skip to main | skip to sidebar

About me

Foto Saya
Fraintika Anggraeni
Fraintika Anggraeni kerap disapa Weje, Atun, atau Tuk-tuk. Punya persepsi sendiri tentang segala hal, tapi selalu terbuka terhadap persepsi orang lain. Tiap tahun ada masanya. Tiap masa ada tahunnya. Belajar legowo dan terima kenyataan :)
Lihat profil lengkapku

Subscribe To

Postingan
    Atom
Postingan
Semua Komentar
    Atom
Semua Komentar

Kalendar

research paper essay Free Calendar

Clock clock

Archivo del blog

  • ► 2017 (7)
    • ► September (1)
    • ► Agustus (1)
    • ► Januari (5)
  • ► 2016 (13)
    • ► Desember (4)
    • ► April (1)
    • ► Maret (3)
    • ► Februari (2)
    • ► Januari (3)
  • ► 2015 (14)
    • ► September (2)
    • ► Juni (2)
    • ► Mei (2)
    • ► April (2)
    • ► Maret (2)
    • ► Februari (4)
  • ▼ 2014 (49)
    • ► November (2)
    • ► Oktober (2)
    • ► Agustus (3)
    • ▼ Juni (11)
      • Jadi?
      • Keep move-on
      • ini (bukan) pengakuan
      • Sabar
      • Bukan Tentang Apapun
      • Friend Zone
      • CIWIK-CIWIK BATTERY !!
      • HUG
      • Tidur Siang
      • Berdua Saja - Payung Teduh
      • Ada Sesuatu yang Tertinggal. Ada Sesuatu yang Jadi...
    • ► Mei (4)
    • ► April (11)
    • ► Maret (6)
    • ► Februari (4)
    • ► Januari (6)
  • ► 2013 (40)
    • ► November (5)
    • ► Oktober (3)
    • ► September (3)
    • ► Juli (3)
    • ► Februari (23)
    • ► Januari (3)
  • ► 2012 (30)
    • ► Desember (1)
    • ► November (11)
    • ► Oktober (6)
    • ► September (12)
  • ► 2010 (2)
    • ► November (1)
    • ► September (1)

Label

  • Cerpen (2)
  • Curhats (30)
  • Informatif (2)
  • Me and My Friends (7)
  • Owl City Lyrics (5)
  • Puisi (11)

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Info

Rumah Dijual di Bintaro

Pengunjung

Lencana Facebook

Fraintika Anggraeni

Buat Lencana Anda

F R A I ' S

Ketika perkataan bisa berubah di lidah, namun dalam aksara, kata akan tetap sama :)

Kamis, 26 Juni 2014

Jadi?

+ Lalu apa bedanya aku dan kau.
- Jelas beda, lah. Aku cewe kamu cowo.
+ Bukan masalah itu.
- Lalu?
+ Aku mendapatimu bersama A, B, dan C.
- Itu hanya sebatas hura-hura dan main-main. Jangan samakan dengan kasusmu yang sebenarnya menyakiti
+ Setidaknya kamu juga terkesan mempermainkan
- Hanya kesan, toh? Aku bersama mereka. Aku menyukai mereka. Tetapi di antara mereka tidak saling mengenal. Aku hanya suka, mengagumi, tak lebih.
+ Lalu, kalau kau bisa berbicara seperti itu, mengapa kau pojokkan aku?
- Aku? memojokkanmu? sama sekali tidak, Bung!! Kau mengenal A dan B. A dan B saling mengenal. Kau mencampakkan A, kemudian kau lari kepada B. Apakah nalarmu sudah tak berfungsi? Aku yang hanya mendengar cerita saja teriris. Bagaimana jika aku di posisi demikian?
+ Hah! Kau bahas saja kesalahanku, tanpa kau mau mengelupas kulit arimu yang sebenarnya penutup korengmu.
- Terserah jalan pikiranmu saja. Aku hanya bermain. Walau ada keinginan lebih, tetapi itu semua hanya berakhir di alam pikir.
+ Mengapa tak kau katakan saja pada salah seorang dari mainanmu?
- Haha. Harga diriku, tak akan lagi ada yang menawar jika demikian.
+ Dasar cewe. Harga diri saja yang dipikir. Mana cowo tahu kalau kau memang suka padanya. Kau kira mereka dukun? Yang akan tahu dengan sendirinya? Kau nanti menangis sendiri, kau bilang kau disakiti si A, B, atau C. Padahal kau lah yang menyakiti diri sendiri.
- Iya, terkadang pikiran demikian sering berkelebat. Namun, ah sudahlah, biarkan saja. Aku akan berusaha menekan segala perasaan. Yang penting aku bisa bermain-main dengan mereka tanpa ada satupun yang terluka
+ Cih! Sundal!
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 12.29 0 komentar

