Berkaca dari kejadian di sekitarku, aku mulai paham arti dari kebersamaan, kenyamanan, dan masa depan. Aku adalah anak dengan keturuan Jawa Sunda. Ayah Jawa dan Ibu Sunda. Lintas provinsi dan hal tersebutlah yang membuat keluargaku menjadi kelurga dengan multietnis.
Aku tidak menyoroti masalah etnis tetapi perihal kebersamaan. Ayahku sudah tiada sejak enam tahun lalu dan kemudian ibuku bertemu dengan seorang lelaki yang sudah kukenal baik. Sangat baik bahkan. Bukan seseorang yang asing bagiku yang kemudian menjadi ayah tiriku. Hm, hanya selang beberapa tahun saja kami bersama dan kemudian pada akhirnya mereka berpisah.
Satu hal yang aku ambil dari kejadian tersebut, tidak semua orang yang dikenal baik akan memperlakukan kita dengan baik pula. Tidak semua yang dianggap dapat melindungi bisa menjalankan tugasnya dengan baik.
Sempat satu kali aku tidak percaya pada laki-laki manapun. Manapun. Kecuali ayahku. Bahkan teman-temanku, aku sama sekali tidak percaya kepada mereka karena aku yakin mereka akan memperlakukan orang-orang bahkan orang terkasihnya dengan kasar. Tidak menutup kemungkinan mereka akan kasar dengan semua orang, entah itu ayah, ibu, adik, kakak, atau teman. Yang aku tahu mereka memiliki tingkat kekasaran yang tinggi. Hanya ada dua tipe yang masih aku percaya sampai sekarang. Bajingan dan Homo. Hanya dua itu saja.
Sampai suatu hari, aku punya kenalan dan kami harus hidup bersama selama dua bulan. Mereka seolah mengajariku ini itu tentang kasih sayang dan cinta. Hahaha. Mereka tidak mengalami problematika sepertiku dan aku juga tidak punya kehangatan seperti mereka. Akan tetapi, mereka bilang bahwa tidak semua laki-laki demikian. Aku harus mengubah persepsi dan harus percaya dengan laki-laki bahwa mereka dapat berbuat baik kepadaku. Huh. Mengubah persepsi tidak semudah berkedip. Aku masih pada pendirianku sampai suatu hal terjadi.
Ada seorang laki-laki yang telah menyita perhatianku. Aku hanya kagum dan memendam dalam diam. Ya, sampai akhirnya aku lupa bahwa aku sama sekali tak percaya dengan semua sikap dan perkataan laki-laki. Laki-laki satu ini sama sekali bukan tipeku. Aku hanya menghormatinya dan segan. Hanya itu. Aku terkadang mengambil hati perkataannya dan perbuatannya. Sempat merasa ditinggikan dan aku bahagia sendiri. Aku sama sekali tak mau dibilang jatuh cinta. Sama sekali tak mau. Aku masih tidak percaya cinta sampai kapanpun. Aku hanya membutuhkan nyaman dan senang. Walau seumur hidupku, aku tidak akan pernah murni mendapatkannya. Ya, berkali-kali ia membuat aku berpkiran lebih dan berkli-kali juga ia menyakitiku dengan semua sikap dan perkataannya yang mungkin tak disadinya dan tak disengajanya.
Awalnya aku hanya memendam dalam diam. Aku tahu bagaimana ia berhubungan dengan teman-temannya yang lain. Dalam diam aku mengetahuinya. Dan pada akhirnya, aku menyerah. Aku harus mengatakan bahwa aku mula timbul perasaan nyaman dan bahagia ketika bersamanya. Bahagia bisa tertawa dan bercengkarama. Aku tak suka jika ia membicarakan orang lain yang sempat dekat atau sedang dekat dengannya. Aku sangat merasa dipermainkan. Aku merasa ia mempermainkan perasaanku. Entahlah, aku mulai merasa ia memang tak pernah memiliki perasaan yang sama denganku. Ya sudahlah, perasaanku benar, pikiranku benar, tidak ada laki-laki yang baik. Tak pernah ada definisi yang tepat dari kata cinta. tidak pernah ada.
Mungkin sekarang aku tinggal berjalan sesuai waktu. Aku akan hilang dari kesehariannya dan aku sudah siap untuk hidup seperti tahun-tahun sebelumnya tanpa dia. Aku akan berjalan pada lintasanku yang sama sekali akan melupakannya. Entah ini sudah berapa kali kubuat dan kulanggar sendiri. Aku hanya tak ingin dipermainkan. Aku cuman punya perasaan dan ini modalku untuk percaya pada seseorang. Terima kasih telah melukai. Bahagialah dengan wanitamu yang lain yang jelas seiman denganmu.Bye.
