skip to main | skip to sidebar

About me

Foto Saya
Fraintika Anggraeni
Fraintika Anggraeni kerap disapa Weje, Atun, atau Tuk-tuk. Punya persepsi sendiri tentang segala hal, tapi selalu terbuka terhadap persepsi orang lain. Tiap tahun ada masanya. Tiap masa ada tahunnya. Belajar legowo dan terima kenyataan :)
Lihat profil lengkapku

Subscribe To

Postingan
    Atom
Postingan
Semua Komentar
    Atom
Semua Komentar

Kalendar

research paper essay Free Calendar

Clock clock

Archivo del blog

  • ► 2017 (7)
    • ► September (1)
    • ► Agustus (1)
    • ► Januari (5)
  • ▼ 2016 (13)
    • ▼ Desember (4)
      • Terima kasih atas dua tahun yang sangat menakjubka...
      • Ketika Semuanya Harus Berubah
      • CHOOSE
      • Hurt
    • ► April (1)
      • Teruntuk lelaki yang selalu membuatku menangis
    • ► Maret (3)
      • Kepada Kalian yang . . . .
      • NGARET
      • Terlampau Jauh
    • ► Februari (2)
      • BERCANDA
      • HA!
    • ► Januari (3)
      • Surat Cinta untuk Seseorang yang Tak Pernah Mencinta
      • Aku Mohon
      • Apa itu?
  • ► 2015 (14)
    • ► September (2)
    • ► Juni (2)
    • ► Mei (2)
    • ► April (2)
    • ► Maret (2)
    • ► Februari (4)
  • ► 2014 (49)
    • ► November (2)
    • ► Oktober (2)
    • ► Agustus (3)
    • ► Juni (11)
    • ► Mei (4)
    • ► April (11)
    • ► Maret (6)
    • ► Februari (4)
    • ► Januari (6)
  • ► 2013 (40)
    • ► November (5)
    • ► Oktober (3)
    • ► September (3)
    • ► Juli (3)
    • ► Februari (23)
    • ► Januari (3)
  • ► 2012 (30)
    • ► Desember (1)
    • ► November (11)
    • ► Oktober (6)
    • ► September (12)
  • ► 2010 (2)
    • ► November (1)
    • ► September (1)

Label

  • Cerpen (2)
  • Curhats (30)
  • Informatif (2)
  • Me and My Friends (7)
  • Owl City Lyrics (5)
  • Puisi (11)

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Info

Rumah Dijual di Bintaro

Pengunjung

27846

Lencana Facebook

Fraintika Anggraeni

Buat Lencana Anda

F R A I ' S

Ketika perkataan bisa berubah di lidah, namun dalam aksara, kata akan tetap sama :)

Sabtu, 31 Desember 2016

Terima kasih atas dua tahun yang sangat menakjubkan :)

Untuk bisa bersamamu adalah hal yang mustahil. Aku pernah mengatakan  hal ini tempo hari. Akan tetapi kau mengatakan bahwa, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Bisa saja ada sesuatu yang bisa membuatku jatuh kepadamu. Kemudian pernyataanmu seolah didengar dewi fortuna, maka jatuhlah aku kepadamu dan cukup sulit untuk keluar dan menyelamatkan diri.

Aku tak pernah menyangka bahwa aku akhirnya jatuh kepadamu, sosok yang sama sekali hanya aku kenal tidak lebih dari permukaannya saja. 2013 dan 2014 berlalu, dan kita habiskan dua tahun sebagai  teman main yang tidak terlalu dekat dan akrab. Aku hanya mengenalmu sebatas nama walau seringkali kau bercerita namun sejatinya, dahulu, aku tidak terlalu tertarik dengan semua ceritamu. Aku hanya mengenalmu di permukaan. Kau bukan orang yang mudah akrab denganku begitu pula aku. Dua tahun, kau bukan sosok yang aku cari.  Bukan pula orang yang membuat aku mencari. Lagi-lagi, kau hanya sebatas teman mainku yang tidak terlalu kutahui sosoknya.

Aku cukup dikenal banyak orang. Aku cukup mengenal banyak orang. Namun suatu hari kau terpilih menjadi salah satu pemimpin acara, aku tidak pernah menyangka. Apakah kau bisa? Aku tak pernah mendengar namamu di suatu acara sebagai pemimpin. Aku sangsi waktu itu.
Namun, dengan segala kekuranganmu, ternyata kau bisa. Bahkan kau meraih lebih. Mendapat berkali lipat. Aku langsung jatuh begitu saja. Jatuh kepadamu, kepada tawa renyahmu, pada candaan anehmu, dengan semua yang ada padamu.

Satu hal yang membuat aku tak boleh larut padamu. Ada unsur yang membuat aku dan kau tak bisa lebur jadi satu. Aku tak pernah mau mengatakannya, karena ini sungguh menyakitkan. Tak pernah sebelumnya aku sebingung dan setak rela ini. Aku tak pernah bisa berjalan beriringan denganmu karena sesuatu.

Selama dua  tahun ini, aku hanya menebak dan menebak. Bertaruh dan bertaruh tanpa tahu pasti apa yang ada di pikiranmu saat itu. aku rasa hanya aku yang memendam. Hanya aku yang menaruh harapan. Aku mencoba berdamai dengan pikiranku dan berusaha menyadarkan diri bahwa aku tak akan pernah bisa berada bersamamu. Aku terus meyakinkan hati bahwa aku harus pergi dan bangkit sendiri.
Pernah kuutarakan, namun kau tak memberi tanggapan. Aku makin bingung dan gamang. Sebenarnya bagaimana ini? Aku masih selalu bersamamu dan menghabiskan malam bersamamu. Bagaimana bisa aku menggantungkan harapan  tanpa kepastian selama ini, walaupun aku dan kau adalah hal yang tak pernah pasti.

