skip to main | skip to sidebar

About me

Foto Saya
Fraintika Anggraeni
Fraintika Anggraeni kerap disapa Weje, Atun, atau Tuk-tuk. Punya persepsi sendiri tentang segala hal, tapi selalu terbuka terhadap persepsi orang lain. Tiap tahun ada masanya. Tiap masa ada tahunnya. Belajar legowo dan terima kenyataan :)
Lihat profil lengkapku

Subscribe To

Postingan
    Atom
Postingan
Komentar
    Atom
Komentar

Kalendar

research paper essay Free Calendar

Clock clock

Archivo del blog

  • ► 2017 (7)
    • ► September (1)
    • ► Agustus (1)
    • ► Januari (5)
  • ► 2016 (13)
    • ► Desember (4)
    • ► April (1)
    • ► Maret (3)
    • ► Februari (2)
    • ► Januari (3)
  • ► 2015 (14)
    • ► September (2)
    • ► Juni (2)
    • ► Mei (2)
    • ► April (2)
    • ► Maret (2)
    • ► Februari (4)
  • ▼ 2014 (49)
    • ► November (2)
    • ▼ Oktober (2)
      • #B2
      • Rindu
    • ► Agustus (3)
    • ► Juni (11)
    • ► Mei (4)
    • ► April (11)
    • ► Maret (6)
    • ► Februari (4)
    • ► Januari (6)
  • ► 2013 (40)
    • ► November (5)
    • ► Oktober (3)
    • ► September (3)
    • ► Juli (3)
    • ► Februari (23)
    • ► Januari (3)
  • ► 2012 (30)
    • ► Desember (1)
    • ► November (11)
    • ► Oktober (6)
    • ► September (12)
  • ► 2010 (2)
    • ► November (1)
    • ► September (1)

Label

  • Cerpen (2)
  • Curhats (30)
  • Informatif (2)
  • Me and My Friends (7)
  • Owl City Lyrics (5)
  • Puisi (11)

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Info

Rumah Dijual di Bintaro

Pengunjung

27848

Lencana Facebook

Fraintika Anggraeni

Buat Lencana Anda

F R A I ' S

Ketika perkataan bisa berubah di lidah, namun dalam aksara, kata akan tetap sama :)

Jumat, 24 Oktober 2014

#B2

Masih terasa sedih. Aku tak tau kenapa dia bisa pergi secepat itu. Tanpa benar-benar aku sadari. Aku kira aku bakal bersama dia terus, terus, teruuuuus~ Dulu, waktu masih berkenalan, aku kira aku tidak akan sebetah ini dengannya. Aku kira aku masih akan memikirkan yang lama. Namun, seiring berjalannya waktu, dia bisa diajak kompromi, kerja sama, latihan, terik, panas, penampilan, apa pun lah. telah aku habiskan waktu hampir sepuluh bulan ini. Aku mungkin bukan termasuk teman yang baik untuknya. Aku terbilang jarang latihan, sehingga aku jarang bertemu dengannya, jarang merawatnya walau sekadar mengelap, sering membenturkannya dengan alat yang lain. Ah, tapi di balik ketidakpedulian itu aku menyimpan rasa yang sangat tidak bisa diutarakan begitu saja. Aku masih ingat, ketika liburan bulan Ramadan, aku pulang ke rumah dan aku meninggalkannya dalam waktu lima minggu. Aku membiarkannya lima minggu di dalam gudang, sampai akhirnya mas Samy memberi tahu bahwa membrannya dicat. Aku girang bukan kepalang. Aku pun menyesal, kenapa aku tak ada di situ, biar aku yang benar-benar merawatnya, mengecatnya, mengelapnya, membersihkannya. Aku bukan teman yang baik. Sampai akhirnya aku pulang lagi ke Yogyakarta dan bertemu dengannya. Ah, tampannyaaaaa~ aku seperti bertemu seorang lelaki tampan. Aku benar-benar memeluknya, merindukannya, menanyakan kabarnya (itu benar aku lakukan). Ya, walaupun ia benda mati, tapi aku selalu mengajaknya berkomunikasi, dia pasti kesepian di gudang sana. Hanya berdua dengan alat yang tak bertuan. Maafkan aku. Maafkan telah menelantarkanmu.

Hingga suatu hari, hari minggu, dalam rangka ulang tahun TNI yang kesekian tahun, unitku diminta mengisi parade di jalan Malioboro, dengan si dia pastinya. Aku tak menyangka itu adalah event terakhirku dengannya. Secepat itukah? Tanpa aku tahu sebelumnya bahwa ia akan dipulangkan? Bukannya dia sudah jadi milik unit ini? Kenapa harus dia? Bersamanya, aku belajar lagu parade baru, bersamanya, aku jadi senior baru, bersamanya aku tampil di event yang belum pernah aku isi sebelumnya. Bersamanya aku pertama kali melihat tank-tank tentara berjalan, bersamanya aku benar-benar melihat sultan Hamengkubuwono, karena event itu keinginanku untuk makan gudeg terwujud. Sepele memang, namun kesepelean itu benar-benar sangat berharga kalau aku tahu itu adalah kali terakhir. Keesokan harinya, ketika tim latsar battery hendak latihan untuk penampilan di depan calang, aku mendapati ia tak ada di gudang, aku pikir dia di pinjam unit sebelah atau ukm tetangga, tapi ternyata, aku benar-benar mendapati bahwa ia dipulangkan. “Bass 2,3,4 udah dibalikin kemaren. Udah di-pack­-in kemaren” perkataan kabid perkap benar-benar membuatku diam seribu bahasa. Kenapa tak bilang padaku? Aku benar-benar belum mengucapkan apapun padanya. Aku benar-benar belum mengucapkan perpisahan padanya. Ya Tuhan, aku menangis seketika. Temanku, teman berprosesku selama ini harus pulang. Aku menaruh semua ingatan musikku di sana, aku bermusik di sana, aku berproses di sana, mengapa dia tak ikut bersama saat konser nanti? Ya Tuhan, aku benar-benar akan merindukannya.

Sepele memang sepele. Itu hanya bassdrum 20”, aku bisa mendapatkan yang baru dan lebih bagus darinya, namun, ah, aku selalu bersamanya. Tidak akan semudah itu melepaskan apalagi tanpa sepengetahuan dan tanpa ucapan perpisahan.

Untuk bassdrum-ku yang telah menemani berproses selama ini, terima kasih telah menjadi teman perjalananku di unit ini. Bersamamu aku belajar tentang banyak hal. Kelak jika kita bertemu lagi, aku akan senang. Ya, kelak. Entah kapan. Mungkin tak pernah lagi. Semoga temanmu nanti dapat merawatmu lebih baik dari aku.  Terima kasih ya.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 14.24

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Blog Design by Gisele Jaquenod