH banget !!

Selamat Berjuang, Wahai Pemenang !! Kita tunjukkan kalo kita memang yang terbaik !


Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 13.13 0 komentar

Senin, 04 November 2013

Proses yang Berharga

Fraintika Anggraeni
12/329050/SA/16357
            Dingin malam mulai menyerang dan menggerayangi tubuhku yang kelelahan. Hari ini aku latihan seharian penuh mulai dari jam sembilan pagi sampai sembilan malam. Rasanya semua tulang di badanku ingin lepas. Kakiku sudah tidak lagi kuat menopang badanku. Aku ingin cepat pulang dan melupakan kejadian hari ini. Seharian berlatih, aku merasa tidak mendapatkan apapun, kecuali omelan dari pelatih. Dia bilang, pukulanku kurang legatto, diddle kiriku tak pernah jadi, roll-triplet tempo sedang juga masih belum rapi. Itu baru rudiment yang tidak terlalu sulit, jika sudah menyentuh rudiment yang mulai rumit seperti herta sampai paradiddle,  mungkin aku hanya diam saja saat latihan sambil melihat raut wajah pelatihku yang penuh amarah bercampur kecewa. Pantas saja jika Ia kecewa, karena dalam hitungan hari unit Marching Bandku akan mengikuti kejuaran tingkat nasional di Istora senayan, tetapi skill ku tidak kunjung mengalami progress yang berarti.
            Bukan hari ini saja aku mengalami hal seperti itu. Seminggu, aku mengalaminya lima kali. Dalam sehari aku mengalaminya tujuh sampai dua belas jam. Aku merasa sia-sia. Latihan sejak pagi dibuka dengan apel kemudian stretching, lari keliling boulevard, membopong bassdrum dan memukulnya dengan artikulasi yang tidak jelas lalu mendengar pelatih mengomel. Itulah kegiatan yang menyita waktu bermainku yang kusebut dengan latihan Marching Band.

            Sebenarnya aku sudah menyadari semuanya, mulai dari kekuranganku, unit yang akan bertanding sampai pelatihku yang mulai jengkel terhadapku. Aku sudah mencoba melakukan perubahan. Karena aku tau, beban yang ada di pundakku amat berat, yaitu membawa nama baik almamaterku di kancah nasional. Aku juga menyadari bahwa sebenarnya aku bisa, sama seperti teman-temanku yang lain, jika aku mau berjuang lebih keras lagi, mencerna perkataan pelatih dan merealisasikannya, menghargai setiap keringat yang jatuh, dan menikmati setiap proses yang terjadi. Tanpa disadari aku adalah sesuatu yang berharga dalam almamaterku.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 15.27 0 komentar

Kamis, 31 Oktober 2013

KEDUDUKAN DIALEK BANYUMASAN SAAT INI


Fraintika Anggraeni
12/329050/SA/16357
Sastra Indonesia

Abstrak
Artikel ini membahas tentang dialek Banyumasan dan permasalahannya. Tulisan ini juga membahas pembantahan dialek banyumasan sebagai dialek yang terbelakang. Daerah pengguna dialek banyumasan, asal-usul dialek banyumasan, cara menyikapi dan merubah pandangan tentang dialek tersebut pula akan dibahas berdasarkan teori dan pendapat dari berbagai referensi.
Kata kunci: Dialek, Dialek Banyumasan, Ngapak
A.    Pendahuluan

Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan kelompok masyarakat tertentu dalam konteks situasi pemakaian yang berbeda. Sedangkan menurut Panitia Atlas Bahasa-bahasa Eropa dalam Ayatrohaedi adalah sistem kebahasaan yang dipergunakan sebagai sistem kebahasaan yang dipergunakan oleh suatu masyarakat yang bertetangga yang mempergunakan sistem berlainan walaupun erat hubungannya. Faktor penyebab perbedaan dialek dengan variasi bahasa yang lain adalah perbedaan fonologi, morfologi, fonetik, semantik. Tempat atau lokasi, perpindahan penduduk dan perubahan lokasi pemukiman, perbedaan status sosial juga termasuk faktor penyebab dialek berbeda dengan variasi bahasa yang lain.
            Ada dua ciri yang dimiliki dialek, yaitu (1)  dialek ialah seperangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda-beda yang memilikiciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip sesamanya dibandingkan denganbentuk ujaran lain dari bahasa yang sama. (2) dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa. Ada beragam dialek di tanah Jawa ini, misalnya dialek Surakartaan, dialek Yogyakartaan, dialek Semarangan, dialek Banyumasan, dan dialek Jawa Timuran. Diantara dialek yang ada, dialek Banyumasanlah yang paling lugu dan yang paling tidak banyak memiliki cengkok baik dalam tata bunyi maupun tata fonemnya. Hal ini dikarenakan cengkok fonemnya tertimpa oleh ketebalan bunyi ucapannya yang kental dan lengket (Herusatoto,  2008:163). Menurut Herusatoto pula, yang memberi istilah Ngapak untuk dialek Banyumasan adalah para priyayi wetanan yang berbahasa jawa mbandhek. Disebut ngapak karena pengucapan vokal a dan o dan konsonan b, d, g, h, k, y, l, dan w sangat mantap, tegas, lugas, dan tidak mengambang (Herusatoto, 2008:6)
            Pepatah mengatakan “Basa Busananing Bangsa” yang berarti  bahasa menunjukkan identitas bangsa, dengan begitu masing-masing tahapan bahasa Jawa membawa perkembangan kebudayaan bangsa. Dalam tulisan ini, akan dibahas mengenai bahasa Jawa dialek Banyumasan atau dikenal sebagai dialek ngapak. Pertama, akan menjelaskan tentang daerah-daerah yang menggunakan bahasa jawa dialek Banyumasan, kemudian perbedaan antara bahasa jawa dialek Banyumasan dengan bahasa jawa dialek yang lain, dan permasalahan-permasalahan dialek Banyumasan.
           
B.     Daerah Pengguna Dialek Banyumasan

Dialek Banyumasan atau dialek ngapak digunakan oleh daerah yang letak geografisnya berada di barat Jawa Tengah atau di perbatasan antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah, yaitu sekitar Tegal, Brebes Cilacap, Kebumen, Kroya dan sekitarnya. Dialek Banyumasan dibagi menjadi empat sub-dialek utama, yaitu Wilayah Utara, Wilayah Selatan, Cirebon-Indramayu, dan Banten Utara.
            Wilayah Utara meliputi Tanjung, Ketanggungan, Larangan, Brebes, Slawi, Moga, Pemalang, Surodadi dan Tegal. Wilayah Selatan meliputi Bumiayu, Karang Pucung, Cilacap, Nusakambangan, Kroya, Ajibarang,  Purwokerto, Purbalingga, Bobotsari, Banjarnegara, Purworejo, Kebumen, Gombong. Wilayah Cirebon-Indramayu meliputi Cirebon dan sekitarnya dan Indramayu atau daerah-daerah setempat di wilayah Jawa Barat. Wilayah Banten Utara dituturkan di wilayah Banten yang secara administratif termasuk dalam provinsi Banten.

C.     Perbedaan Bahasa Banyumasan dengan Bahasa Jawa lain

Pada hakikatnya, bahasa Jawa dialek banyumasan tidak banyak berbeda dengan dialek lainnya. Ciri khas dari dialek ini berkembang hanya di wilayah sekitar Banyumas. Namun, dialek Banyumasan mempunyai kekhasan sebagai wahana budaya masyarakatnya yang tidak dimiliki oleh bahasa Jawa mbandhek. Sejumlah leksikon, struktur fonemis, dan intonasi dialek Banyumasan yang khas merupakan unsur-unsur yang dapat dibanggakan. Dialek ini memiliki karakter lugu, terbuka, dan apa adanya, mendapat pengaruh dari bahasa Jawa kuno, Jawa Tengahan dan bahasa Sunda, pengucapan konsonan di akhir kata dibaca tegas, mantap, dan jelas hal  ini yang menyebabkan bahasa Jawa dialek banyumasan disebut ‘ngapak’, pengucapan vokal dibaca tegas, mantap, dan jelas pula.


Contohnya:
Dialek Banyumasan
Bahasa Jawa Baku
Bahasa Indonesia
Inyong
Aku
Saya
Rika
Koe
Kamu
Agéh
Ayo
Ayo
Ndisit
Ndisik
Dulu/Dahulu
Clebek
Kopi
Kopi
Ambring
Sepi
Sepi
Londhog
Alon
Pelan
Dhongé
Kudune
Seharusnya
Gableg
Dhuwe
Punya
Gutul
Tekan
Datang
Kiyé
Iki
Ini
Kuwé
Iku
Itu
