Selasa, 24 Juni 2014

Keep move-on

Air hujan yang turun beberapa waktu lalu seolah menyerap semua kesegaran yang sedari pagi mengelus raga.  Belum lagi beberapa manusia dengan tindakan yang sesuka hati melukai perasaan manusia lain. Ah, begitu stereotipnya hidup. Menghela napas, kemudian menghembuskannya kasar. Aku cukup lelah dengan semua ini. Kenyataan yang seolah bukan pada dunia nyata, dan alam maya yang menggelayuti di lorong hati.

Kenapa manusia punya perasaan. Ada yang bisa mengatur ada yang tidak. Itu sangat tidak adil bagi seseorang yang tidak bisa mengatur emosi dan perasaannya. Ini tidak jauh dari masalah yang sebelumnya. Untuk mendengar namanya saja, aku ciut. Untuk membayangkan namanya saja aku takut. Aku takut kecewa, karena jelas, kecewa akan berpihak padaku selama aku berani memendam perasaan keparat itu kepadanya.

Aku merasa salah mengartikan, salah melangkah, salah bertindak. Aku kacau. Sementara ada pihak yang menggebu-gebu ingin membuatku malu. Ada. Mungkin ini yang namanya sakit, untuk sekadar bernapaspun harus tersengal. Terasa sakit yang mendalam.
Sore mendung ini seolah mengingatkan aku. Aku masih bisa berjalan walau terus ditimpa kesulitan. Ada yang masih peduli, ketika seribu orang berusaha menyakiti. Aku masih punya sosok-sosok yang mengerti. Bukan menyalahi, bukan menyakiti. Aku tahu mereka masih ada, berusaha membuka mataku, berusaha membangkitkanku. Aku janji, seperti janjiku dulu padamu dan beberapa orang lain. Aku akan menikmati proses menyakitkan ini. Bagaimanapun, ini pelajaran ekstra berharga buatku dan aku masih percaya bahwa masalah selalu mendewasakan. Aku terus bergerak, menjauh, walau banyak yang mengolok. Aku janji, aku bisa kembali berdiri, seperti dulu, seperti biasanya.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 13.30 0 komentar

Sabtu, 21 Juni 2014

ini (bukan) pengakuan

Pernah suatu kali, aku mendapati temanku menjalin kasih bersama seseorang yang aku sukai. Huaaah, lagi-lagi mengenai orang kesukaan. Mungkin sudah sejuta lelaki yang aku sukai, tapi tak ada yang menghasilkan sesuatu satupun. Sedih bukan, amat sangat.Ya, suatu kali aku mendapati kenyataan bahwa lelaki kesukaanku menjalin hubungan dengan temanku, teman baik teramat baik. Pada awalnya, aku mengetahui mereka hanya saling suka. Iya, hanya saling suka, setiap kemana-mana berdua. Yang paling aku benci adalah ketika mereka menunggu hujan reda bersama. Walau sepele, semua orang yang berpasangan pasti ingin menikmati momen hujan berdua. Pasti. Aku sangat teriris kala melihat mereka menunggu reda hujan berdua. Sampai akhirnya, via pesan, aku berkata, “Kalau kalian ingin berpacaran, segeralah, agar sakit yang aku rasa tak setengah-setengah, tak pelan-pelan, biar rasa sakitnya sekalian. Kamu tunggu apalagi? Kamu mau menyakiti aku lagi? Bukankah yang perlahan-lahan itu lebih sakit daripada yang sekali tebas?” Itu benar nyatanya, tak lama, mereka menjalin hubungan walau pada akhirnya, kandas juga.

