Lagi-lagi malam ini saya ngga bisa menggunakan blog saya ini dengan baik dan benar. Ya, saya kembali menuangkan curahan hati saya di sini. Entah kenapa saya suka melakukan ini, mungkin saya masih percaya tentang "bacaan membuka memori" tapi sejujurnya ini bukan salah satu memori yang menyenangkan. Ini sebaliknya.
Kemarin, saya mem-posting sesuatu yang amat sangat ngga enak dibaca. Terkesan sampah, pasar, kumuh, ngga berpendidikan, atau apapunlah itu namanya, tapi ya memang kenyataannya seperti itu.
Saya sedang dilanda kegelisahan. Kegelisahan yang cukup mendalam. Saya punya perasaan yang mengganjal, mengganjal sekali. Saya mulai ngga suka sama perilaku salah seorang teman saya karena sesuatu yang ngga bisa saya jelaskan di sini. Awalnya, saya merasa, mungkin hanya saya yang merasa demikian. Berhubung saya juga tipe yang punya pandangan tersendiri mengenai banyak hal, dan saya ngga pernah minta pendapat orang lain tentang perspektif tersebut, jadi saya ngga bicara kepada siapapun, kecuali ke dua orang, dengan niat hanya sekadar curhat. Saya sangat ngga suka *bukan kurang suka* dengan sikapnya, itu membuat saya gerah dan geram. Ya mungkin itu adalah sikap yang baik buat dia. Tapi, oh God, dia sama sekali ngga pantas melakukan hal itu. Menurut saya, hal itu cuman dilakukan oleh pelacur! Berlebihan memang, tapi pada kenyataanya sikap diapun berlebihan. Saya jadi tak kenal lagi dengannya. Sama sekali tak kenal. Sama sekali, seperti dulu, saya ngga peduli kalo ternyata saya punyateman seperti dia, padahal dia baik dan cantik. Saya dulu dekat sekali dengannya, tapi setelah dia bersikap seperti itu, bersikap seperti perempuan jalang, saya jadi sama sekali seperti tak pernah mengenal dia. Saya sering berusaha untuk memulai terlebih dahulu, mengajak bicara, makan, dan melakukan apapun seperti biasanya. Namun, kegerahan dan kegeraman saya nggareda, malah saya merasa naif dan munafik. Seperti menjilat ludah sendiri. Ya, akhirnya saya putuskan untuk memberi jarak dulu dengannya. Sampai batas waktu yang tak bisa ditentukan.
Entah saya bisa mengubah sikapnya lagi atau tidak. Saya merasa saya bukan siapa-siapa baginya, saya tak punya hak untuk membatasi sikap seseorang dan mungkin menurutnya, sikapnya selama ini adalah hal yang biasa saja dan hanya orang tolol yang merasa hal itu aneh.
Ya, itu kembali lagi pada dia. Itu adalah cara hidup dan jalan pikiran dia. Perspektif saya dan perspektif dia jelas berbeda. Menurut saya baik, menurut dia belum tentu, begitu pula sebaliknya.
Yang saya takutkan, saya tak mau lagi kehilangan teman hanya gara-gara hal konyol ini. Saya mungkin harus jujur suatu saat nanti. Saya harus jujur, bahwa dia sekarang ini tak ubahnya seperti seorang perempuan jalang. Apakah anda merasa? Apakah orang yang saya maksud membaca? Tak usah bersedih, ini hanya perspektifku dan tak ada yang tau, hanya aku, Tuhan, dan sekurangnya tiga orang yang tau :)
0 komentar:
Posting Komentar