Ciri khas lain dari dialek Banyumasan adalah, jika dalam bahasa jawa pada umumnya akhiran ‘a’ dibaca ‘o’, dalam dialek Banyumasan akhiran ‘a’ tetap di baca ‘a’


Dialek Banyumasan
Bahasa Jawa Baku
Bahasa Indonesia
Aja [αjα]
Ojo [ɔjɔ]
Jangan
Ana [αnα]
Ono [ɔnɔ]
Ada
Lara [lαrα]
Loro [lɔrɔ]
Sakit
Sapa [sαpα]
Sopo [sɔpɔ]
Dulu/Dahulu
Kaya [kαyαɁ]
Koyo [kɔyɔɁ]
Seperti
Apa [αpα]
Opo [ɔpɔ]
Apa
Ya [yα]
Yo [yɔ]
Iya











Alasan yang menjadikan dialek Banyumasan tetap membaca ‘a’ pada akhiran ‘a’ adalah bahasa jawa dengan dialek Banyumas masih terpengaruh bahasa Sunda. Hal itu jelas bisa dilihat dari letak geografisnya, yaitu letak daerah pengguna dialek Banyumasan, berbatasan dengan jawa barat.
            Namun, walaupun sesama dialek Banyumasan atau ngapak, di setiap sub-dialek utamanya pasti berbeda aksen bahasanya. Misalnya, aksen  daerah selatan seperti Cilacap berbeda dengan warna aksen Brebes. Dalam sub-dialek utara dan selatan aksennya lebih tebal dan berwarna jika di bandingkankan dengan aksen Cirebon. Aksen Cirebon lebih menjorok ke aksen Jawa Barat, bahasa yang digunakan pula campuran antra bahasa Jawa dan Sunda.  Bahasa yang digunakan ada perbedaan pula. Jika di daerah Cilacap menggunakan kata kepriwe (bagaimana), di daerah Brebes menggunakan kata kepriben. Jika di daerah Purbalingga menggunakan kata inyong (aku), di daerah Cirebon menggunakan kata insun.

D.    Permasalahan Dialek Banyumasan

Tidak sedikit kaum penutur dialek Banyumasan yang merasa malu, rendah diri dan merasa kuno jika menggunakan dialeknya dalam berinteraksi lintas dialek, dengan penutur Yogyakartaan misalnya. Mereka terkadang menyembunyikan identitas mereka karena tidak ingin dianggap sebagai orang terbelakang, khususnya akum wanita. Mereka merasa paras ayu mereka tidak cocok bahkan tidak pantas jika berdialek dengan dialek ngapak. Mereka akan merasa akan banyak yang mencemooh. Padahal bahasa atau dialek bukan ukuran kemajuan seseorang. Kembali lagi, bahasa merupakan suatu identitas.
            Dewasa ini juga, banyak orangtua yang enggan mengajarkan dialek Banyumasan kepada anak-anaknya, sehingga timbul kekhawatiran akan punahnya dialek ini. Para orangtua di area perkotaan lebih senang mengajarkan bahasa Indonesia kepada anak-anaknya sebagai bahasa yang digunakan di masyarakat umum. Kebanggaan berbahasa, di samping kesadaran norma dan loyalitas bahasa, merupakan faktor yang sangat penting bagi keberhasilan usaha pemertahanan sebauah bahasa dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal dari masyarakat yang memiliki bahasa dominan (Wijana dan Rohmadi, 2006:90).
            Bangsa Indonesia adalah bangsa multikultur dan multietnik, tidak terdiri satu budaya. Akan tetapi ada banyak budaya yang mewarnai Indonesia, sehingga perbedaan bukan merupakan halangan dan hambatan dalam bersosialisasi. Setiap suku dan etnik memiliki bahasa yang berbeda-beda yang menjadi identitas budaya di daerah tersebut. Perbedaan bukan menjadi pembuat konflik atau upaya saling merendahkan dan menjatuhkan. Justru seharusnya perbedaan menjadi sebuah tali pengikat kebersamaan.
            Bahasa merupakan identitas suatu bangsa.Dimana bahasa itu dipakai dan digunakan dari situlah bahasa tersebut berasal. Bahasa juga merupakan suatu keunikan dan kekhasan yang dimiliki suatu bangsa. Bahasa bersifat arbitrer. Ia mampu menghasilkan sistem budaya baru yang akan menandakan bagaimana budaya tersebut tumbuh dalam masyarakat. Jawa tengah bagian barat memiliki dialek jawa yang khas dibandingkan dengan dengan bahasa jawa standar yang dipakai di wilayah jawa tengah yang lain.
            Bahasa Jawa dengan dialek banyumasan merupakan aset budaya yang nyaris terancam keberadaannya. Banyak orang memandang sebelah mata dialek Banyumasan. Dalam suatu kasus, seorang pengguna dialek banyumasan merasa malu jika ia menggunakan dialeknya di luar lingkup daerahnya. Sebenarnya, tidak perlu berkecil hati atau berendah diri jika memang berdialek Banyumasan. Tidak ada yang salah dengan dialek tersebut. Hal ini dikarenakan dialek adalah sebuah identitas bangsa.

