skip to main | skip to sidebar

About me

Foto Saya
Fraintika Anggraeni
Fraintika Anggraeni kerap disapa Weje, Atun, atau Tuk-tuk. Punya persepsi sendiri tentang segala hal, tapi selalu terbuka terhadap persepsi orang lain. Tiap tahun ada masanya. Tiap masa ada tahunnya. Belajar legowo dan terima kenyataan :)
Lihat profil lengkapku

Subscribe To

Postingan
    Atom
Postingan
Semua Komentar
    Atom
Semua Komentar

Kalendar

research paper essay Free Calendar

Clock clock

Archivo del blog

  • ► 2017 (7)
    • ► September (1)
    • ► Agustus (1)
    • ► Januari (5)
  • ► 2016 (13)
    • ► Desember (4)
    • ► April (1)
    • ► Maret (3)
    • ► Februari (2)
    • ► Januari (3)
  • ► 2015 (14)
    • ► September (2)
    • ► Juni (2)
    • ► Mei (2)
    • ► April (2)
    • ► Maret (2)
    • ► Februari (4)
  • ▼ 2014 (49)
    • ▼ November (2)
      • UNTITLED - MALIQ
      • Bulan Hectic
    • ► Oktober (2)
      • #B2
      • Rindu
    • ► Agustus (3)
      • REALISTIS (?)
      • Apa yang Harus Aku Lakukan?
      • Pengakuan
    • ► Juni (11)
      • Jadi?
      • Keep move-on
      • ini (bukan) pengakuan
      • Sabar
      • Bukan Tentang Apapun
      • Friend Zone
      • CIWIK-CIWIK BATTERY !!
      • HUG
      • Tidur Siang
      • Berdua Saja - Payung Teduh
      • Ada Sesuatu yang Tertinggal. Ada Sesuatu yang Jadi...
    • ► Mei (4)
      • :'(
      • NON
      • Aku Hanya Takut. . .
      • Arghhhhhh~
    • ► April (11)
      • Lampu Taman
      • Pada Suatu Hari
      • Kembali bersama Mereka :)
      • Ketemu Lagi Sama Bassdrum 2013 :D
      • Namanya Nostalgia
      • Firasat
      • Izinkan Aku Menyayangimu
      • Open your eyes, Baby :)
      • Aku Ingin
      • Beribu "CIH" dari gue. Mamam noh!
      • Bukan untuk Itu, tetapi untuk Ini :)
    • ► Maret (6)
      • Semoga bisa ditepis, Aamiin :)
      • Belum Sanggup Move On
    • ► Februari (4)
    • ► Januari (6)
  • ► 2013 (40)
    • ► November (5)
    • ► Oktober (3)
    • ► September (3)
    • ► Juli (3)
    • ► Februari (23)
    • ► Januari (3)
  • ► 2012 (30)
    • ► Desember (1)
    • ► November (11)
    • ► Oktober (6)
    • ► September (12)
  • ► 2010 (2)
    • ► November (1)
    • ► September (1)

Label

  • Cerpen (2)
  • Curhats (30)
  • Informatif (2)
  • Me and My Friends (7)
  • Owl City Lyrics (5)
  • Puisi (11)

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Info

Rumah Dijual di Bintaro

Pengunjung

27846

Lencana Facebook

Fraintika Anggraeni

Buat Lencana Anda

F R A I ' S

Ketika perkataan bisa berubah di lidah, namun dalam aksara, kata akan tetap sama :)

Selasa, 25 November 2014

UNTITLED - MALIQ

Ketika kurasakan sudah adaruang di hatiku yang kau sentuh...ohdan ketika kusadari sudahtak selalu indah cinta yang ada..uwo..o..omungkin memang ku yang harus mengertibilaku bukan yang ingin kau milikisalahkah ku bilakaulah yang ada di hatikuoh...
adakah ku singgah di hatimumungkinkah kau rindukan adakuadakah ku sedikit di hatimu ?bilakah ku mengganggu harimumungkinkah tak inginkan adakuakankah ku sedikit di hatimu ?
bila memang ku yang harus mengertimengapa cintamu tak dapat kumulikisalahkah ku bilakaulah yang ada di hatikukau yang ada di hatiku X2
bila cinta kita tak kan terciptaku hanya sekedar ingin tuk mengertiadakah diriku oh singgah di hatimudan bilakah kau taukaulah yang ada di hatikukau yang ada di hatikuadakah ku di hatimu ?

Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 19.39 0 komentar

Rabu, 19 November 2014

Bulan Hectic

Menghadapi bulan paling hectic sepanjang hidup gue. Cukup minta dikuatin aja ama yang punya hidup. Banyak yang harus gue hadapi. Bulan yang bener-bener ekstra super duper berat. Lebay. Tapi emang kenyataannya seperti itu. Ga ada yang salah. Cukup positive thinking aja ama keadaan. Semua ada jalan keluarnya. Semua pasti bisa dihadapi dengan baik.

Mulai dari Bulan Bahasa UGM 2014. Kadang gue mikir, kenapa gue harus menceburkan diri ke divisi kece itu? Biasanya juga gue di perkap, nguli. Porsi gue emang kerja tenaga bukan kerja mikir. Tapi, karena ceritanya gue pengen berbakti sama Jurusan gue yang selama hampir setahun kemaren gue abaikan dan ini adalah acara terakhir angkatan gue, jadi gue pengen maksi gitu. Ga salah sih, tapi gue ngerasa gue ngehambat kinerja anak-anak. Gue juga harus ngimbangin ama latreg, latsar, dan nananina lainnya. Padahal gue tuh agak gimana gitu ama koor gue. Maksudnya gue agak segan, soalnya doi nyeplos abis, anyway, gue udah terbiasa sih dengan sikap kayak gitu, tapi karena kurang deket aja jadi agak gimana. But now, gue sudah berusaha untuk menghilangkan rasa segan, takut, dan males sama doi. hahaha. Nice-nya, dia sangat maklum kalo gue ga ikut rapat-rapat. Kemaren dia bilang " Kalo Atun gaikut rapat palingan dia Marching" Tebakan dia selalu benar :)

Lalu, Latreg. Mau konser ceritanya. Konser 35 Tahun MBUGM. Paradoks "Masihkah (kita) Indonesia?" Agak males juga sih pas tau ini konser sok-sokan mau mbahas Indonesia. Karena, ehm, gimana ya. Acara gue aja yang Indonesia banget masih penuh kritikan sana-sini, apalagi ini yang awam-awam banget mengenai Indonesia. Orang Indonesia tapi awam Indonesia. Hahaha, Ini penilaian subjektif gue aja sih. Jalanin aja, semoga acaranya lancar. Walau gue menerima banyak tekanan yang bener-bener menghambat semangat gue, apalagi gue orangnya oon lola beta bebel dan sebagianya. kalo ditambah emosi yang ga jelas kaya gitu kan jadi ogah juga kalo latian. Mana sekarang ada peraturan yang ehm piyeeee ngono~ Gue sih udah terbiasa untuk bekerja di bawah tekanan. Gue juga udah berusaha profesional, tapi kayanya gue ngerasa ada pihak yang bener-bener ga ngerti dan ngga maklum. Kasarannya sih, Helooo~ kerjaan gue bukan cuman di situ  keleus. Semuanya minta diprioritaskan. Kan jadi bingung. Gue sih pengennya fokus ke satu dulu, yang bakal segera selesai. Bukan artinya gue mengesampingkan dan menyepelekan. Tapi gue pengen idup gue agak tertata dan agak rapi aja gitu~ But, gue sangat tahu dunia marching kaya apa. Gue sangat paham. Tapi saking pahamnya, lama-lama gue jadi ga respek.

Then, Latsar.
Awalnya, gue sama sekali ga mau jadi tim latsar lagi apalagi di nonteknis, Berasa jadi babu, kacung, dan semacamnya gitu deh. Semua yang gue kerjain selalu salah, semua yang dilakuin pasti ga bener. What the~ Ada semacam sistem yang salah gitu deh. Males sebenernya kalo ngomongin hal itu. But, tetep positive thinking ja.

Pikiran gu bener-bener bercabang. Pengen cepet-cepet BB selesai, Konser selesai, Latsar selesai, dan menjalankan hi8dup dengan hampa lagi.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 09.49 0 komentar

