+ Lalu apa bedanya aku dan kau.
- Jelas beda, lah. Aku cewe kamu cowo.
+ Bukan masalah itu.
- Lalu?
+ Aku mendapatimu bersama A, B, dan C.
- Itu hanya sebatas hura-hura dan main-main. Jangan samakan dengan kasusmu yang sebenarnya menyakiti
+ Setidaknya kamu juga terkesan mempermainkan
- Hanya kesan, toh? Aku bersama mereka. Aku menyukai mereka. Tetapi di antara mereka tidak saling mengenal. Aku hanya suka, mengagumi, tak lebih.
+ Lalu, kalau kau bisa berbicara seperti itu, mengapa kau pojokkan aku?
- Aku? memojokkanmu? sama sekali tidak, Bung!! Kau mengenal A dan B. A dan B saling mengenal. Kau mencampakkan A, kemudian kau lari kepada B. Apakah nalarmu sudah tak berfungsi? Aku yang hanya mendengar cerita saja teriris. Bagaimana jika aku di posisi demikian?
+ Hah! Kau bahas saja kesalahanku, tanpa kau mau mengelupas kulit arimu yang sebenarnya penutup korengmu.
- Terserah jalan pikiranmu saja. Aku hanya bermain. Walau ada keinginan lebih, tetapi itu semua hanya berakhir di alam pikir.
+ Mengapa tak kau katakan saja pada salah seorang dari mainanmu?
- Haha. Harga diriku, tak akan lagi ada yang menawar jika demikian.
+ Dasar cewe. Harga diri saja yang dipikir. Mana cowo tahu kalau kau memang suka padanya. Kau kira mereka dukun? Yang akan tahu dengan sendirinya? Kau nanti menangis sendiri, kau bilang kau disakiti si A, B, atau C. Padahal kau lah yang menyakiti diri sendiri.
- Iya, terkadang pikiran demikian sering berkelebat. Namun, ah sudahlah, biarkan saja. Aku akan berusaha menekan segala perasaan. Yang penting aku bisa bermain-main dengan mereka tanpa ada satupun yang terluka
+ Cih! Sundal!
- Jelas beda, lah. Aku cewe kamu cowo.
+ Bukan masalah itu.
- Lalu?
+ Aku mendapatimu bersama A, B, dan C.
- Itu hanya sebatas hura-hura dan main-main. Jangan samakan dengan kasusmu yang sebenarnya menyakiti
+ Setidaknya kamu juga terkesan mempermainkan
- Hanya kesan, toh? Aku bersama mereka. Aku menyukai mereka. Tetapi di antara mereka tidak saling mengenal. Aku hanya suka, mengagumi, tak lebih.
+ Lalu, kalau kau bisa berbicara seperti itu, mengapa kau pojokkan aku?
- Aku? memojokkanmu? sama sekali tidak, Bung!! Kau mengenal A dan B. A dan B saling mengenal. Kau mencampakkan A, kemudian kau lari kepada B. Apakah nalarmu sudah tak berfungsi? Aku yang hanya mendengar cerita saja teriris. Bagaimana jika aku di posisi demikian?
+ Hah! Kau bahas saja kesalahanku, tanpa kau mau mengelupas kulit arimu yang sebenarnya penutup korengmu.
- Terserah jalan pikiranmu saja. Aku hanya bermain. Walau ada keinginan lebih, tetapi itu semua hanya berakhir di alam pikir.
+ Mengapa tak kau katakan saja pada salah seorang dari mainanmu?
- Haha. Harga diriku, tak akan lagi ada yang menawar jika demikian.
+ Dasar cewe. Harga diri saja yang dipikir. Mana cowo tahu kalau kau memang suka padanya. Kau kira mereka dukun? Yang akan tahu dengan sendirinya? Kau nanti menangis sendiri, kau bilang kau disakiti si A, B, atau C. Padahal kau lah yang menyakiti diri sendiri.
- Iya, terkadang pikiran demikian sering berkelebat. Namun, ah sudahlah, biarkan saja. Aku akan berusaha menekan segala perasaan. Yang penting aku bisa bermain-main dengan mereka tanpa ada satupun yang terluka
+ Cih! Sundal!