Dan kemudian suatu hari, kita membahasnya. Perasaanku adalah senang. Akhirnya kita membicarakan hal ini. Walau hasilnya adalah tidak, namun, kau memberi aku seutas tali untuk aku mengambil keputusan antara bangkit atau menjatuhkan diri lebih dalam lagi. Mau tak mau aku bangkit sendiri dank au serasa kembali dengan masa lalumu.

Kini aku akan kehilangan sosokmu. Sosok yang sangat membuatku nyaman, sosok yang suka kupandang, sosok yang menenangkan, sosok yang bisa menjagaku. Ah, tapi itu hanya spekulasiku. Kau tak selamanya memikirkanku dan aku bahkan sama sekali tak ada di pikiranmu. Aku terlalu kecil dan tertutup oleh bayang masa lalumu yang sekiranya bisa menjanjikan.

Aku hanya debu di atas album fotomu. Aku bisa dengan mudahnya kau singkirkan dan kau hilangkan dan  kau kembali membuka memori dengan masa lalumu. Bagian itu adalah bagian yang paling menyakitkan yang pernah aku dapatkan  selama mengenalmu. Walaupun kau sejuta kali berkata tidak, namun rasanya pasti sulit untuk dilupakan. Kau masih berharap dan masa lalumu lebih  mengharapkanmu dari pada aku.

Tak lupa aku selalu curiga saat kau pergi dan membawa serta ponselmu. Hm. Kecurigaanku tak pernah berbeda. Berkali-kali kau membuatku berspekulasi sendiri dan cemburu sendiri. Aku selalu  takut ketika ada yang membuatmu lebih nyaman. Aku selalu iri dengan orang-orang yang bisa membuatmu tertawa. Aku selalu takut jika keberadaanku hanya mengganggumu. Aku juga takut jika aku sebenarnya tak benar-benar ada di pikiran dan di hatimu.

Jangan dikira aku baik-baik saja. Walaupun tampaknya aku akan selalu bercanda dan tertawa, tapi ada luka yang cukup menganga. Sebab banyak hal yang tidak bisa aku raih nalarnya. Sebab aku hanya manusia yang selalu meminta dan berharap semua keinginan jadi nyata.  Di sisiku yang lain, aku punya pemikiran bahwa, tidak selama yang aku inginkan adalah baik, baik untukku maupun untuk yang lain.
















Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 11.56 0 komentar

Ketika Semuanya Harus Berubah

Di penghujung tahun ini, aku telah kehilangan. Kehilangan segalanya. Sekalipun di tahun ini ada beberapa hal yang sudah berhasil kucapai tetapi di akhir tahun ini, aku telah kehilangan.
Aku selalu memprioritaskan kalian pada nomor satu. Di atas segalanya, bahkan keluarga dan teman-teman. Karena kalian selalu menjadi yang pertama untuk aku kembali. Ketika aku kehilangan semuanya, kalian adalah tempat aku bernaung. Ketika aku lelah, kalian tempat aku beristirahat. Ketika aku haus, kalian adalah tempat aku melepas dahaga. Ketika aku menjadi seseorang yang paling terjatuh, kalian adalah orang-orang pertama yang membangkitkanku.

Mungkin seharusnya aku memberi awalan, dulu. Karena sejatinya, hal tersebuut sudah berlalu dan kini aku telah kehilangan. Aku harus melawan terik sendirian. Ketika aku meminta pertolongan kalian, kalian telah pergi. Aku tertatih sendirian, kalian sibuk dengan urusan kalian masing-masing.
Tidak dapat kupungkiri. Kita telah berpisah dan hidup terus berubah. Mungkin pula aku yang terlalu berlebihan. Aku yang terlalu menomorsatukan kalian. Sudah seharusnya kusadari bahwa kita tidak selalu berada di rel yang sama. Kita sudah punya trek masing-masing. Kalian punya kehidupan masing-masing. Aku yang kesepian sendiri dan aku yang salah.

Sejujurnya, aku sangat beruntung bertemu dengan kalian, walau kalian sangat menyebalkan. Kalian orang-orang yang tak pernah kutemui sebelumnya, yang tak pernah kukenal sebelumnya, bisa membuat aku sekehilangan ini. Waktu bersama kalian sangat berharga. Berulang kali ingin kutulis tetapi rasa-rasanya semua tak pernah bisa diutarakan dengan kata-kata. Mungkin aku akan belajar lagi merangkai kata indah supaya kalian senang membacanya.

Aku ingin selalu menghabiskan waktu bersama kalian. Selalu. Mungkin ini adalah sisi egoku yang paling tinggi. Tapi itu adalah kejujuranku  yang sejujur-jujurnya. Aku merasa kehilangan kalian ketika kesibukan kita mulai berubah dan berbeda. aku takut suatu hari nanti aku tak mengerti apa yang kalian bicarakan. Aku juga takut ketika nanti kalian menemukan orang-orang yang lebih membuat kalian nyaman.

Sebenarnya, apakah kalian merasakan hal yang aku rasakan kini? Apakah kalian memiliki ketakutan yang sama dengan yang kutakuti saat ini? Apakah kalian sesepi ini?
Barangkali satu dua sikap dan sifatku yang membuat kalian jengah sehingga kalian menghindar atau tak pernah mau lagi berbaur bersamaku. Mungkin satu dua masalah yang kubuat membuat kalian gerah. Aku tak pernah tahu bagaimana aku di hati dan pikiran kalian. Maafkan kesalahan, kekhilafan, dan keegoisanku.