Ini bukan menguak kembali ketololanku karena “diserobot” teman sendiri. Bukan. Bahkan kini aku malah lebih tolol lagi, aku mengalaminya lagi. Haha, tolol sekali bukan? Aku tak tahu dia sudah mengetahui yang sebenarnya atau belum. Yang pasti, dia benar-benar menyakitiku, ya kembali ke pernyataan awal, kalau kalian mau berpacaran, silahkanlah, biar sakitku sekali tebas, tak perlahan-lahan.


Dulu, dia adalah tujuan. Kini, aku malah enggan. Enggan bertatapan, enggan memberi senyuman, malah terkesan mengabaikan. Aku harap aku hidup normal kembali pada jalurku, tanpa mempunyai pikiran bahwa dia dulu pernah menjadi penyemangatku. Aku lebih baik tak pernah kenal dengannya sama sekali. Aku tak peduli sahabatku bercengkerama dengannya sedangkan aku tidak. Aku tak peduli. Bahkan jika aku meninggalkan rutinitasku hanya untuk tak bertemu dengannya, aku akan melakukannya. Terlalu banyak sakit hati yang ditabur, walau sesungguhnya dia tak pernah sadar dan tahu. Ini bukan sepenuhnya kesalahan dia. Bisa jadi dia tak punya kesalahan sama sekali. Namun, oknum-oknum bangsat itu nampaknya sangat bahagia jika aku ditertawakan di depan banyak orang nantinya. Aku harap, aku benar-benar bisa melupakannya. Bisa membencinya. Karena lebih baik benci daripada menghibur diri dengan berkata “aku tidak apa-apa” Aku berusaha tidak munafik. Kamu telah banyak menyakiti. Ah, kadang aku menyesal telah mengakatan semuanya. Kepada semuanya, walau ini juga kecerobohanku. Aku menyesal. Amat sangat.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 23.30 0 komentar

Selasa, 17 Juni 2014

Sabar

Pada suatu hari, aku pernah menangisi mereka. Mereka yang dulu pernah sejalan bersamaku, kini harus berjalan pada jalurnya masing-masing. Cukup sedih dan selalu tersayat jika mengingat hal itu. Aku sempat sudah berpindah suasana hati dari sedih menjadi "mendingan". Kemarin, beberapa hari yang lalu, seseorang mengajak tak resmi kami, anak-anak yang dulunya sejalur, untuk berjalan sejalur lagi (Ini bukan karena ada perselisihan atau apa ya, ini takdir yang membuat kami berpisah, dan ajakan itu bukan untuk men-saklek-an kami lagi) tapi, tapi, tapi, salah seorang temanku menolak jika kita tak datang lengkap. Ah, aku berpikir dia mulai sombong, tapi, tapi, tapi, ah, ini pula takdirku yang harus aku terima. Menyabarkan diri, semua pasti ada jalannya. Sabar, Tika. Semangat aja dulu ya :)
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 16.18 0 komentar

Senin, 16 Juni 2014

Bukan Tentang Apapun

Lagi-lagi, ini bukan tentang aku yang risau, galau, gundah gulana, atau sebagainya akibat "diserobot" orang lain atau memiliki saingan. Tidak-tidak. Ini masalah aku dan pemikiranku. Entah kenapa, terkadang manusia tak suka jika ada sesuatu yang mengusik hidupnya. Ya memang alurnya seperti itu. Ada banyak orang yang dibuat resah, gelisah, mendesah, atau basah sekalian karena ulahku. Aku sama sekali tak bermaksud, kawan!!
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 12.54 0 komentar