E.     Pertahanan bagi Dialek Banyumasan

Banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya modernisasi. Orang-orang menganggap, salah satu bahasa modern adalah bahasa Inggris, sehingga mereka melupakan bahasa Ibunya. Karena Maju mundurnya sutu bahasa tergantung pada tiap pemakai bahasa (Pateda. 1987:25). Itu berarti jika suatu penutur tetap memakai bahasanya secara konsisten dan menurunkannya kepada generasi selanjutnya, bahasa tersebut akan maju. Hal itulah yang terjadi pada bahasa yang dianggap modern dan maju. Bahasa-bahasa tersebut terus menerus dituturkan dan diajarkan agar tidak punah. Bahasa Lokal Indonesia pun bisa, jika penuturnya secara konsisten merawatnya. Untuk mempertahankan dialek Banyumas, kebijakan pembinaan bahasa Jawa, haruslah memberi peluang yang seluas-luasnya bagi penutur-penuturnya untuk menggunakan dialek Banyumassehingga dialek ini bisa menjadi alat komunikasi yang utama dalam ranah keluarga dan masyarakatdalam pengembangan budaya lokalnya (Mei dalam Wijana dan Rohmadi, 2006:89).
            Anggapan bahwa dialek banyumasan sebagai bahasa kelas bawah dan proletar juga menjadi faktornya. Namun, di balik itu semua, dialek banyumasan merupakan budaya yang harus dilestarikan. Modernisasi dan anggapan tersebut dapat membuat menngerus dan memunahkan aset budaya jawa tersebut. Tugas bangsa Indonesia atau penuturnya adalah tetap mempertahankan eksistensi dialek Banyumasan dengan cara tetap menggunakan dialek tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pemeliharaan sebuah bahasa tidak cukup hanya dengan usaha mendeskripsikan sistem kebahasaan dan wilayah pemakainya, seperti yang telah dilakukan para ahli bahasa selama ini (Wijana dan Rohmadi, 2006:89).  Tidak perlu gengsi atau sebagainya, jika setiap penutur mengedepankan gengsi 20 tahun kedepan dialek Banyumasan akan benar-benar menghilang dari daftar kekayaan budaya Indonesia. Itu berarti dialek Banyumasan menjadi salah satu dari 724 bahasa yang nyaris punah di Indonesia.
            Tidak benar dialek banyumasan adalah bahasa kaum proletar. Untuk menghindari dan merubah pola pikir tersebut, perlu diketahui bagaimana sejarah munculnya dialek tersebut. Logat Banyumasan adalah logat jawa tertua. Dialek Banyumasan masih berkaitan erat dengat nenek moyang bahasa Jawa yaitu bahasa Kawi/Sanskerta, sehingga kata-kata yang digunakan masih sederhana. Dahulu pengguna dialek tersebut memang dari golongan petani, sebelum masuknya masa kerajaan jawaDahulu, bahasa jawa hampir tidak memiliki perbedaan antara bahasa ngoko (sehari-hari) dengan bahasa inggil (penghalusan). Namun, setelah kerajaan memasuki jawa, bahasa jawa mengalami penghalusan, yaitu perbedaan pengucapan antara rakyat biasa dengan keluarga kerajaan tetapi memiliki makna yang sama. Hal tersebut seharusnya dijadikan penghargaan tersendiri sebagai upaya pelestarian dialek Banyumasan.



