Apa kabar kalian, yang nyaris aku rindukan? Kalian yang dulu kerap muncul walau hanya memberi sebatas senyuman. Apa dunia dan kasta kita berbeda kini? Aku selalu merindukan kalian. Namun, semuanya hanya sebatas kerinduan. Aku pada pihak yang tak lagi banyak dilibat, diingat, dikaitkan. Aku nyaris terlupakan.
Kadang, aku berpikir, jarak yang tercipta kini adalah ulahku sendiri. Akibat sebuah pemikiran yang tidak sejoli dengan terapan yang nyata. Aku "ceritanya" ingin membuat sehasta dua-hasta jarak antara kita, namun yang terjadi malah kesenjangan kasta. Kau terlalu tinggi dan di puja sedangkan aku terperosok jebakanku sendiri. Menyesal? sama sekali tidak. Karena pemikiran itu masih belum sejoli sengan tindakmu kini. Oposisi.
Kemudian dia, yang selalu menjadi salah satu ceritaku di sepanjang perjalanan tahun 2013. Kemanapun aku berjalan dan melangkah, tujuannya dia. Dia yang memberi sebuah nuansa berbeda kala aku menatapnya. Kesejukan dan ketenangan. Senyumnya yang mebuatku tak tahan. Dia terlalu muluk untuk kuangankan lebih jauh, lebih tinggi, lebih dalam, apapun namanya, yang penting bukan di permukaan. Di awal 2014 dia memberikan akhir kisah yang amat memorak-porandakan seluruh nuansa itu. Tak ada lagi angin kesejukan saat menatapnya, yang ada hanya rasa gerah. Teramat gerah. Namun, kau tetaplah kau yang dulu sempat kuangankan. Kini kau muncul tetiba. Aku merindu lagi. Belum dalam sepenuhnya kenangan itu terkubur. Belum cukup jauh kenangan itu terbang. Belum sepenuh aku merasa beban perasaan ini hilang. Kau masih kuangankan. Walau tak sebanyak dan semuluk dulu.
Ada lagi, dia. Dia yang lain. Selalu kurindukan kekocakannya. Kini aku merasa, aku. . . ah entah apa namanya. Apalagi yang mesti kulakukan? Apalagi yang harus kaukerjakan? dimana kita yang dulu.
Segelintir manusia yang dulu kerap benar-benar mewarnai hariku, yang kini malah mengelabuinya. Tak pernah ada rasa menyesal saat mengenalmu. Kalian, sosok yang sampai saat ini membuatku pelik sendiri. Salah siapa ini. Mengapa begini. Tak ada yang mampu menjawab. Ini bukan pertanyaan. Ini adalah jawaban. Karena inilah dinamika.
Apapun kalian namanya, sedang apa dan bersama siapa, aku tak pernah peduli. Aku tak pernah takut kehilangan. Aku hanya takut . . . dilupakan.
Kadang, aku berpikir, jarak yang tercipta kini adalah ulahku sendiri. Akibat sebuah pemikiran yang tidak sejoli dengan terapan yang nyata. Aku "ceritanya" ingin membuat sehasta dua-hasta jarak antara kita, namun yang terjadi malah kesenjangan kasta. Kau terlalu tinggi dan di puja sedangkan aku terperosok jebakanku sendiri. Menyesal? sama sekali tidak. Karena pemikiran itu masih belum sejoli sengan tindakmu kini. Oposisi.
Kemudian dia, yang selalu menjadi salah satu ceritaku di sepanjang perjalanan tahun 2013. Kemanapun aku berjalan dan melangkah, tujuannya dia. Dia yang memberi sebuah nuansa berbeda kala aku menatapnya. Kesejukan dan ketenangan. Senyumnya yang mebuatku tak tahan. Dia terlalu muluk untuk kuangankan lebih jauh, lebih tinggi, lebih dalam, apapun namanya, yang penting bukan di permukaan. Di awal 2014 dia memberikan akhir kisah yang amat memorak-porandakan seluruh nuansa itu. Tak ada lagi angin kesejukan saat menatapnya, yang ada hanya rasa gerah. Teramat gerah. Namun, kau tetaplah kau yang dulu sempat kuangankan. Kini kau muncul tetiba. Aku merindu lagi. Belum dalam sepenuhnya kenangan itu terkubur. Belum cukup jauh kenangan itu terbang. Belum sepenuh aku merasa beban perasaan ini hilang. Kau masih kuangankan. Walau tak sebanyak dan semuluk dulu.
Ada lagi, dia. Dia yang lain. Selalu kurindukan kekocakannya. Kini aku merasa, aku. . . ah entah apa namanya. Apalagi yang mesti kulakukan? Apalagi yang harus kaukerjakan? dimana kita yang dulu.
Segelintir manusia yang dulu kerap benar-benar mewarnai hariku, yang kini malah mengelabuinya. Tak pernah ada rasa menyesal saat mengenalmu. Kalian, sosok yang sampai saat ini membuatku pelik sendiri. Salah siapa ini. Mengapa begini. Tak ada yang mampu menjawab. Ini bukan pertanyaan. Ini adalah jawaban. Karena inilah dinamika.
Apapun kalian namanya, sedang apa dan bersama siapa, aku tak pernah peduli. Aku tak pernah takut kehilangan. Aku hanya takut . . . dilupakan.
0 komentar:
Posting Komentar