Bagaimanapun, kalian adalah orang-orang yang sangat aku nantikan kabarnya. Grup kita selalu yang ingin kuperbarui isinya. Aku selalu ingin bercerita dan berkomunikasi dengan kalian.  Aku akan jadi orang yang pertama senang saat kalian bahagia dan akan susah saat kalian berduka. Ketika aku mulai benar-benar kehilangan kalian, aku hanya bisa menitip satu dua aamiin-ku kepada Tuhan, agar kalian senantiasa diberi kesehatan, agar kalian tidak pernah sesepi aku, agar kalian selalu bahagia dan tidak pernah merasa kehilangan, agar kalian selalu punya teman, agar ada yang bisa menguatkan atau mengusap air mata kalian.

Hingga mungkin pada suatu hari kita membicarakan tentang masa-masa suka duka kita. Baik secara tatap muka maupun via media sosial. Mungkin juga kita akan kehilangan tawa-tawa renyah yang kita pernah tertawakan bersama.  Kita akan berada pada hidup kita masing-masing dan bahagia sendiri-sendiri.

Aku tak pernah tahu, apakah ini kecemasanku yang terlalu berlebihan atau ini memang salah satu kejadian dari rangkaian perjalanan.

Aku selalu bersedih hati ketika mendapati bahwa sebentar lagi aku akan meninggalkan kota ini dan juga kalian. Ketika aku akan terlupakan dan aku harus mencari lagi teman.
Semoga kesuksesan senantiasa mengiringi kalian. Semoga aku bisa menjadi sosok yang bisa kalian ceritakan ke orang-orang yang paling kalian sayang.


Aku selalu menangis ketika mendengar lagu Vit.C-Friend Forever (Graduation). Sila dengarkan. Semoga pesan lagunya sampai di hati kalian.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 11.54 0 komentar

Selasa, 27 Desember 2016

CHOOSE

Apa yang akan kamu pilih, memilih untuk menyerah dan kau mencari atau menanti seseorang yang lebih tepat, lebih baik, dan lebih menerimamu; atau tetap diam di atas pendirian tapi kau melihatnya pergi dengan tidak lagi mempedulikanmu, kemudian dia bahagia dengan yang lain.


Bukan pilihan yang mudah memang namun bukankah hidup ini pilihan?
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 20.49 0 komentar

Selasa, 20 Desember 2016

Hurt

Rasanya aku sudah tak pernah percaya lagi dengan lagu cinta.
Apakah cinta benar-benar ada?
Apakah ketulusan itu benar-benar nyata?
Apakah semuanya benar-benar serius?
Aku tak pernah berpikiran lagi untuk percaya dan mengikuti hal-hal yang semu.
Bahkan seseorang terdekat saja bisa menyakiti.
Katanya teman dekat, katanya saling peduli.
Kenapa menyakiti?
Kemudian aku tak pernah habis pikir, mengapa bisa jadi begini?
Mengapa semuanya harus berakhir kecewa seperti ini.
Yang tertinggal hanya perasaan yang menyakitkan.
Sakit saat melihat mereka.
Sakit saat mendengarnya berbicara.
Aku berubah menjadi pembenci.
Aku benci.
Terima kasih telah melukai. Telah membuat sakit.
Terima kasih atas semua air mata yang kukeluarkan.

Kau benar-benar seburuk-buruknya teman dekat.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 16.58 0 komentar

Jumat, 08 April 2016

Teruntuk lelaki yang selalu membuatku menangis

Setiap cerita pasti berawal dari sebuah pengalaman nyata, baik yang terjadi di dalam kehidupan pribadi seseorang maupun kehidupan yang disaksikan oleh indera-indera seseorang. Teruntuk engkau, wahai lelaki yang acap kurindukan, entah rinduku akan berakhir di mana namun rasa-rasanya, rindu ini akan senantiasa melekat kuat dan hebat.

Sayang sekali rasanya, tak berapa lama kita bertemu. Namun sejatinya, kala aku mengingat segala hal tentangmu, air mata ini senantiasa seketika membeludak dan meleleh panas di pipi. Kemudian aku langsung terlempar jauh ke beberapa tahun kala kita masih bersama.

Hingga kini, aku selalu masih membayangkan, bagaimana keadaanku jika kau masih di sisiku dan menemaniku sampai saat ini, bagaimanapun keadaanmu. Aku masih membayangkan, betapa aku mempunyai cerita yang sama dengan manusia lain yang memilikimu dan bisa membuatmu tersenyum.

Hingga kini, aku masih berlinangan air mata kala mengingat segala hal tentangmu. Aku bukan terlalu cengeng. Aku hanya rindu sekali akan dirimu. Namun bagaimanapun, aku hanya bisa menangis panas.

Aku masih terbayang aura, senyum, marah, dan garis wajahmu. Namun rasa-rasanya aku tak pernah mau terlalu larut dalam ilusi bayanganmu. Lagi-lagi itu hanya membuatku tersedu.
Betapa kau mengajariku banyak hal dengan waktu yang sesingkat itu. betapa kau meninggalkanku secepat itu. dan hingga kini, aku masih membayangkan kau masih ada denganku.
Teruntuk lelaki hebat yang acap membuatku menangis.

