Iri, Iri, Iri, iya iri. Kosa kata yang konotasinya negatif. Tapi gue ngga gitu kok. Iya gue iri. Iri banget, kenapa mereka bisa seperti itu, sedangkan gue ngga. Kenapa mereka bisa bergerak bebas, sedangkan gue terbatas. Kenapa mereka bisa ini itu sedangkan gue NGGA ? Kenapa ? Belum takdir kah ? Atau faktor internal gue yang males kah ? Kadang gue mikir, "kalo mereka bisa kenapa gue nga ?" kadang juga gue mikir, "kalo gue mau jadi kaya mereka, apa bisa ?"
Berfikir di atas kelabilan hidup gue, bukan hidup mungkin, lebih tepatnya, kepribadian. Labil, udah setua ini gue masih labil, panteskah ?
Entahlah, gue rasa itu adalah hak semua individu buat mengatur mindsetnya, mau labil atau stabil, tergantung mood mereka. Entahlah, apa yang gue pikirin sekarang ini, rancu kesana-sini.
Oke, gue akan mengakhiri ke-iri-an gue dan merubah konotasinya menjadi positif. Cuman aksi yang nyata yang bisa menggeser kasta konotasinya menjadi suatu kedudukan yang mulia, dan itupun yang membuat IRI berubah menjadi MOTIVASI.
Setahun kemudian, jadi apa gue ? Masih jadi debu diantara mahasiswa di universitas Gadjah Mada ini, mungkin butuh satu dasawarsa atau mungkin dua, untuk merubah title gue menjadi lebih baik :)
GO. FIGHTING WEJE :)
Berfikir di atas kelabilan hidup gue, bukan hidup mungkin, lebih tepatnya, kepribadian. Labil, udah setua ini gue masih labil, panteskah ?
Entahlah, gue rasa itu adalah hak semua individu buat mengatur mindsetnya, mau labil atau stabil, tergantung mood mereka. Entahlah, apa yang gue pikirin sekarang ini, rancu kesana-sini.
Oke, gue akan mengakhiri ke-iri-an gue dan merubah konotasinya menjadi positif. Cuman aksi yang nyata yang bisa menggeser kasta konotasinya menjadi suatu kedudukan yang mulia, dan itupun yang membuat IRI berubah menjadi MOTIVASI.
Setahun kemudian, jadi apa gue ? Masih jadi debu diantara mahasiswa di universitas Gadjah Mada ini, mungkin butuh satu dasawarsa atau mungkin dua, untuk merubah title gue menjadi lebih baik :)
GO. FIGHTING WEJE :)
0 komentar:
Posting Komentar