Pada suatu hari aku punya teman. Berjenis kelamin beda denganku. Teman yang sangat dekat. Dekat sekali. Kami menghabiskan waktu bersama. Makan, jalan-jalan, main. Bersama. Kami sebatas teman.
Pada suatu hari aku jatuh cinta. Bukan padanya. Pada seseorang. Temannya. Aku tak pernah mengutarakan. Aku pendam. Karena aku tau, ini hanya akan berakhir pada penyesalan. Aku diam.
Pada suatu hari temanku tau aku sedang kasmaran dengan temannya. Datar. Seolah tidak tidak terima. Kali ini aku rajin cerita. Kelihatannya ia tak suka. Aku paham. Dia bosan. Dia terganggu, menurutku cemburu. Mungkin hanya menurutku.
Pada suatu hari aku menyadari. Aku mencari sosok lain agar aku tak terjebak dalam sesuatu yang suram dengannya. Bagaimana jika kedekatanku dengannya membuahkan hasil yang gila. Bagaimana jadinya jika aku jatuh cinta. Kemudian kami merenggang. Tak ada lagi kata teman.
Pada suatu hari aku menyerah dengan jatuh cinta itu. Aku mundur. Selangkah, dua langkah, seribu langkah, sejauh-jauhnya.
Pada suatu hari dia jatuh cinta. Dia bercerita. Aku tak suka. Mungkin dia tau bahwa aku tak suka, dia tak pernah lagi berbecira tentang cintanya. Mungkin mereka telah menjalin asmara. Namun, mengapa dia tetap makan, jalan-jalan dan main denganku.
Pada suatu hari aku telah lupa pada jatuh cintaku. Aku kembali dengan teman dekatku. Kembali makan, jalan-jalan, main bersama. Tertawa bersama. Kami tak pernah ada kontak tak langsung. Tak ada sms, whatsup, BBM, chatting, apapun. Tak pernah ada. Kami bertemu, menyapa, makan, jalan-jalan, main, pulang. Esoknya, semuanya terlupakan. Seolah tak pernah ada kejadian kemarin.
Pada suatu hari aku merasa. Apa aku hanya teman saat dibutuhkan? Apa aku pasti mau jika dia yang mengajak? Apa dia datang saat kehilangan teman? Apa dia datang saat bosan? apa aku hanya pesinggahan? Aku tak pernah paham. Aku tak pernah berani mengutarakan.
Sampai akhirnya, pada suatu hari, aku berpikir. Aku memang hanya pesinggahan. Padahal aku ingin selalu berteman dengannya. Ingin tetap makan, jalan-jalan, dan main dengannya. Kadang aku berpikir, aku bukan teman yang pantas untuknya. Masih banyak temannya yang lebih dekat dengannya.
Hingga akhirnya bukan pada suatu hari, tapi detik ini, aku masih ingat jelas waktu yang kita buang bersama. Waktu yang aku luangkan untukmu. Waktu yang tak pernah mau kaubuang untukku. Waktu aku menemanimu kemanapun kau minta. Aku yang tak pernah memintamu menemaniku, karena aku tau pasti kau tak mau.Tempat-tempat yang kita habiskan bersama. Semuanya. Aku masih ingat.
Saat ini, aku sadar. Aku temanmu. Aku anggap kamu teman dekatku. Yang sangat dekat. Entah pendapatmu tentang aku. Aku tak pernah tau.
Aku ingin pada suatu hari, semuanya membaik. Semuanya indah. Kau tetap kau yang saat ini. Jangan pernah berubah.
Pada suatu hari aku jatuh cinta. Bukan padanya. Pada seseorang. Temannya. Aku tak pernah mengutarakan. Aku pendam. Karena aku tau, ini hanya akan berakhir pada penyesalan. Aku diam.
Pada suatu hari temanku tau aku sedang kasmaran dengan temannya. Datar. Seolah tidak tidak terima. Kali ini aku rajin cerita. Kelihatannya ia tak suka. Aku paham. Dia bosan. Dia terganggu, menurutku cemburu. Mungkin hanya menurutku.
Pada suatu hari aku menyadari. Aku mencari sosok lain agar aku tak terjebak dalam sesuatu yang suram dengannya. Bagaimana jika kedekatanku dengannya membuahkan hasil yang gila. Bagaimana jadinya jika aku jatuh cinta. Kemudian kami merenggang. Tak ada lagi kata teman.
Pada suatu hari aku menyerah dengan jatuh cinta itu. Aku mundur. Selangkah, dua langkah, seribu langkah, sejauh-jauhnya.
Pada suatu hari dia jatuh cinta. Dia bercerita. Aku tak suka. Mungkin dia tau bahwa aku tak suka, dia tak pernah lagi berbecira tentang cintanya. Mungkin mereka telah menjalin asmara. Namun, mengapa dia tetap makan, jalan-jalan dan main denganku.
Pada suatu hari aku telah lupa pada jatuh cintaku. Aku kembali dengan teman dekatku. Kembali makan, jalan-jalan, main bersama. Tertawa bersama. Kami tak pernah ada kontak tak langsung. Tak ada sms, whatsup, BBM, chatting, apapun. Tak pernah ada. Kami bertemu, menyapa, makan, jalan-jalan, main, pulang. Esoknya, semuanya terlupakan. Seolah tak pernah ada kejadian kemarin.
Pada suatu hari aku merasa. Apa aku hanya teman saat dibutuhkan? Apa aku pasti mau jika dia yang mengajak? Apa dia datang saat kehilangan teman? Apa dia datang saat bosan? apa aku hanya pesinggahan? Aku tak pernah paham. Aku tak pernah berani mengutarakan.
Sampai akhirnya, pada suatu hari, aku berpikir. Aku memang hanya pesinggahan. Padahal aku ingin selalu berteman dengannya. Ingin tetap makan, jalan-jalan, dan main dengannya. Kadang aku berpikir, aku bukan teman yang pantas untuknya. Masih banyak temannya yang lebih dekat dengannya.
Hingga akhirnya bukan pada suatu hari, tapi detik ini, aku masih ingat jelas waktu yang kita buang bersama. Waktu yang aku luangkan untukmu. Waktu yang tak pernah mau kaubuang untukku. Waktu aku menemanimu kemanapun kau minta. Aku yang tak pernah memintamu menemaniku, karena aku tau pasti kau tak mau.Tempat-tempat yang kita habiskan bersama. Semuanya. Aku masih ingat.
Saat ini, aku sadar. Aku temanmu. Aku anggap kamu teman dekatku. Yang sangat dekat. Entah pendapatmu tentang aku. Aku tak pernah tau.
Aku ingin pada suatu hari, semuanya membaik. Semuanya indah. Kau tetap kau yang saat ini. Jangan pernah berubah.
0 komentar:
Posting Komentar