Aku hanya dapat mengenang kembali masa-masa yang amat lama. Mengenang ketika betapa bahagianya aku ketika kau mengantarku ke sekolah dan membelikanku biskuit coklat untuk bekal. Mengenang ketika kau menjanjikanku jalan-jalan saat aku berani mengikuti imunisasi di sekolah. Mengenang ketika kau mengajakku makan di kedai makanan sepulang sekolah. Membelikanku es bon-bon jika puasaku penuh. Membelikan sepatu dan tas baru saat nilaiku bagus. Hanya sebatas itu.
Awalnya, aku tak pernah punya nyali untuk bertegur sapa denganmu karena kau  selalu dalam keadaan lelah. Aku sama sekali tak berani menjatuhkan pena dari atas laci lemari ketika kau tertidur. Aku selalu takut membuatmu terbangun. Aku selalu segan meminta uang jajan karena aku tak yakin kau tahu berapa uang jajan yang biasa diberikan kepadaku. Aku tak pernah berani meminta dua kali saat kau berkata “tidak”.

Dan kini, entah apa rasanya, menyesal mungkin, karena tidak pernah mengenalmu lebih dalam lagi.
Kemudian kini, terkadang aku tak pernah mempercayai seorang lelakipun, kecuali kau. Hanya kau lelaki yang sangat kurindukan. Bahkan, rasa-rasanya tak akan pernah ada lelaki yang mampu menggantiikanmu.

Wahai lelaki yang selalu membuatku berusaha, tujuh tahun bukan waktu yang singkat dan bukan pula waktu yang lama. Aku telah merindukanmu selama itu dan aku masih terus akan menyambung rindu sampai akhir hayatku. Semoga kelak kita dipertemukan kembali dan kau akan membawakanku sekotak es bon-bon manis dan biskuit cokelat. Semua tentangmu, selalu membuatku melayangkan doa dan air mata.


Wahai lelaki yang telah tenang di surga, aku merindukanmu dan akan selalu merindukanmu.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 12.21 0 komentar

Jumat, 18 Maret 2016

Kepada Kalian yang . . . .

Selamat malam pada sebuah malam yang hening tanpa ada angin atau suara-suara lainnya yang menggambarkan malam. 

Bulan luntur dan bebintangan tak banyak yang muncul.

Kali ini aku akan berkata dari lubuk hatiku yang teramat dalam.

Aku ingin menghilang dari kalian. Aku ingin hilang dan tak ingin mengenal kalian lagi. Ini sungguh menyakitkan. Sungguh, kalian pasti bertanya mengapa aku seceroboh ini dalam mengambil keputusan. bukan aku ingin memutus, namun nampaknya, aku akan terus tersakiti jika harus senantiasa bersama kalian. Salah satu di antara kalian sangat melukaiku. Sangat. Sangat. Aku tak pernah berpikir ia bisa sejahat itu, walau mungkin dalam pikirannya ia tak pernah melakukannya.

Ya, tetapi secara tidak langsung, semuamuanya sangat menyakiti.jika aku terus ada bersama kalian, akan segila apa aku? Toh kini kita sudah berakhir dan tak ada lagi kesibukan yang mengharuskan kita saling berkomunikasi lagi. Aku pernah bilang tempo hari, nampaknya kita hanya akan berakhir sebagai teman kerja. Dan aku kini merasakannya. Kalian sejatinya tak pernah memberi apa yang biasa kalian gembar-gemborkan. Aku hanya bisa terluka dan berpikiran negatif. Bagaimana lagi jika bukan menghilang. Aku ingin tenang. Aku ingin hilang. Mumpung aku sudah terbiasa dengan semuanya.

Bukan aku ingin merusak kebersamaan selama ini, aku masih selalu terbuka secara pribadi untuk menjadi teman kalian. Namun jika untuk beriringan terus, aku tidak mau.

Proses kemarin sangaat berkesan bagiku, namun aku tak pernah bisa memposisikan diriku sebagai sahabat atau bagian dari kalian. Sangat sulit rasanya. Ketika aku ingin berbicara, bercerita, berbagi kisah, kadang aku masih ragu, apakah kalian benar-benar mendengarkanku? Apakah kalian benar-benar memposisikan diri kalian seperti aku? Nampaknya tidak.


Ya, selalu seperti inilah aku.terus menerus dirundung rasa negatif thinking. Kalian senantiasa melukaiku. Lewat apapun.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 14.19 0 komentar

NGARET

Pada dasarnya, gue adalah orang yang selo dan santai. Orang mau beranggapan apapun gue ngga peduli. Orang mau ngelakuin apapun, bukan masalah buat gue. Ya walau terkadang gue suka nyinyir wkwk. Tapi tindak nyinyir gue ngga mendominasi kok. Mungkin lebih ke opini aja yang cukup di-share ke temen-temen deket aja.

Akan tetapi, dari keseluruhan hal negatif yang dilakukan temen-temen gue, gue paling tidak mentoleransi satu hal. NGARET. Entah kenapa, menurut gue, kalo orang ngaret itu dosanya dobel-dobel. Pertama, dia dapet dosa karena bohong. Kedua dia dapet dosa karena bikin orang suudzon, dan ketiga dia dapet dosa karena bikin orang marah. Hahaha,gue ngga nge-judge ya. Itu cuma pengandaian gue.

