skip to main | skip to sidebar

About me

Foto Saya
Fraintika Anggraeni
Fraintika Anggraeni kerap disapa Weje, Atun, atau Tuk-tuk. Punya persepsi sendiri tentang segala hal, tapi selalu terbuka terhadap persepsi orang lain. Tiap tahun ada masanya. Tiap masa ada tahunnya. Belajar legowo dan terima kenyataan :)
Lihat profil lengkapku

Subscribe To

Postingan
    Atom
Postingan
Komentar
    Atom
Komentar

Kalendar

research paper essay Free Calendar

Clock clock

Archivo del blog

  • ► 2017 (7)
    • ► September (1)
    • ► Agustus (1)
    • ► Januari (5)
  • ► 2016 (13)
    • ► Desember (4)
    • ► April (1)
    • ► Maret (3)
    • ► Februari (2)
    • ► Januari (3)
  • ► 2015 (14)
    • ► September (2)
    • ► Juni (2)
    • ► Mei (2)
    • ► April (2)
    • ► Maret (2)
    • ► Februari (4)
  • ► 2014 (49)
    • ► November (2)
    • ► Oktober (2)
    • ► Agustus (3)
    • ► Juni (11)
    • ► Mei (4)
    • ► April (11)
    • ► Maret (6)
    • ► Februari (4)
    • ► Januari (6)
  • ▼ 2013 (40)
    • ▼ November (5)
      • Sebenernya ini tugas TPI gue, tapi gue suka :D *di...
      • SATU BESAR
      • Hari Bapak Nasional
      • 11 NOVEMBER 2013
      • Proses yang Berharga
    • ► Oktober (3)
    • ► September (3)
    • ► Juli (3)
    • ► Februari (23)
    • ► Januari (3)
  • ► 2012 (30)
    • ► Desember (1)
    • ► November (11)
    • ► Oktober (6)
    • ► September (12)
  • ► 2010 (2)
    • ► November (1)
    • ► September (1)

Label

  • Cerpen (2)
  • Curhats (30)
  • Informatif (2)
  • Me and My Friends (7)
  • Owl City Lyrics (5)
  • Puisi (11)

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Info

Rumah Dijual di Bintaro

Pengunjung

Lencana Facebook

Fraintika Anggraeni

Buat Lencana Anda

F R A I ' S

Ketika perkataan bisa berubah di lidah, namun dalam aksara, kata akan tetap sama :)

Senin, 04 November 2013

Proses yang Berharga

Fraintika Anggraeni
12/329050/SA/16357
            Dingin malam mulai menyerang dan menggerayangi tubuhku yang kelelahan. Hari ini aku latihan seharian penuh mulai dari jam sembilan pagi sampai sembilan malam. Rasanya semua tulang di badanku ingin lepas. Kakiku sudah tidak lagi kuat menopang badanku. Aku ingin cepat pulang dan melupakan kejadian hari ini. Seharian berlatih, aku merasa tidak mendapatkan apapun, kecuali omelan dari pelatih. Dia bilang, pukulanku kurang legatto, diddle kiriku tak pernah jadi, roll-triplet tempo sedang juga masih belum rapi. Itu baru rudiment yang tidak terlalu sulit, jika sudah menyentuh rudiment yang mulai rumit seperti herta sampai paradiddle,  mungkin aku hanya diam saja saat latihan sambil melihat raut wajah pelatihku yang penuh amarah bercampur kecewa. Pantas saja jika Ia kecewa, karena dalam hitungan hari unit Marching Bandku akan mengikuti kejuaran tingkat nasional di Istora senayan, tetapi skill ku tidak kunjung mengalami progress yang berarti.
            Bukan hari ini saja aku mengalami hal seperti itu. Seminggu, aku mengalaminya lima kali. Dalam sehari aku mengalaminya tujuh sampai dua belas jam. Aku merasa sia-sia. Latihan sejak pagi dibuka dengan apel kemudian stretching, lari keliling boulevard, membopong bassdrum dan memukulnya dengan artikulasi yang tidak jelas lalu mendengar pelatih mengomel. Itulah kegiatan yang menyita waktu bermainku yang kusebut dengan latihan Marching Band.

            Sebenarnya aku sudah menyadari semuanya, mulai dari kekuranganku, unit yang akan bertanding sampai pelatihku yang mulai jengkel terhadapku. Aku sudah mencoba melakukan perubahan. Karena aku tau, beban yang ada di pundakku amat berat, yaitu membawa nama baik almamaterku di kancah nasional. Aku juga menyadari bahwa sebenarnya aku bisa, sama seperti teman-temanku yang lain, jika aku mau berjuang lebih keras lagi, mencerna perkataan pelatih dan merealisasikannya, menghargai setiap keringat yang jatuh, dan menikmati setiap proses yang terjadi. Tanpa disadari aku adalah sesuatu yang berharga dalam almamaterku.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 15.27

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Blog Design by Gisele Jaquenod