F.      Simpulan

Tulisan ini hanya membahas sebagian kecil dari permasalahan dialek yang ada di Indonesia, khususnya dialek banyumasan. Dialek Banyumasan harus dipelihara agar eksistensi dan kelestariannya tetap terjaga. Masih banyak permasalahan mengenai budaya di Indonesia yang sudah seharusnya dikupas dan diselesaikan oleh para generasi penerus. Sebenarnya, tidak perlu berkecil hati atau berendah diri jika memang berdialek Banyumasan. Tidak ada yang salah dengan dialek tersebut. Hal ini dikarenakan dialek adalah sebuah identitas bangsa


DAFTAR PUSTAKA

Ayatrohaedi.1979. Dialektologi: Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Herusatoto, Boediono. 2008. Banyumas: Sejarah, Budaya, Bahasa dan Karakter. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara
Keraf. Gorys. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia
Pateda, Mansoer.1987. Sosiolingusitik. Bandung: Penerbit Angkasa


SUMBER ACUAN LAIN

http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa_Banyumasan
d.scribd.com/doc/55407547/Makalah-Dialek-Banyumasan

http://bahasa.kompasiana.com/2013/09/04/bahasa-dialek-banyumasan-kesan-bahasa-kelas-2-yang-harus-diluruskan-588677.html
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 12.26 1 komentar

Rabu, 30 Oktober 2013

Sore-sore, At Bangjo setelah Hujan

Pusing dan banyak pikiran. Aku stak.
Antara rindu yang menggebu dan tugas yang meronta-ronta minta segera tuntas.
Cukup butuh diam dan sepi.
Dan kamu di sisi.
Aku senyum. Aku semangat.
Tapi...
Nyatanya aku gila
Kamu juga gila
Aku gila kamu
Kamu gila dia
Kita masing-masing gila
"you and i met passing by and now our spirits feel warm"
-The Christmas Song, Owl City-
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 16.51 0 komentar

Rabu, 02 Oktober 2013


Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 23.59 0 komentar

Minggu, 22 September 2013

Kado buat Coach

Sebenernya Mas Dyas, coach battery 2013 bukan ulangtahun hari ini, melainkan tanggal 18 September kemaren. Gue padahal udah nyari tanggal ulangtahunnya dari awal gue jadi seclead, tapi ga nemu-nemu. Gue cari di twitter ga ada, di facebook ga ada, di DAA ga ada, googling ga ada, udah deuh waktu itu gue nyaris putus asa.
Tadinya gue mau nanya PH terkait hal  itu, tapi gue ngga cukup berani. Ehm sebenernya waktu itu gue nemu sih, cuman bulan ama taunnya aja. September 92, yaudah itu jadi patokan gue.

Udah sebodo amat lah waktu itu ama dia. Toh, dia juga orangnya tertutup. Kalo gue nanya-nanya, dikira apa-apa ntar -_-

Sampe akhirnya, karantina kemaren, hari terakhir, Mbak Lia, Sekretaris Umum bilang, "Batt, pelatihmu ultah loh" dalem hati gue, oalah, ternyata tanggal 18 toh, dan raut mukanya dia tuh biasa aja gitu, ngga kaya lagi ulangtahun. Ya emang sih ngga ada keharusan terkesan bahagia saat ulangtahun. Setiap orang juga nanggepinnya beda-beda.

Sebenernya sih gue udah berencana bikin surprise atau apalah gitu -awalnya pengen ngerjain kaya mas bagus gitu pake telor-teloran, tapi takut kualat- tapi ide gue sudah keburu di cetuskan oleh natan dan zumar saat perjalanan pulang dari mess karantina di Magelang menuju Jogja. Gue sih mengiyakan saja. Mereka berniat ngasih kado kan, nah gue mikir, kadonya apa dong ? dia kan orangnya tertutup. Ga mungkin blak-blakan jugak.

Natan milihnya sepatu, entah kenapa ya, mungkin karena sepatu doi udah rusak haha :p kalo Zumar milih beliin stick, gue ga setuju kalo stick, toh dia yang lebih paham hal begituan, lagian, stick tuh cepet rusak kalo buat dia, jadi percuma. Nah, gue sendiri lebih milih jam tangan. Kenapa ? Karena itu yang paling netral, ga gampang rusak, gampang di cari dan dia pasti suka, maksudnya dia ngga kecewa-kecewa amat lah haha :D

Nah, pada saat di bis itu juga, gue langsung jarkom anak batt, suruh vote, antara stick, jam tangan ama sepatu, dan hasil terbanyaknya adalah JAM TANGAN, yeaaaay. Ga gampang loh memutuskannya. Galu setengah mati coy, buat coach loh. Ya walau dia juga  pasti nerima-nerima aja kalo di kasih, tapi seenggaknya, ini mewakilkan rasa apresiatif kami ke dia haha. Gue nanya mbak Bella juga, dia nyuruhnya beli sepatu, gue tanya Kikik juga suruhnya sepatu. Tapi budgetnya ngga memungkinkan. yaudah akhirnya dengan buletnya~ gue memutuskan untuk beli jam tangan. Oh iya, tadinya mau beliin stick aja, nah, gue tuh iseng nanya dia dulu, minta pendapat gitu ceritanya, stick apa yang bagus, eh dia jawab gini "Kalo mau yang aku aja nih beli" gue balik nanya "stickmu baru, Mas ?" dan di jawab "Iya nih, baru dibayar" Aseng. untung ngga jadi beli hahaha.
Hal itu juga yang memperkuat gue kenapa milihnya jam tangan.

