Sore terasa semakin hampa saja. Tak ada kegiatan yang sebenarnya telah mengurat nadi dan mendarah daging selama kurang lebih dua belas bulan ini. Ibaratnya dua belas bulan kemarin adalah masa berjalannya dan sekarang sudah sampai di tujuan. Iya, sudah sampai di tujuan. Kalau aku mau membandingkan, lebih baik aku tak pernah sampai di tujuan, daripada harus merasa hampa seperti ini.
Ini adalah minggu-minggu sibuk. Sibuk berkompetisi dengan teman-teman sekelas. Namun, aku sama sekali tak merasa punya beban. Beda dengan teman-teman seangkatan dan sejurusanku yang lain. Mereka nampak kaku dan sibuk. Aku merasa tak punya teman. Mungkin ini hanya ilusiku saja. Aku masih terbuai dengan perjalanan dua belas bulan itu, aku masih sibuk dengan ketidakpercayaanku akan sudah berakhirnya perjalanan ini. Aku masih tidak percaya.
Setiap sore, seperti orang gila, aku selalu ke tempat itu. Tempat dimana telah kuhabiskan waktu, emosi, dan keringatku selama dua belas bulan ini. Tempat dimana selalu ada kebahagiaan dan selalu ada kehidupan, kini telah membangkai. Sepi sekali. Tak seperti sore-sore di dua belas bulan yang kemarin, ketika sore datang dengan dingin yang menggulung-gulung, tempat itu menghangatkan. Kini, ketika hujan melanda, tempat itu semakin beku. Semakin dingin.
Hari-hariku makin kacau. Aku layaknya kecanduan. Hari-hariku kini makin sepi. Tak ada lagi partitur, tak ada lagi midi, tak ada chart display, tak ada jarkom, tak ada teman-teman yang bilang tak datang dengan alasan yang tak penting, tak ada lagi pelatih yang mengomel, tak ada lagi teman yang jengkel, tak ada lagi kejahilan, tak ada lagi ocehan-ocehanku menggerutu. Tak ada lagi.
Sebenarnya, aktivitas dan rutinitas itu akan ada kembali. Namun, pasti tidak akan sama rasanya seperti dua belas bulan kemarin. Pasti beda.
Ah, aku sangat merindu. Merindu sekali. Apakah ada seorang saja yang merasa semerindu ini dengan proses itu ?
Ini adalah minggu-minggu sibuk. Sibuk berkompetisi dengan teman-teman sekelas. Namun, aku sama sekali tak merasa punya beban. Beda dengan teman-teman seangkatan dan sejurusanku yang lain. Mereka nampak kaku dan sibuk. Aku merasa tak punya teman. Mungkin ini hanya ilusiku saja. Aku masih terbuai dengan perjalanan dua belas bulan itu, aku masih sibuk dengan ketidakpercayaanku akan sudah berakhirnya perjalanan ini. Aku masih tidak percaya.
Setiap sore, seperti orang gila, aku selalu ke tempat itu. Tempat dimana telah kuhabiskan waktu, emosi, dan keringatku selama dua belas bulan ini. Tempat dimana selalu ada kebahagiaan dan selalu ada kehidupan, kini telah membangkai. Sepi sekali. Tak seperti sore-sore di dua belas bulan yang kemarin, ketika sore datang dengan dingin yang menggulung-gulung, tempat itu menghangatkan. Kini, ketika hujan melanda, tempat itu semakin beku. Semakin dingin.
Hari-hariku makin kacau. Aku layaknya kecanduan. Hari-hariku kini makin sepi. Tak ada lagi partitur, tak ada lagi midi, tak ada chart display, tak ada jarkom, tak ada teman-teman yang bilang tak datang dengan alasan yang tak penting, tak ada lagi pelatih yang mengomel, tak ada lagi teman yang jengkel, tak ada lagi kejahilan, tak ada lagi ocehan-ocehanku menggerutu. Tak ada lagi.
Sebenarnya, aktivitas dan rutinitas itu akan ada kembali. Namun, pasti tidak akan sama rasanya seperti dua belas bulan kemarin. Pasti beda.
Ah, aku sangat merindu. Merindu sekali. Apakah ada seorang saja yang merasa semerindu ini dengan proses itu ?
0 komentar:
Posting Komentar