Terkadang tidur siang membuat aku kehilangan beberapa informasi. Tentang apapun, khususnya kamu. Kadang, tidur siang membuatku merasa lengah dan lemah. Seharusnya aku bisa terjaga. Namun, tidur siang juga terkadang menjadi penawar saat sakit yang melanda memorak-porandakan pikiran.
Bukan hanya tidur siang, tidur malampun demikian.
Setelah aku pikir, aku benar-benar tak layak berbuat seperti itu. Mengawasi dia, menyukai dia se-psikopat itu. Walaupun itu salah satu hakku untuk menyukai orang lain. Dia juga punya hak untuk hidup bahagia, merasa bahagia, dan mencintai dengan bahagia. Aku bukan siapa-siapa lagi. Sudah benar-benar berakhir sejak 30 Desember lalu. Aku seharusnya bisa terima itu. Seharusnya aku sadar itu.
Bukan membuatnya menjadi respek kalau begini jadinya, dia terlihat menghindar. Ah, maaf. Sama sekali tak bermaksud seperti itu. Mungkin separuh jiwaku memang psikopat. Tetapi, separuh yang lain aku menaruh minat yang luar biasa padamu. Aku benar-benar tak ingin mengakhirinya.
Terkadang tidur siang membuat aku lega. Pengganti air mata yang tumpah. Pengganti lirik-lirik yang meresahkan jiwa. Penutup luka yang ampuh pastinya. Banyak orang yang menganggap aku berlebihan, tak masuk akal, gila, apapun. Aku hanya ingin aku seperti aku yang tak dibatasi sana sini. Aku ingin aku hidup dengan nyawaku, dengan kepribadian yang aku bentuk sendiri. Aku yakin, selama ini aku tak pernah merugikan orang lain. Aku benar-benar hidup pada jalurku. Aku berpendapat dengan pemikiranku, ada yang tak suka, yasudah. Ada yang berpendapat aku tak pernah menghalangi orang berekspresi. Aku mau hidup dengan caraku. Aku mau menyukai seseorang dengan caraku. Aku benar-benar nyaman dengan yang aku lakukan selama ini.
Untukmu, aku tak pernah sengaja menumbuhkan rasa itu. Ibarat melempar biji buah mangga di alam liar, dipupuki alam, disiram alam, ia akan tumbuh menjadi pohon tanpa ada yang meminta sekalipun. Mau menebangnyapun sayang. Ia pasti akan berbuah banyak. Tetapi apa jadinya jika alam liar itu bertuan, dan si tuan tak menghendaki pohon mangga itu tumbuh, karena ia berencana akan menanam pohon rambutan. Bebenihannyapun sudah ada. Itu akan jadi cerita berbeda. Itu akan jadi hakmu sepenuhnya. Mau ditebang, atau kaubiarkan. Membiarkan sampai berbuah dan buahnya tak kau petik, buahnya akan membusuk sendiri.
Untukmu, aku selalu bahagia jika di dekatmu, hanya di dekatmu saja, benar. Namun, sepertinya ada yang lebih berbahagia lagi dibanding aku. Aku hanya sesuatumu yang secara tak sengaja dan kebetulan kita menjalani hari bersama. Hanya satu tahun. Ya. Tahun-tahun berikutnya, kamu mempunyai jalan sendiri. Sedang aku masih tak tahu harus berbuat apa. Aku yakin kamu sudah dewasa dan akan memilih yang lebih dewasa pula dari aku. Tak apa, aku sangat memaklumi. Aku hanya ingin kau tahu, satu tahun yang kemarin adalah satu tahun dengan kenangan terindah selama hidupku. sekian saja.
Aku harap, tidur siang akan memberikan mimpi. Mimpi saja, tak perlu jadi nyata.
Bukan hanya tidur siang, tidur malampun demikian.
Setelah aku pikir, aku benar-benar tak layak berbuat seperti itu. Mengawasi dia, menyukai dia se-psikopat itu. Walaupun itu salah satu hakku untuk menyukai orang lain. Dia juga punya hak untuk hidup bahagia, merasa bahagia, dan mencintai dengan bahagia. Aku bukan siapa-siapa lagi. Sudah benar-benar berakhir sejak 30 Desember lalu. Aku seharusnya bisa terima itu. Seharusnya aku sadar itu.
Bukan membuatnya menjadi respek kalau begini jadinya, dia terlihat menghindar. Ah, maaf. Sama sekali tak bermaksud seperti itu. Mungkin separuh jiwaku memang psikopat. Tetapi, separuh yang lain aku menaruh minat yang luar biasa padamu. Aku benar-benar tak ingin mengakhirinya.
Terkadang tidur siang membuat aku lega. Pengganti air mata yang tumpah. Pengganti lirik-lirik yang meresahkan jiwa. Penutup luka yang ampuh pastinya. Banyak orang yang menganggap aku berlebihan, tak masuk akal, gila, apapun. Aku hanya ingin aku seperti aku yang tak dibatasi sana sini. Aku ingin aku hidup dengan nyawaku, dengan kepribadian yang aku bentuk sendiri. Aku yakin, selama ini aku tak pernah merugikan orang lain. Aku benar-benar hidup pada jalurku. Aku berpendapat dengan pemikiranku, ada yang tak suka, yasudah. Ada yang berpendapat aku tak pernah menghalangi orang berekspresi. Aku mau hidup dengan caraku. Aku mau menyukai seseorang dengan caraku. Aku benar-benar nyaman dengan yang aku lakukan selama ini.
Untukmu, aku tak pernah sengaja menumbuhkan rasa itu. Ibarat melempar biji buah mangga di alam liar, dipupuki alam, disiram alam, ia akan tumbuh menjadi pohon tanpa ada yang meminta sekalipun. Mau menebangnyapun sayang. Ia pasti akan berbuah banyak. Tetapi apa jadinya jika alam liar itu bertuan, dan si tuan tak menghendaki pohon mangga itu tumbuh, karena ia berencana akan menanam pohon rambutan. Bebenihannyapun sudah ada. Itu akan jadi cerita berbeda. Itu akan jadi hakmu sepenuhnya. Mau ditebang, atau kaubiarkan. Membiarkan sampai berbuah dan buahnya tak kau petik, buahnya akan membusuk sendiri.
Untukmu, aku selalu bahagia jika di dekatmu, hanya di dekatmu saja, benar. Namun, sepertinya ada yang lebih berbahagia lagi dibanding aku. Aku hanya sesuatumu yang secara tak sengaja dan kebetulan kita menjalani hari bersama. Hanya satu tahun. Ya. Tahun-tahun berikutnya, kamu mempunyai jalan sendiri. Sedang aku masih tak tahu harus berbuat apa. Aku yakin kamu sudah dewasa dan akan memilih yang lebih dewasa pula dari aku. Tak apa, aku sangat memaklumi. Aku hanya ingin kau tahu, satu tahun yang kemarin adalah satu tahun dengan kenangan terindah selama hidupku. sekian saja.
Aku harap, tidur siang akan memberikan mimpi. Mimpi saja, tak perlu jadi nyata.
0 komentar:
Posting Komentar