Nah, kenapa gue ngga suka orang ngaret? Ya Allah, serius deh ya, gue ngga pernah memaafkan orang yang ngaret karena itu sangat menyakiti hati gue hikes. Hahah lebay. Ya, kenapa gue ngga memaafkan? Karena, gue termasuk orang yang terstruktur walaupun  ngga ada yang tau dan walau secara tersurat gue orangnya berantakan. Tapi jangan salah, gue selalu menyusun jadwal gue tiap harinya. Nah, kalo misalnya ada orang yang ngaret, ewh, mereka sudah memorakporandakan agenda gue yang berharga L

Pasti  udah ngga asing dong dengan peribahasa “Waktu adalah uang”. Pernah mikir ngga kenapa sampe ada orang yang menyamakan waktu dengan uang. Ya karena kedua hal tersebut sangat berharga. Maybe kalo kita kehilangan uang, kita bisa saja mendapatkannya kembali, but, ketika kita kehilangan waktu, it never come back. Uang, kalo ngga ada seribu, ngga akan jadi sejuta. Nah, satu jam kalo kehilangan satu menit, bukan satu jam lagi namanya. Apalagi kalo kita tahu jika dalam satu menit yang hilang itu kita bisa melakukan hal-hal lain yang bermanfaat.

Ewh, pokonya gue ilfeel banget sama orang yang ngaret. “Jam 12.30 kita kumpul ya” and then, baru pada kumpul jam 13.15. coba kalo misalnya itu janjiannya nonton film? Ya udah bablas filmnya. Kalo misalnya janjiannya buat jenguk orang, mungkin jam besuknya jadi berkurang. Ya gitu deh pokonya.

Pernah satu kali, gue mau latihan. Nah, pada hari itu, gue sudah berencana bakal ngebersihin alat kesehatan sebelum latihan di mulai dan harus beli galon, menuhin air minum, dan ngebantu piket lainnya. Latihan dimulai jam 18.00 dan piket biasanya berlangsung satu jam sebelumnya, at least, gue harus di lapangan sekitar jam 16.50 lah biar bisa beres-beres bentar dulu. Nah, karena gue mau bersihin alat kesehatan yang agak rumit dan ribet, gue mengestimasikan nyampe jam 16.00. nah, ceritanya, ada temen gue yang berbaik hati mau  jemput (karena gue ngga ada kendaraan)  tapi dia malah ngaret karena blablabla males banget dengerinnya. Sampe jam 16.30 temen gue ngga dateng-dateng, akhirnya gue memutuskan nyari ojek dan gue ngojek sampe lapangan.dan sekitar jam 16.45 gue papasan sama temen gue itu dan dia nampak buru-buru mau jemput gue. Huh. Kenapa coba dia ngga bilang kalo dia punya kesibukan sehingga dia ngga bisa jemput gue. Atau kalo ngga, seenggaknya nggak usah sok baik mau jemput-jemput deh kalo pada akhirnya cuma bikin agenda gue berantakan. Huh.

Ada lagi, jadi suatu hari gue janjian sama temen gue buat dateng ke acara perayaan gitu. Janjiannya, “aku jemput abis maghrib ya” hm, abis maghrib itu kan biasanya jam 18.30 lah ya. Nah, gue udah mandi jam 18.00 dan selesai dandan jam 18.20 niatnya biar yang nantinya jemput gue ngga nunggu lama. But, gue udah nunggu nunggu nunggu. Oke lah, abis maghrib kan sebelum isya, mungkin jam 18.45 kali ya. Sampe gue sms lagi, “mau jamberapa nih ngejemputnya?” dan dia bales, “jam 7an lebih dikit” wah. Perasaan gue udah ngga enak nih, jam 7an dan lebih dikit. 19.15 lebih 15 menit mungkin. Ya ampun, 19.30  dan gue udah ready to go jam 18.20 buset dah.  Memang ngga ada close gate sih, tapi temen gue itu cuma bisa sampe jam 20.00 ya masa gue ke acara tersebut cuma setengah jam. Dan ternyata, 19.30 dia belum datang. Fix, gue lepas baju dan hapus make-up. Jam 19.46 dia  baru datang pas banget setelah gue cuci muka. Perasaan gue sangat teriris, gaes, haha.

Hal kaya gitu ngga cuma gue alamin satu atau dua kali. Sebel juga sih, kalo segala kegiatan gue terhambat gara-gara oknum ngga bertanggung jawab. Gue kadang ngerasa, kalo misalnya gue marah sama temen gue yang ngaret itu, gue yang ngga bisa memposisikan diri gue, secara, di Indonesia kan  jamnya ekstrakaret. Tapi, entah kenapa gue merasa sedih aja huhuhu.

Hm, kalo suatu hari ada yang baca, bukannya mau marah sih dan sok suci sih haha, gini-gini juga gue kadang pernah ngaret, tapi mbok ya yuk kita tepati waktu. Kalo bilang jam 12.00 ya setidaknya jam 11.50 udah di venue, atau bisa mengestimasikan waktu keberangkatan gitu-gitu.

Eh ini lagi yang gue ngga suka, kalo misalnya ada anak marching yang bilang, “ya ampun, gue jadi anak marching jadi tepat waktu terus lho” alah palsu banget, lo tepat waktu juga karena kalo lo latihan ada apelnya dan kalo lo telat apel, lo bakal kena hukuman. Jadi, kalo lo belum bisa tepat waktu, ngga usah umbar-umbar. Apalagi kalo disuruh LPJ atau tutor, anjir, ngaretnya bisa 2 jam. Kaya gitu ngakunya nak marching yang jadi tepat waktu bullshit anjir hahahaha. (Kalo ini buat di marching yang gue jalani doang kok. Buat orangnya, bukan marchingnya)


Ya gitu deh. Aku bener-bener benci orang ngaret. Ngaret adalah kesalahan yang sangat sulit dimaafkan.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 14.13 0 komentar

Terlampau Jauh

Mengapa kita tidak bertemu? Padahal aku tahu ada jejak yang berasal dari sepatumu
Mengapa kita tidak bertemu? Padahal aku mendengar tawamu dari jauh
Mengapa kita tidak bertemu? Bahkan kita saling berkirim pesan dari tempat yang berdekatan.