Friend Zone

Ini bukan tentang aku yang jatuh cinta pada siapa atau aku yang cemburu pada siapa. Ini masalah pemikiran masing dari aku, dia, mereka, yang menyukai orang yang sama.
Aku tau seseorang yang dimaksud wanita itu. Aku tau seseorang yang disebutnya dalam tulisan, dan yang akan dimimpikannya. Itu kamu, Mas. Kamu yang aku sebut dengan "Mas". Wanita itu bilang, "Mas" memiliki banyak fans. Siapa bilang. Itu bukan fans. Sebenarnya, yang wanita maksud sebagai fans itu adalah orang-orang yang berusaha mencari perhatian kepada si "Mas". Kenapa orang-orang mencari perhatian kepada "Mas", karena sifat "Mas" yang pendiam dan membuat banyak orang penasaran. Seperti aku. Terlebih aku telah melalui beberapa bulan bersama, bersama teman-teman  yang lain juga. Aku memiliki banyak rasa penasaran, yang ingin aku pecahkan sendiri. Namun, Tuhan seolah ingin membantuku *atau memporak-porandakan rencanaku* aku tak diizinkan untuk berjalan sendiri. Itu yang membuatku ekstra canggung kala aku bertemu dengannya.

Semua orang tau dia seperti itu, seperti yang dikatakan wanita itu. Aku kini benar-benar tahu. Wanita itu amat menginginkannya. Menginginkan "Mas". Tak apa, terlepas dari itu semua, aku hanya sekadar ingin tahu dan penasaran saja. Tak lebih. Banyak yang menganggapku menyukainya. Ya, memang tak bisa dipungkiri kalau ada rasa yang tumbuh, namun, itu akan berakhir biasa saja. Tidak addict. Terlebih, sepertinya "Mas" juga menyukai wanita itu. Aku hanya terjebat dalam zona pertemanan. Friend Zone. Yah, tak apa. Bisa berdekatan dengannya selama setahun kemarin saja, sudah lebih dari cukup. Aku terlalu muluk untuk menginginkannya atau menginginkan sesuatu yang berlanjut dari proses satu tahun kemarin.

Sampai sekarang, aku masih suka mencantumkan namanya. Nama "Mas" dalam setiap ketikan dan tulisanku. Itu kamu, Mas. Itu kamu. Kamu yang disukai dan menyukai wanita itu. Selamat !!


Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 12.29 0 komentar

Minggu, 15 Juni 2014

CIWIK-CIWIK BATTERY !!

Pada suatu sore, menjelang hari eksekusi ulangtahun Mas Bagus. 16 Agustus 2013
Dewi - Ikha - Tika - Nisot - Rifqa
Purna Budaya

Dewi - Ikha - Tika - Nisot - Rifqa
Suatu sore yang benar-benar cerah

Ikha - Dewi - Nisot - Rifqa - Tika
Dengan alat masing-masing
Seusai latihan. Hari masih amat sore rupanya. Mumpung berlima, minta foto dulu
Wah, keliatan deh tukang gebugnya :D

Dewi - Tika - Nisot - Ikha - Rifqa
Seharusnya LT 9-9, tapi, kami diculik managerial untuk menghilangkan penat di Pantai Depok

Dewi - Tika - Nisot - Ikha - Rifqa
Pose alay dulu yuk, ciiin~

Nisot - Rifqa - Dewi - Ikha - Tika
You are the best eveeeeer~ :*

Rifqa - Ikha - Dewi - Tika - Nisot (bawah)
Ulangtahun MBUGM ke-35
W35TONESIA

Nisot - Ikha - Rifqa - Dewi - Tika
Awwwh, foto yang banyaaaaak. Mumpung lengkaaaap :)

Nisot - Rifqa - Ikha - Dewi - Tika
Katanya sih ini pose "Bau Ketek" tapi entah mukanya pada sok cool haha :v

Nisot - Rifqa - Ikha - Dewi - Tika
Kamu sangat berarti, istimewa di hati :*

Nisot - Rifqa - Tika - Ikha - Dewi
Muka jeleeeeeek :p
Pantai Depok, sebelum santap siang



Rifqa - Ikha - Nisot - dewi -Tika
Malam tahun baru di rumah Mbak Farah, nonton kembang api
Ini seolah-olah, kami melihat cahaya masa depan *acielaaaah* *mukanya ngga ada yang keliatan*

Rifqa - Tika - Ikha - Mas Dyas (Coach) - Nisot - Dewi
With our coach malam pergantian tahun. Walau fotonya nggak terlalu bagus, tapi ini yang lumayan :)