Jumat, 24 Oktober 2014

#B2

Masih terasa sedih. Aku tak tau kenapa dia bisa pergi secepat itu. Tanpa benar-benar aku sadari. Aku kira aku bakal bersama dia terus, terus, teruuuuus~ Dulu, waktu masih berkenalan, aku kira aku tidak akan sebetah ini dengannya. Aku kira aku masih akan memikirkan yang lama. Namun, seiring berjalannya waktu, dia bisa diajak kompromi, kerja sama, latihan, terik, panas, penampilan, apa pun lah. telah aku habiskan waktu hampir sepuluh bulan ini. Aku mungkin bukan termasuk teman yang baik untuknya. Aku terbilang jarang latihan, sehingga aku jarang bertemu dengannya, jarang merawatnya walau sekadar mengelap, sering membenturkannya dengan alat yang lain. Ah, tapi di balik ketidakpedulian itu aku menyimpan rasa yang sangat tidak bisa diutarakan begitu saja. Aku masih ingat, ketika liburan bulan Ramadan, aku pulang ke rumah dan aku meninggalkannya dalam waktu lima minggu. Aku membiarkannya lima minggu di dalam gudang, sampai akhirnya mas Samy memberi tahu bahwa membrannya dicat. Aku girang bukan kepalang. Aku pun menyesal, kenapa aku tak ada di situ, biar aku yang benar-benar merawatnya, mengecatnya, mengelapnya, membersihkannya. Aku bukan teman yang baik. Sampai akhirnya aku pulang lagi ke Yogyakarta dan bertemu dengannya. Ah, tampannyaaaaa~ aku seperti bertemu seorang lelaki tampan. Aku benar-benar memeluknya, merindukannya, menanyakan kabarnya (itu benar aku lakukan). Ya, walaupun ia benda mati, tapi aku selalu mengajaknya berkomunikasi, dia pasti kesepian di gudang sana. Hanya berdua dengan alat yang tak bertuan. Maafkan aku. Maafkan telah menelantarkanmu.

Hingga suatu hari, hari minggu, dalam rangka ulang tahun TNI yang kesekian tahun, unitku diminta mengisi parade di jalan Malioboro, dengan si dia pastinya. Aku tak menyangka itu adalah event terakhirku dengannya. Secepat itukah? Tanpa aku tahu sebelumnya bahwa ia akan dipulangkan? Bukannya dia sudah jadi milik unit ini? Kenapa harus dia? Bersamanya, aku belajar lagu parade baru, bersamanya, aku jadi senior baru, bersamanya aku tampil di event yang belum pernah aku isi sebelumnya. Bersamanya aku pertama kali melihat tank-tank tentara berjalan, bersamanya aku benar-benar melihat sultan Hamengkubuwono, karena event itu keinginanku untuk makan gudeg terwujud. Sepele memang, namun kesepelean itu benar-benar sangat berharga kalau aku tahu itu adalah kali terakhir. Keesokan harinya, ketika tim latsar battery hendak latihan untuk penampilan di depan calang, aku mendapati ia tak ada di gudang, aku pikir dia di pinjam unit sebelah atau ukm tetangga, tapi ternyata, aku benar-benar mendapati bahwa ia dipulangkan. “Bass 2,3,4 udah dibalikin kemaren. Udah di-pack­-in kemaren” perkataan kabid perkap benar-benar membuatku diam seribu bahasa. Kenapa tak bilang padaku? Aku benar-benar belum mengucapkan apapun padanya. Aku benar-benar belum mengucapkan perpisahan padanya. Ya Tuhan, aku menangis seketika. Temanku, teman berprosesku selama ini harus pulang. Aku menaruh semua ingatan musikku di sana, aku bermusik di sana, aku berproses di sana, mengapa dia tak ikut bersama saat konser nanti? Ya Tuhan, aku benar-benar akan merindukannya.

Sepele memang sepele. Itu hanya bassdrum 20”, aku bisa mendapatkan yang baru dan lebih bagus darinya, namun, ah, aku selalu bersamanya. Tidak akan semudah itu melepaskan apalagi tanpa sepengetahuan dan tanpa ucapan perpisahan.

Untuk bassdrum-ku yang telah menemani berproses selama ini, terima kasih telah menjadi teman perjalananku di unit ini. Bersamamu aku belajar tentang banyak hal. Kelak jika kita bertemu lagi, aku akan senang. Ya, kelak. Entah kapan. Mungkin tak pernah lagi. Semoga temanmu nanti dapat merawatmu lebih baik dari aku.  Terima kasih ya.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 14.24 0 komentar

Minggu, 05 Oktober 2014

Rindu

Selamat sore dari sini, dari tempat yang biasa saya sambangi hampir setiap hari. Seperti aku menyambangi wajahmu setiap hari walau sekadar dalam mimpi. Dibilang rindu, aku teramat rindu. Tapi kau tak pernah sama denganku. Biar rindu ini sebesar, sedalam, setinggi, seluas apa pun, kau tak akan pernah bisa mengobati. Kau terlalu jauh, aku terlalu lumpuh. Hanya berakhir pada tangis, biasanya. Apa pun lagu yang aku dendang, apa pun syair yang aku lagukan demi mengobati rindu, kurasa tak akan cukup menutup semua luka yang menganga. Aku terlalu rindu. Aku terlalu rindu padamu.

Namamu kini jarang kusebut, aku takut nantinya aku kalut. 
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 17.35 0 komentar

Jumat, 29 Agustus 2014

REALISTIS (?)