Apakah sudah lelah?
Apakah mulai jenuh?
Apakah kau sungguh-sungguh sibuk?

Aku melihat kau berjalan menjauh. Aku sengaja tak memanggil namamu.
Aku mendengar kau berbicara. Aku sengaja tak turut serta.

Kenapa tak pernah mau tahu aku ada.
Kenapa tak pernah berpikir.
Kenapa kau terlalu egois.
Kenapa.

Dan pada akhirnya, aku hanya tenggelam dalam spekulasiku sendiri.
Dan pada akhirnya, aku merasa aku tak pernah dibutuhkan lagi.
Dan pada akhirnya, aku akan memilih lepas dan tak pernah berbaur lagi.

Semua sikapmu dan semua sikapku membuat aku terlampau jauh.
Jauh sekali aku berpikir dan menganggap semua adalah benci.
Semua sikapmu adalah salah. Padahal sejatinya, aku hanya terlampau jauh..
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 14.11 0 komentar

Sabtu, 13 Februari 2016

BERCANDA

Bercanda. Siapa sih yang ga suka bercanda. Bercanda itu bisa bkin kita makin deket sama temen-temen dan sahabat-sahabat kita. Ngga jarang, bercanda juga bisa bikin dua orang yang belum kenal jadi kenal. Hahaha. Semua orang suka bercanda. gue juga suka.

But, wait. Ngga semua orang punya selera dan cara bercanda yang sama. Bahkan sebagian dari kita bisa menyalahartikan bercandaan itu. Hm. Ini bukan  tulisan yang buat dibawa serius sih, but,  gue adalah salah satu korban bercanda. Bukan korban, guenya aja yang kegeeran wkwk.

Yes, di masa sekarang, semua orang dipaksa untuk membuka pikiran seluas-luasnya. Tuntutan lah ya. Semua orang punya pendapat, makin banyak aliran-aliran dan golongan-golongan keagamaan yang menuntut kita supaya ngga gampang terjerumus. Dunia makin kejam itu kalo kita ngga bisa buka pikiran kita seluas-luasnya. Coba aja kalo kita bisa buka cara pandang kita, kita pasti bakal melihat semua fenomena ini sebagai kegiatan dan keanekaragaman sosial. (Halah malah jadi kesitu)

Jadi ceritanya, ini gue baru baca di salah satu grup komunitas gue. Jadi, intinya ada seseorang yang ngga terima, kenapa masih ada cowo yang membiarkan dirinya dibercandain (diceng-cengin, dicieciein)  sama cewe yang menyebabkan si cewe malah baper. Kemudian, salah satu temen gue bilang, “Kaya gitu tuuh cuman bercanda kok. Buat lucu-lucuan aja”. Di satu sisi gue setuju tapi di satu sisi gue juga kasian. Ya bayangin aja, perasaan orang kook dimain-mainin. Baper ngga semudah itu. Susah lho sebenernya buat ngga baper. Apalagi kalo udah dicie-ciein, terus masih suka ketemu, terus ditanggepin.  Hahaha, kelar hidup w kalo gitu. Yes, it’s happen to me but I already wake up now.  Di sisi lain, mungkin orang-orang itu butuh hiburan atau menginginkan babak yang lebih seru lagi. Ya, balik lagi aja ke pemikiran dan ke sikap kita lagi.

Apalagi sekarang banyak banget orang yang make kata umpatan sebagai bahan bercandaan. Ya, kayanya ini jadi bahan papernya salah satu dosen gue atau ada  di salah satu buku teori waktu gue kuliah. Fenomena kebahasaan sih, haha. Tapi ini bukan tulisan serius, oke. Ya, sekarang toh banyak banget orang yang menggunakan kata “Anjing”, “babi”, “bangsat” sebagai bahan bercandaa. Haha, dari jaman nenek gue masih pake tanktop juga udah ada kali ya. Tapi bagi sebagian orang akan berpendapat, “ewh it’s so rude” and then, let’s we go back to our own perspective.

Bercanda itu hak siapa saja dan kebutuhan siapa saja. Akan tetapi, ada baiknya jika tak menyangkut perasaan orang lain atau membawa perasaan orang lain dalam candaan. Sungguh deh ya, candaan itu bakal ngga lucu kalo akhirnya menyakiti hati orang lain. Sebagai orang yang lama hidup di dunia per-battery-an *anak marching pasti tau*, gue sudah bolak balik dijadikan bahan bully-an dan sekadar jadi bahan tawaan mereka. it’s okay, but aku selalu berharap mereka akan merasakan kesakitan yang luar biasa ketika mereka dijadikan candaan. Bukannya gue dendam, tapi gue yakin kok roda itu berputar. Mungkin aja gue suka nyakitin orang lain makanya gue disakitinnya begini. Ya gitu deh, gue mencoba membuka lebar-lebar pemikiran gue. Hal itu juga yang sebenarnya bikin kita terhindar dari yang namanya baper.

Haha, this is so fuck yeh, omongan gue kemanaa-mana. Gapapalah, sekali-kali gue curhat pake bahasa begini.

Dan intinya, gue baru tersadar bahwa selama satu tahun ini kebaperan gue ditertawakan oleh pihak-pihak yang haus hiburan. And now I know if I baper I lose. Dan jika gue makin baper dan larut dalam kegalauan, i really fucking loser.


