Jumat, 14 Febuari 2014. Waktu bangun, sekitar jam 05.30 tadi, aku bener-kaget, waktu liat ada serbuk-serbuk putih atau abu-abu yang berserakan di atas tanah, genting dan motor-motor tetanggaku. Ini benar-benar seperti salju. Aku teringat kata salah seorang konsultan battery, Kak Satya yang tempo hari bercerita tentang yang sedang erupsi beberapa tahun lalu. Dan kini aku mengalaminya. Iya, mirip salju, tapi tak dingin.
Beruntung, semalam aku pulang tak sampai tengah malam atau dini hari, 23.30, walau terhitung sudah cukup malam, namun aku tak biasanya pulang secepat itu. biasanya di atas pukul 00.00 aku baru meninggalkan burjo.
Semalam aku disana. Tanggal 13 Feuari dengan perasaan hati yang teramat kacau. Kacau sekali, sampai-sampai aku tak bisa mendeskripsikannya. Bosan dan malas jika harus mengutarakan sesuatu yang telah membuat aku terluka sebegitu dalamnya. Padahal aku ingin sekali menuangkannya dalam beberapa kata. Tapi, tidak usahlah. Biar aku saja yang bisa merasakan pahit, perih campur pedih yang kemarin itu. Hanya kepada satu orang aku mengutarakannya. Dan dengan alasan tertentu, mengapa aku harus bercerita padanya.
Hari itu, Kamis, 13 Febuari adalah hari yang sangat ingin kulupakan, tapi sepertinya tak akan terlupakan. Ini terjadi duakali di dalam masa aku bernafas. Semoga saja hanya duakali. Jangan ada tragedi-tragedi yang semacam ini di kemudian hari.
Hari inin\ dengan debu setebal 3cm di seluruh Jogjakarta. Aku mencoba untuk tidak melakukan satu kebiasaanku. Aku harus memulainya dan harus bisa pergi dari kebiasaan itu. Aku yakin aku bisa. Seperti beberapa tahun yang lalu, aku juga bisa lari walau terseok. Hari ini, hari Jumat, karena aku yakin Tuhan memang memberi pelajaran yang mendewasakan di hari ini. Tuhan tau jalan yang seharusnya kutapaki. Dan Ia sudah memberiku satu petunjuk untuk lari.
Satu tahun konyol yang terindah. Itu akan jadi ceritaku. Selama aku masih bisa mengingat dan mampu mendeskripsikan. Terimakasih, Tuhan. Kau mengakhirinya di tanggal 13 Febuari 2014 kemarin. Dan dihari ini, aku sudah bisa menjadi seseorang yang lebih dewasa. Karena aku yakin, masalah selalu mendewasakan :)
Beruntung, semalam aku pulang tak sampai tengah malam atau dini hari, 23.30, walau terhitung sudah cukup malam, namun aku tak biasanya pulang secepat itu. biasanya di atas pukul 00.00 aku baru meninggalkan burjo.
Semalam aku disana. Tanggal 13 Feuari dengan perasaan hati yang teramat kacau. Kacau sekali, sampai-sampai aku tak bisa mendeskripsikannya. Bosan dan malas jika harus mengutarakan sesuatu yang telah membuat aku terluka sebegitu dalamnya. Padahal aku ingin sekali menuangkannya dalam beberapa kata. Tapi, tidak usahlah. Biar aku saja yang bisa merasakan pahit, perih campur pedih yang kemarin itu. Hanya kepada satu orang aku mengutarakannya. Dan dengan alasan tertentu, mengapa aku harus bercerita padanya.
Hari itu, Kamis, 13 Febuari adalah hari yang sangat ingin kulupakan, tapi sepertinya tak akan terlupakan. Ini terjadi duakali di dalam masa aku bernafas. Semoga saja hanya duakali. Jangan ada tragedi-tragedi yang semacam ini di kemudian hari.
Hari inin\ dengan debu setebal 3cm di seluruh Jogjakarta. Aku mencoba untuk tidak melakukan satu kebiasaanku. Aku harus memulainya dan harus bisa pergi dari kebiasaan itu. Aku yakin aku bisa. Seperti beberapa tahun yang lalu, aku juga bisa lari walau terseok. Hari ini, hari Jumat, karena aku yakin Tuhan memang memberi pelajaran yang mendewasakan di hari ini. Tuhan tau jalan yang seharusnya kutapaki. Dan Ia sudah memberiku satu petunjuk untuk lari.
Satu tahun konyol yang terindah. Itu akan jadi ceritaku. Selama aku masih bisa mengingat dan mampu mendeskripsikan. Terimakasih, Tuhan. Kau mengakhirinya di tanggal 13 Febuari 2014 kemarin. Dan dihari ini, aku sudah bisa menjadi seseorang yang lebih dewasa. Karena aku yakin, masalah selalu mendewasakan :)
0 komentar:
Posting Komentar