Masalha satu beres. Ini masalah selanjutnya. Gue belinya ama siapa ? Gue sih pengennya ama nicot, soalnya nicot yang lebih paham soal begituan. Eh, tapi dianya lagi pulang ke semarang. Mau ajak Ikha, takut ga mau, Dewi belum di ajak udah nolak duluan.

Namun, Tuhan memang sayang sama gue, ujug-ujug Kikik sms minta dianterin ke purna karena ada sautu urusan, yaudah, gue minta tolong dia aja buat anter beli kado, dan dia ngasih referensi tempat yang pas buat beli kadonya. Akhirnya kami kesana dan langsung beli.

Abis beli, Gue ama Kikik mampir McD dulu -yang ini ga ada hubungannya ama topik, yasudah abaikan dan skip- Abis dari McD, kami langsung ke Toko Merah Gejayan buat beli kertas kadonya, nah, disan ngga ada ada kertas kado yang bagus ternyata~ yaudah deh beli seadanya. Kartu ucapannya juga ngga ada yang bagus, ngga yang ucapan birthday, tapi happy wedding semua, yah dari pada ngga ada lah, langsung gue beli juga.

Urusan beli membeli udah kelar kan, nah nyampek rumah gue langsung bungkus tuh jam. Pake segala macem. Koran, brosur, flyer, kertas UTS gue pun ada. Dan itu memakan waktu yang banyak buat ngebungkusnya. Yaemang guenya akja yang kerajinan. Gue ngebungkusnya ngga cuman selapis, sepuluh ada mungkin, dan akhirnya selesai. Sebenernya ada sih fotonya, cuman males aja nyari dan uploadnya hahah :D

Keesokan harinya, yaitu hari ini, gue ngga sabar buat nunggu ntar malem dan dia buka kadonya wkwkw :p tapi jujur aja, gue sebenernya lagi kesel ama dia gara2 ga diijinin pulang, ya tapi gimana lagi, demi anak battery, gue harus profesional :D

Sampe malem, mas Bagus bikin ide konyol buat mas Dyas marah, tapi gagal -_-
Pas udah apel tutup, anak battery nyuruh gue beli kue, aduh kebingungan gue dalam hal kado-kadoan belum berakhir ruapnya, pemirsa. Ya kali jam 10 begitu mana ada toko roti atau kue yang masih buka. Eh, tapi ternyata ada sih, di Kuki Bakery. Akhirnya gue mendapatkannya, dan langsung beli lilin. Gatu ya gue umur dia berapa, tapi dengan pedenya gue beli yang 21 haha, semoga saja benar.

Oke sampe purna lagi, dan kita di marahin mbak bela gara2 jumbo baru udh di pake battery, dan itu isisnya sprite. 2 Liter. Di buang -_- emane caaah~

Dan sampailah pada puncak acaranya, mbak Lia dan Mbak Yusti bawain kuenya, dan dia cuman ketawa2 aja. Udah beres. terus prosesi buka kado hahah. Itu yang gue tunggu-tunggu :D katanya "Kalo bukan dari anak battery, ngga akan pake kesabaran bukanya juga"

Yuadah lah itu aja mungkin. Semoga bermanfaat ya, Coach :D
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 00.19 0 komentar

Jumat, 20 September 2013

Iyain Ja deh !

Oke deuh. Kalo harus berdebat sama dia, jelas gue kalah. Gue mah apa atuh.
Gue juga mempertimbangkan baik buruknya.
Gue juga ga mungkin seteledor yang kalian bayangkan saat ini.
Pelatih ga ngijinin. Di bilang ga logis, ga rasional, ga masuk akal, ga logis. What ever lah
Nyokap juga ngga ngijinin.
Tapi.. ah gatau lah.
Emang susah !
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 13.40 0 komentar
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Blog Design by Gisele Jaquenod