Nah, teman-teman. Buka pikiran kalian. Bercanda (seharusnya) ada batasnya.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 12.35 0 komentar

Kamis, 04 Februari 2016

HA!

Makan noh jaga perasaan, Nyet. Kenapa sih harus kaya gini? Padahal dari awal juga ga ada yang mau.Ini gue yang kebawa perasaan yang lebay apa emang lu yang bangsat sih? apa dua-duanya? Jujur aja, gue mulai ngga nyaman dengan semua ini. I better go dan ngga ketemu lo lagi selamanya. Entah kenapa, dari dulu lo cuma bisa bikin bingung. Oh, bukan, mungkin gue aja yang kebingungan sendiri dan kegeeran sendiri. Iya, kan? Iya lah. Kan emang bener kata lo, "Kalo main sama cowo jangan pake hati, karena kalo sakit, si cewe bakalan nyalahin si cowo padahal si cowo ngg pernah ngerasa berbuat salah". Iya, emang bener. Karena lo ternyata mainannya sama cewe-cewe. Berhak apa atuh gue mah ngelarang-laranglo, iya ga? emang gue siapa, ya, mau larang-larang lo.lo mah ngga pernah bikin salah. Bener kok nganter gue tiap hari pulang, gue udah nolak, terus tetep anter pulang. Lo ngeladenin candaan orang, seolah mengiyakan. Lo ngejagain gue sakit, bawain makanan. Lo sabar. Lo baik. Iya, emang gue yang jadi nenek lampir kegeeran. Tapi begonya gue kegeerannya  sama lo. Lo orang yang ngga pernah gue kenal sebelumnya dari ini.

Dulu lo pernah ngelakuin satu hal, lo cerita tentang seseorang, dan cuma gue yang ga dikasih tau. Kenapa?Ada yang bilang,"Jaga perasaan, Mbak" Makan noh jaga perasaan sampe lo kekenyangan. Sekarang setelah semuanya terjadi, lo dengan gamblangnya bilang bahwa lo bakal pergi sama cewe A sampe Z. Iya, emang gue yang kegeeran kok. Tenang, lo ga salah. Gue ngga marah sama lo. Gue cuma maki-maki diri gue aja kenapa sebegini begonya dan selalu percaya perkataan orang.

Yaudahlah ya, kita mulai kaya dulu lagi aja kalo gitu, ngga kenal sama sekali. Biar gue ga semakin salah dan malah nyalahin lo. Padahal gue yang salah hahaha.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 17.55 0 komentar

Rabu, 13 Januari 2016

Surat Cinta untuk Seseorang yang Tak Pernah Mencinta

Selamat sore dari lubuk hati yang tersayat.

Mungkin ini sudah yang kesekian kalinya luka ini terbuka lagi. Aku pastikan kamu selalu di dalam ketenanganmu. Aku akan perlahan pergi.

Karena memang sebaiknya aku pergi dan mengakhiri hal yang tak pernah dimulai ini. Entah kesalahannya terletak di mana. Aku merasa, hanya aku yang memiliki, hanya aku yang merasakan, dan hanya aku yang tersakiti. Ya, mungkin jika ada ia membaca, ia tidak pernah sama sekali memberikan apapun kepadaku. Termasuk hatinya. Apalagi hatinya.

Aku tak pernah merasa sesia-sia ini. Seharusnya aku hilang dari awal, tak pernah muncul dipermukaan. Buktinya aku sakit lagi dan hanya aku yang merasakan sakitnya. Mau berbagi pada siapa jika sudah begini? Ya, aku akui aku yang salah. Aku yang selalu menganggap sikapnya berlebihan dan aku selalu merasa akan ada akhir yang menyenangkan untukku nantinya. Bersamanya. Akan tetapi, ternyata semua itu jelas semu. Semu dari dulu. Dia menyaadari dan aku tidak. Salahnya, dia tidak menyadarkanku. Ah, ternyata aku bukan siapa-siapa  yang pantas untuk disadarkan. Seharusnya aku sadar sendiri.

Yasudahlah, hanya menghela napas. Itu saja yang bisa aku lakukan. Sampai beberapa hari kemudian aku mencoba bertahan. Setelah itu aku janji aku akan musnah dari ingatannya dan dia akan musnah dari ingatanku. Aku sangat berjanji. Aku tak mau menyakiti hati lagi.

Semua perkataan dan janji yang telah dibuat, anggap saja sebuah cerita yang menggantung. Tidak akan pernah ada aku lagi di setiap kegiatanmu. Aku tak mau bergabung lagi jika aku harus menyakiti diri sendiri. Aku belum siap untuk terluka. Hanya itu. Aku akui, aku sama sekali tak pernah siap untuk membiarkan aku menangis dalam kesendirian karena ulahku sendiri,

Seharusnya ini semua tidak pernah terjadi. Siapa yang memulaipun aku tak pernah tahu, yang aku tahu, kini aku meradang sendiri. Lagi-lagi aku melakukan hal bodoh itu.

Maaf, untukmu, karena aku telah salah menilai semua. Aku yang salah.

Sekian,

Semoga kau dan aku akan selalu bahagia dalam pribadi masing-masing.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 17.55 0 komentar

Kamis, 07 Januari 2016

Aku Mohon

Apa sih, kamu? Apa sih maksudnya? Itu sama sekali menyakiti hatiku, sama sekali. Jika disuruh memilihpun, aku tak pernah mau kejadian ini terjadi. Tidak pernah ada yang menginginkan. Kenapa kamu merusak segalanya? Kenapa?