Rifqa - Nisot - Ikha - Tika (tanpa Dewi)
Event Wardah :)

Rifqa - Ikha - Nisot - Tika
Pose "Kamehameha"
Event Hari Bumi
Lagi-lagi tanpa Dewi

Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 14.49 0 komentar

Jumat, 13 Juni 2014

HUG

Dengan soundtrack yang selalu itu-itu saja. Berdua Saja - Payung Teduh dan All of Me- John Legend. Aku memutar-mutar semuanya. permasalahan, kebosanan, ketidaktahuan, ketidakmengertian, dan kehilangan. Aku ada di mana sebenarnya? Aku hanya mengeluh untuk mencari perhatian orang yang aku suka, aku kira itu akan membuatnya bersimpati. Nol besar. Aku kehilangan akal sehat. Aku benar-benar di ujung, di bawah, di titik terendah. Gundah, bosan, sedih, sendiri, sepi. Apa yang aku harus aku lakukan lagi, selanjutnya, seterusnya. Niat mengabdi malah tersakiti. Merasa tidak berguna di sana-sini.

Beberapa orang menganggapku aneh. Menulis apapun di sosial media, menyebut aku berlebihan, lebay, tukang galau. Aku sebenarnya sedang mencari sesorang yang ingin aku temui, untuk berbagi, untuk memberi. Tapi, kembali lagi. Nol besar. Aku mencari seseorang, bukan Tuhan. Karena aku tahu, Tuhan selalu menbuka jalan, aku sedang mencari jalan itu. Aku ingin ada seseorang yang membantuku, seseorang, manusia, yang memapahku, memberi penerangan, membawakan kompas.

Aku punya teman. Sejak dulu, kami memang tak begitu berhubungan dengan baik. Aku harap, hanya aku yang merasakan itu, karena aku sendiri yang merasa dia amat menyebalkan. Hingga suatu hari, aku mendapat berita, salah seorang sahabatku disakiti, dijahati *ini asumsiku, entah maksud si pelaku apa* mereka menjalani hubungan hanya sekejap. Sahabatku ditinggalkannya, dan temanku menjalin hubungan dengan seseorang yang lain. Ah, apa maksudnya? walau bukan urusanku, tapi aku selalu terbawa emosi. Aku selalu bertemu keduanya kini. Selalu. Rasa aku ingin mencabik-cabik pacar baru temanku itu dan membunuh temanku yang bah, aku tak pernah punya teman sejahat itu.

Aku selalu kalut saat melihatnya. Ini memang bukan urusanku. Namun, aku benar-benar merasakan apa yang sahabatku rasakan, pedihnya sungguh. Temanku bilang ini terlalu biasa saja untuk diperumit. Ah. Rasanya ini memang bukan urusanku, tak sepatutnya aku begini. Aku sudah mencoba bersikap biasanya saja, tapi percayalah, ini sulit. Buat temanku, aku sama sekali tidak berniat mencampuri urusanmu. Aku hanya berempati kepada sahabatku yang kau sakiti.

Belum lagi, permasalahan hatiku dengan seseorang yang sekarang sudah jarang kulihat. Aku bertemu dengannya hanya di-time line.  Itu pun ia sedang berbagi mention dengan seseorang yang konon ia sukai, dan seseorang itupun menyukainya. Seseorang yang kini nampak dingin. Nampak sudah tidak mengenalku. Ada dua hal, ia sedang sibuk atau ia memang muak dengan kelakuanku selama ini. Terserah, itu haknya. Namun, sejak dia tak lagi di lapangan, aku benar-benar kehilangan pegangan. Kemarin aku berasa seperti balita yang yang dipapah jalannya, kini aku mulai belajar berjalan sendiri. Ah, aku ingin terus dipapah. Aku benar-benar kehilangan pegangan, tanpanya. Ada sekelumit permasalahan yang berputar-putar, berasyik-masyuk dalam pikiranku. Biasanya aku bercerita padanya, namun kini, aku harus cerita pada siapa? Apa dia masih mau mendengarkanku? apa nanti dia tak akan bicara "Itu bukan urusanku lagi. Uruslah urusanmu sendiri" Aku harus berbuat apa kalau begini? Aku menyukainya. Aku tak ingin kehilangannya. Aku harus berbuat apa?

