skip to main | skip to sidebar

About me

Foto Saya
Fraintika Anggraeni
Fraintika Anggraeni kerap disapa Weje, Atun, atau Tuk-tuk. Punya persepsi sendiri tentang segala hal, tapi selalu terbuka terhadap persepsi orang lain. Tiap tahun ada masanya. Tiap masa ada tahunnya. Belajar legowo dan terima kenyataan :)
Lihat profil lengkapku

Subscribe To

Postingan
    Atom
Postingan
Komentar
    Atom
Komentar

Kalendar

research paper essay Free Calendar

Clock clock

Archivo del blog

  • ► 2017 (7)
    • ► September (1)
    • ► Agustus (1)
    • ► Januari (5)
  • ► 2016 (13)
    • ► Desember (4)
    • ► April (1)
    • ► Maret (3)
    • ► Februari (2)
    • ► Januari (3)
  • ► 2015 (14)
    • ► September (2)
    • ► Juni (2)
    • ► Mei (2)
    • ► April (2)
    • ► Maret (2)
    • ► Februari (4)
  • ▼ 2014 (49)
    • ► November (2)
    • ► Oktober (2)
    • ► Agustus (3)
    • ▼ Juni (11)
      • Jadi?
      • Keep move-on
      • ini (bukan) pengakuan
      • Sabar
      • Bukan Tentang Apapun
      • Friend Zone
      • CIWIK-CIWIK BATTERY !!
      • HUG
      • Tidur Siang
      • Berdua Saja - Payung Teduh
      • Ada Sesuatu yang Tertinggal. Ada Sesuatu yang Jadi...
    • ► Mei (4)
    • ► April (11)
    • ► Maret (6)
    • ► Februari (4)
    • ► Januari (6)
  • ► 2013 (40)
    • ► November (5)
    • ► Oktober (3)
    • ► September (3)
    • ► Juli (3)
    • ► Februari (23)
    • ► Januari (3)
  • ► 2012 (30)
    • ► Desember (1)
    • ► November (11)
    • ► Oktober (6)
    • ► September (12)
  • ► 2010 (2)
    • ► November (1)
    • ► September (1)

Label

  • Cerpen (2)
  • Curhats (30)
  • Informatif (2)
  • Me and My Friends (7)
  • Owl City Lyrics (5)
  • Puisi (11)

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Info

Rumah Dijual di Bintaro

Pengunjung

27846

Lencana Facebook

Fraintika Anggraeni

Buat Lencana Anda

F R A I ' S

Ketika perkataan bisa berubah di lidah, namun dalam aksara, kata akan tetap sama :)

Sabtu, 21 Juni 2014

ini (bukan) pengakuan

Pernah suatu kali, aku mendapati temanku menjalin kasih bersama seseorang yang aku sukai. Huaaah, lagi-lagi mengenai orang kesukaan. Mungkin sudah sejuta lelaki yang aku sukai, tapi tak ada yang menghasilkan sesuatu satupun. Sedih bukan, amat sangat.Ya, suatu kali aku mendapati kenyataan bahwa lelaki kesukaanku menjalin hubungan dengan temanku, teman baik teramat baik. Pada awalnya, aku mengetahui mereka hanya saling suka. Iya, hanya saling suka, setiap kemana-mana berdua. Yang paling aku benci adalah ketika mereka menunggu hujan reda bersama. Walau sepele, semua orang yang berpasangan pasti ingin menikmati momen hujan berdua. Pasti. Aku sangat teriris kala melihat mereka menunggu reda hujan berdua. Sampai akhirnya, via pesan, aku berkata, “Kalau kalian ingin berpacaran, segeralah, agar sakit yang aku rasa tak setengah-setengah, tak pelan-pelan, biar rasa sakitnya sekalian. Kamu tunggu apalagi? Kamu mau menyakiti aku lagi? Bukankah yang perlahan-lahan itu lebih sakit daripada yang sekali tebas?” Itu benar nyatanya, tak lama, mereka menjalin hubungan walau pada akhirnya, kandas juga.

Ini bukan menguak kembali ketololanku karena “diserobot” teman sendiri. Bukan. Bahkan kini aku malah lebih tolol lagi, aku mengalaminya lagi. Haha, tolol sekali bukan? Aku tak tahu dia sudah mengetahui yang sebenarnya atau belum. Yang pasti, dia benar-benar menyakitiku, ya kembali ke pernyataan awal, kalau kalian mau berpacaran, silahkanlah, biar sakitku sekali tebas, tak perlahan-lahan.


Dulu, dia adalah tujuan. Kini, aku malah enggan. Enggan bertatapan, enggan memberi senyuman, malah terkesan mengabaikan. Aku harap aku hidup normal kembali pada jalurku, tanpa mempunyai pikiran bahwa dia dulu pernah menjadi penyemangatku. Aku lebih baik tak pernah kenal dengannya sama sekali. Aku tak peduli sahabatku bercengkerama dengannya sedangkan aku tidak. Aku tak peduli. Bahkan jika aku meninggalkan rutinitasku hanya untuk tak bertemu dengannya, aku akan melakukannya. Terlalu banyak sakit hati yang ditabur, walau sesungguhnya dia tak pernah sadar dan tahu. Ini bukan sepenuhnya kesalahan dia. Bisa jadi dia tak punya kesalahan sama sekali. Namun, oknum-oknum bangsat itu nampaknya sangat bahagia jika aku ditertawakan di depan banyak orang nantinya. Aku harap, aku benar-benar bisa melupakannya. Bisa membencinya. Karena lebih baik benci daripada menghibur diri dengan berkata “aku tidak apa-apa” Aku berusaha tidak munafik. Kamu telah banyak menyakiti. Ah, kadang aku menyesal telah mengakatan semuanya. Kepada semuanya, walau ini juga kecerobohanku. Aku menyesal. Amat sangat.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 23.30

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Blog Design by Gisele Jaquenod