Aku tidak menyoroti masalah etnis tetapi perihal kebersamaan. Ayahku sudah tiada sejak enam tahun lalu dan kemudian ibuku bertemu dengan seorang lelaki yang sudah kukenal baik. Sangat baik bahkan. Bukan seseorang yang asing bagiku yang kemudian menjadi ayah tiriku. Hm, hanya selang beberapa tahun saja kami bersama dan kemudian pada akhirnya mereka berpisah.
Satu hal yang aku ambil dari kejadian tersebut, tidak semua orang yang dikenal baik akan memperlakukan kita dengan baik pula. Tidak semua yang dianggap dapat melindungi bisa menjalankan tugasnya dengan baik.
Sempat satu kali aku tidak percaya pada laki-laki manapun. Manapun. Kecuali ayahku. Bahkan teman-temanku, aku sama sekali tidak percaya kepada mereka karena aku yakin mereka akan memperlakukan orang-orang bahkan orang terkasihnya dengan kasar. Tidak menutup kemungkinan mereka akan kasar dengan semua orang, entah itu ayah, ibu, adik, kakak, atau teman. Yang aku tahu mereka memiliki tingkat kekasaran yang tinggi. Hanya ada dua tipe yang masih aku percaya sampai sekarang. Bajingan dan Homo. Hanya dua itu saja.
Sampai suatu hari, aku punya kenalan dan kami harus hidup bersama selama dua bulan. Mereka seolah mengajariku ini itu tentang kasih sayang dan cinta. Hahaha. Mereka tidak mengalami problematika sepertiku dan aku juga tidak punya kehangatan seperti mereka. Akan tetapi, mereka bilang bahwa tidak semua laki-laki demikian. Aku harus mengubah persepsi dan harus percaya dengan laki-laki bahwa mereka dapat berbuat baik kepadaku. Huh. Mengubah persepsi tidak semudah berkedip. Aku masih pada pendirianku sampai suatu hal terjadi.
Ada seorang laki-laki yang telah menyita perhatianku. Aku hanya kagum dan memendam dalam diam. Ya, sampai akhirnya aku lupa bahwa aku sama sekali tak percaya dengan semua sikap dan perkataan laki-laki. Laki-laki satu ini sama sekali bukan tipeku. Aku hanya menghormatinya dan segan. Hanya itu. Aku terkadang mengambil hati perkataannya dan perbuatannya. Sempat merasa ditinggikan dan aku bahagia sendiri. Aku sama sekali tak mau dibilang jatuh cinta. Sama sekali tak mau. Aku masih tidak percaya cinta sampai kapanpun. Aku hanya membutuhkan nyaman dan senang. Walau seumur hidupku, aku tidak akan pernah murni mendapatkannya. Ya, berkali-kali ia membuat aku berpkiran lebih dan berkli-kali juga ia menyakitiku dengan semua sikap dan perkataannya yang mungkin tak disadinya dan tak disengajanya.
Awalnya aku hanya memendam dalam diam. Aku tahu bagaimana ia berhubungan dengan teman-temannya yang lain. Dalam diam aku mengetahuinya. Dan pada akhirnya, aku menyerah. Aku harus mengatakan bahwa aku mula timbul perasaan nyaman dan bahagia ketika bersamanya. Bahagia bisa tertawa dan bercengkarama. Aku tak suka jika ia membicarakan orang lain yang sempat dekat atau sedang dekat dengannya. Aku sangat merasa dipermainkan. Aku merasa ia mempermainkan perasaanku. Entahlah, aku mulai merasa ia memang tak pernah memiliki perasaan yang sama denganku. Ya sudahlah, perasaanku benar, pikiranku benar, tidak ada laki-laki yang baik. Tak pernah ada definisi yang tepat dari kata cinta. tidak pernah ada.
Mungkin sekarang aku tinggal berjalan sesuai waktu. Aku akan hilang dari kesehariannya dan aku sudah siap untuk hidup seperti tahun-tahun sebelumnya tanpa dia. Aku akan berjalan pada lintasanku yang sama sekali akan melupakannya. Entah ini sudah berapa kali kubuat dan kulanggar sendiri. Aku hanya tak ingin dipermainkan. Aku cuman punya perasaan dan ini modalku untuk percaya pada seseorang. Terima kasih telah melukai. Bahagialah dengan wanitamu yang lain yang jelas seiman denganmu.Bye.
0 komentar:
Posting Komentar