Lapangan yang dulu membuatku semangat dan aku menaruh separuh hatiku di sana, sekarang menjadi salah satu tempat tergersang yang pernah kusinggahi. Tak ada tawa, canda, hanya canggung dan kekesalan., Aku benar-benar tak bisa mengolah emosiku. Lapangan dulu bagai oase. Kini padang pasir. Kesakitan yang aku kira entah di mana akan berujung. Aku ingin seperti dulu. Walau tak mungkin. Setidaknya aku ingin yang kini tak seburuk ini. Aku ingin kehangatan, keseruan. Aku ingin battery seperti dulu lagi.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 12.25 0 komentar

Senin, 09 Juni 2014

Tidur Siang

Terkadang tidur siang membuat aku kehilangan beberapa informasi. Tentang apapun, khususnya kamu. Kadang, tidur siang membuatku merasa lengah dan lemah. Seharusnya aku bisa terjaga. Namun, tidur siang juga terkadang menjadi penawar saat sakit yang melanda memorak-porandakan pikiran.
Bukan hanya tidur siang, tidur malampun demikian.

Setelah aku pikir, aku benar-benar tak layak berbuat seperti itu. Mengawasi dia, menyukai dia se-psikopat itu. Walaupun itu salah satu hakku untuk menyukai orang lain. Dia juga punya hak untuk hidup bahagia, merasa bahagia, dan mencintai dengan bahagia. Aku bukan siapa-siapa lagi. Sudah benar-benar berakhir sejak 30 Desember lalu. Aku seharusnya bisa terima itu. Seharusnya aku sadar itu.

Bukan membuatnya menjadi respek kalau begini jadinya, dia terlihat menghindar. Ah, maaf. Sama sekali tak bermaksud seperti itu. Mungkin separuh jiwaku memang psikopat. Tetapi, separuh yang lain aku menaruh minat yang luar biasa padamu. Aku benar-benar tak ingin mengakhirinya.

Terkadang tidur siang membuat aku lega. Pengganti air mata yang tumpah. Pengganti lirik-lirik yang meresahkan jiwa. Penutup luka yang ampuh pastinya. Banyak orang yang menganggap aku berlebihan, tak masuk akal, gila, apapun. Aku hanya ingin aku seperti aku yang tak dibatasi sana sini. Aku ingin aku hidup dengan nyawaku, dengan kepribadian yang aku bentuk sendiri. Aku yakin, selama ini aku tak pernah merugikan orang lain. Aku benar-benar hidup pada jalurku. Aku berpendapat dengan pemikiranku, ada yang tak suka, yasudah. Ada yang berpendapat aku tak pernah menghalangi orang berekspresi. Aku mau hidup dengan caraku. Aku mau menyukai seseorang dengan caraku. Aku benar-benar nyaman dengan yang aku lakukan selama ini.

Untukmu, aku tak pernah sengaja menumbuhkan rasa itu. Ibarat melempar biji buah mangga di alam liar, dipupuki alam, disiram alam, ia akan tumbuh menjadi pohon tanpa ada yang meminta sekalipun. Mau menebangnyapun sayang. Ia pasti akan berbuah banyak. Tetapi apa jadinya jika alam liar itu bertuan, dan si tuan tak menghendaki pohon mangga itu tumbuh, karena ia berencana akan menanam pohon rambutan. Bebenihannyapun sudah ada. Itu akan jadi cerita berbeda. Itu akan jadi hakmu sepenuhnya. Mau ditebang, atau kaubiarkan. Membiarkan sampai berbuah dan buahnya tak kau petik, buahnya akan membusuk sendiri.