Sulitkah untuk berbicara langsung kepadaku? Sulitkah? Padahal aku pun akan bersedia duduk sejenak untuk berdialog mengenai hal ini. Aku bahkan tak habis pikir ketika aku sudah mulia melangkah menjauh kau malah menarikku lagi dan kau memaksaku untuk mengikuti lagi alur ceritamu yang sangat pelik. Aku tak pernah habis pikir.

Bagaimana hal ini akan berakhir? Bagaimana jika kamu tak mempersiapkan ending yang baik bahkan buruk sekalipun. Kau tak pernah mempersiapkan apapun untuk mengakhiri ini. Aku ingin sekali pergi dari sini. Dari kamu yang jelas-jelas sudah tidak bisa bersikap normal di depanku. Mari kita akhiri ini semua. Aku mohon.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 22.17 0 komentar

Apa itu?

Berkaca dari kejadian di sekitarku, aku mulai paham arti dari kebersamaan, kenyamanan, dan masa depan. Aku adalah anak dengan keturuan Jawa Sunda. Ayah Jawa dan Ibu Sunda. Lintas provinsi dan hal tersebutlah yang membuat keluargaku menjadi kelurga dengan multietnis.

Aku tidak menyoroti masalah etnis tetapi perihal kebersamaan. Ayahku sudah tiada sejak enam tahun lalu dan kemudian ibuku bertemu dengan seorang lelaki yang sudah kukenal baik. Sangat baik bahkan. Bukan seseorang yang asing bagiku yang kemudian menjadi ayah tiriku. Hm, hanya selang beberapa tahun saja kami bersama dan kemudian pada akhirnya mereka berpisah.

Satu hal yang aku ambil dari kejadian tersebut, tidak semua orang yang dikenal baik akan memperlakukan kita dengan baik pula. Tidak semua yang dianggap dapat melindungi bisa menjalankan tugasnya dengan baik.

Sempat satu kali aku tidak percaya pada laki-laki manapun. Manapun. Kecuali ayahku. Bahkan teman-temanku, aku sama sekali tidak percaya kepada mereka karena aku yakin mereka akan memperlakukan orang-orang bahkan orang terkasihnya  dengan kasar. Tidak menutup kemungkinan mereka akan kasar dengan semua orang, entah itu ayah, ibu, adik, kakak, atau teman. Yang aku tahu mereka memiliki tingkat kekasaran yang tinggi. Hanya ada dua tipe yang masih aku percaya sampai sekarang. Bajingan dan Homo. Hanya dua itu saja.

Sampai suatu hari, aku punya kenalan dan kami harus hidup bersama selama dua bulan. Mereka seolah mengajariku ini itu tentang kasih sayang dan cinta. Hahaha. Mereka tidak mengalami problematika sepertiku dan aku juga tidak punya kehangatan seperti mereka. Akan tetapi, mereka bilang bahwa tidak semua laki-laki demikian. Aku harus mengubah persepsi dan harus percaya dengan laki-laki bahwa mereka dapat berbuat baik kepadaku. Huh. Mengubah persepsi tidak semudah berkedip. Aku masih pada pendirianku sampai suatu hal terjadi.

Ada seorang laki-laki yang telah menyita perhatianku. Aku hanya kagum dan memendam dalam diam. Ya, sampai akhirnya aku lupa bahwa aku sama sekali tak percaya dengan semua sikap dan perkataan laki-laki. Laki-laki satu ini sama sekali bukan tipeku. Aku hanya menghormatinya dan segan. Hanya itu. Aku terkadang mengambil hati perkataannya dan perbuatannya. Sempat merasa ditinggikan dan aku bahagia sendiri. Aku sama sekali tak mau dibilang jatuh cinta. Sama sekali tak mau. Aku masih tidak percaya cinta sampai kapanpun. Aku hanya membutuhkan nyaman dan senang. Walau seumur hidupku, aku tidak akan pernah murni mendapatkannya.  Ya, berkali-kali ia membuat aku berpkiran lebih dan berkli-kali juga ia menyakitiku dengan semua sikap dan perkataannya yang mungkin tak disadinya dan tak disengajanya.

Awalnya aku hanya memendam dalam diam. Aku tahu bagaimana ia berhubungan dengan teman-temannya yang lain. Dalam diam aku mengetahuinya. Dan pada akhirnya, aku menyerah. Aku harus mengatakan bahwa aku mula timbul perasaan nyaman dan bahagia ketika bersamanya. Bahagia bisa tertawa dan bercengkarama. Aku tak suka jika ia membicarakan orang lain yang sempat dekat atau sedang dekat dengannya. Aku sangat merasa dipermainkan. Aku merasa ia mempermainkan perasaanku. Entahlah, aku mulai merasa ia memang tak pernah memiliki perasaan yang sama denganku. Ya sudahlah, perasaanku benar, pikiranku benar, tidak ada laki-laki yang baik. Tak pernah ada definisi yang tepat dari kata cinta. tidak pernah ada.

Mungkin sekarang aku tinggal berjalan sesuai waktu. Aku akan hilang dari kesehariannya dan aku sudah siap untuk hidup seperti tahun-tahun sebelumnya tanpa dia. Aku akan berjalan pada lintasanku yang sama sekali akan melupakannya. Entah ini sudah berapa kali kubuat dan kulanggar sendiri. Aku hanya tak ingin dipermainkan. Aku cuman punya perasaan dan ini modalku untuk percaya pada seseorang. Terima kasih telah melukai. Bahagialah dengan wanitamu yang lain yang jelas seiman denganmu.Bye.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 19.20 0 komentar
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Blog Design by Gisele Jaquenod