Untukmu, aku selalu bahagia jika di dekatmu, hanya di dekatmu saja, benar. Namun, sepertinya ada yang lebih berbahagia lagi dibanding aku. Aku hanya sesuatumu yang secara tak sengaja dan kebetulan kita menjalani hari bersama. Hanya satu tahun. Ya. Tahun-tahun berikutnya, kamu mempunyai jalan sendiri. Sedang aku masih tak tahu harus berbuat apa. Aku yakin kamu sudah dewasa dan akan memilih yang lebih dewasa pula dari aku. Tak apa, aku sangat memaklumi. Aku hanya ingin kau tahu, satu tahun yang kemarin adalah satu tahun dengan kenangan terindah selama hidupku. sekian saja.

Aku harap, tidur siang akan memberikan mimpi. Mimpi saja, tak perlu jadi nyata.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 16.10 0 komentar

Kamis, 05 Juni 2014

Berdua Saja - Payung Teduh

Ada yang tak sempat tergambarkan
Oleh kata ketika kita berdua
Hanya aku yang bisa bertanya
Mungkinkah kau tau jawabnya

Malam jadi saksinya
Kita berdua di antara kata
Yang tak terucap
Berharap waktu membawa keberanian
Untuk datang membawa jawaban

Mungkinkah kita ada kesempatan
Ucapkan janji tak kan berpisah selamanya
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 00.00 0 komentar

Selasa, 03 Juni 2014

Ada Sesuatu yang Tertinggal. Ada Sesuatu yang Jadi Tujuan

Kurang lebih seminggu di kota hujan, ngga membuat banyak cerita yang berarti. Terbilang monoton. Itu-itu saja. Pulang juga tetep aja berkecimpungnya di marching. Ya, ketemu Rendy, Dillan, Akew, Sarah, Wiwi, Ka Bembi, dan banyak anak GSM lainnya. Sempat sehari aku menyambangi sanggar GSM. Benar-benar ngga ada yang berubah kecuali pengisi dan pengurusnya. Aku masih mencium bau tawaku dan tawa sejumlah orang yang pernah mengisinya sampai akhir hari. Pulang sekolah ke Sanggar, bolos ke Sanggar, menghabiskan waktu di Sanggar, pulang abis Isya, jalan menapaki trotoar jalan Padjadjaran. Naik bis kota di terminal Baranangsiang, menghirup polusi kota Bogor, dan ada sejumlah kenangan yang tercetak selama menyisir tempat itu. Memang baru dua tahun aku menginggalkan kebiasaan yang cantik itu. Dulu aku berpikir, kegiatan itu akan terus aku jalani sampai batas waktu yang tak pernah bisa ditentukan. Namun, kenyataannya, hanya tiga tahun saja, setelah itu aku harus pindah ke Kota Pelajar ini. Mungkin suatu hari, kegiatan yang sudah menjadi darah daging inipun aka terlihat sama di sepuh atau lima-belas tahun kemudian.

Kota Jogja bisa kubilang kota move on-ku. Aku memang move on dari sejuta pelik yang tercipta di Kota Hujan saja. Namun, pelik di sini tak beda jauh dengan di sana. Sama sja. Aku tak jadi move on.

Hanya sekitar seminggu. Entah apa ini namanya. Mungkin aku tertarik kepadanya. Hanya tertarik. Semoga ada yang terbaik. Awalnya aku lihat dia, dia nampak seperti seseorang yang kukenal. Aku jadi makin memperhatikannya. Hahahaha. Awalnya aku hanya iseng memperhatikannya. Namun, mungkin aku akan menjadikan dia tujuan saat aku menyambangi Kota Hujan itu. Dia meninggalkan sejumlah bekas yang samar. Hanya aku yang bisa menafsirkan bekas itu. Coba kau tersenyum. Aku akan lebih tersenyum lagi. Hahaha.

Ada yang tertinggal di sana. Sebelum aku mengetahuinya lebih dalam dan lebih jauh. Sebelum aku berbincang lebih lama dan lebih jauh. Namun, jika aku melakukannya, dia mungkin enggan. Semoga suatu saat aku bisa lagi bertemu lagi denganmu, ya. Aku meninggalkan sesuatu padamu, sehingga saat aku pulang nanti, akan aku tanyakan padamu :)
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 13.48 0 komentar
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Blog Design by Gisele Jaquenod