Kalau bicara tentang masalah pasti semua orang punya masalah. Pastinya tiap orang yang punya masalah juga pengen lepas dari masalahnya. Sebenarnya, buat yang paham artinya masalah dan bisa mengolah masalah dengan tepat, masalah bisa mendewasakan kamu, lho. Iya, tapi kalo kamu menghadapinya dengan sabar. Dengan nggak banyak ngeluh dan malah punya pikiran buat lari. Oy, lari dari masalah TIDAK SAMA DENGAN menyelesaikan masalah. NGGAK! Kamu mau sampe kapan dikejar-kejar terus sama masalah. Pikirlah, masalah itu cepat atau lambat harus diselesaikan. Ya, daripada lama-lama mendingan secepatnya. Biar kamu dapet "masalah" lain dan dapet pelajaran lain. Hidup itu masalah. Kamu lahir aja masalah. Kalo hidup ngga ada masalah ya bukan hidup. Mungkin kamu mau mati.

Semua orang juga punya cita-cita toh. Jalan buat menggapai cita-cita juga ngga semulus jalan tol di Jakarta kalo lagi lebaran! Ngga! Buat menuju yang kamu mau, kamu perlu perjuangan toh. Sebenernya bukan cuman ke  "yang kamu mau" tapi buat membahagiakan orang yang kamu sayang juga demikian. Nah, kalo kamu aja udah ngga respek ama orang-orang sekitarmu, berati kamu. . .

Entahlah apa namanya. Kalo emang ada yang udah ngga peduli sama kamu, atau sama orang sekitar kamu, kamu jangan balik ngga peduli sama dia. Walau kamu udah sejuta kali ngasih tau dan dia keukeuh sama pendiriannya, ya kamu jangan samaannya. Jangan sama-sama melakukan apa yang temen kamu lakukan. Kalo kamu melakukan apa yang temen kamu lakukan, terus bedanya kamu sama dia apa? Sedangkan menurut kamu, dia itu salah, dan kamu malah melakukan hal yang sama kaya dia. Bedanya kamu sama dia apa? Ngga ada kan. Sama aja kan?

Aku tau kamu lelah sama semua keadaan ini. Sama ketidakpedulian oknum-oknum yang udah diberi kepercayaan tapi malah hengkang dengan entengnya. Bukan kamu aja yang merasa begitu, aku juga sama. Tapi, aku ngga akan sama bodohnya dengan mereka. Aku ngga akan sama teganya sama mereka. Aku udah sadar dengan semua kedinginan dan kesepian ini. Aku ngga mau nambah sepi dan dingin. ITU NAMANYA REALISTIS!! Nah, harusnya kamu juga menjaga kehangatan dan keramaian yang ada. Ya, walaupun itu ngga ramai dan ngga terlalu hangat, setidaknya, kamu udah menjaga kehangatan dan keramaian itu dengan cara ngga ikut-ikutan kaya oknum-oknum tersebut.

Ayo, bangkitlah!! Ini cuman faktor keadaan. Kamu ngga sendiri, masih ada aku dan yang lain, yang masih peduli sama unit ini. Jangan pikir kamu itu ngga berguna. Karena emang sejatinya, ngga ada orang yang diciptakan buat ngga berguna. Sadar, Wik, sadar! Aku sampe ngeblog buat kamu.

Kamu pikir aku ngga sedih kalo kamu begitu? Aku sedih. Tapi inget wik, sekalipun kamu mau ikut-ikutan hengkang, aku ngga akan pernah melakukan hal yang sama kaya kamu, sebelum tugas-tugasku di sini beres. Itu namanya gentle dan bertanggung jawab, Wik!
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 14.58 0 komentar

Rabu, 27 Agustus 2014

Apa yang Harus Aku Lakukan?

Apa yang harus aku lakukan selain melupakanmu?
Apa yang akan kamu lakukan jika kamu tau?
Aku tau, kamu pasti sudah tau. Entah itu ragu dan mugkin menganggap palsu. Tidak pernah sesulit ini untuk memiliki bongkahan rasa. Tak pernah sesulit ini. Aku bergerak menuju dewasa. Kau bergerak menuju arah yang seharusnya. Kau bisa saja tak pedulikan aku, karena memang seharusnya begitu.
Apa yang harus aku lakukan selain memendam dalam-dalam. Banyak dorongan memintaku mengungkapkan. Takkan semudah itu melepaskan. Tak kan semudah itu. Apa lagi yang harus aku lakukan selain melupakan dan dipermalukan.
Katanya cinta milik siapa saja. Tak begitu denganku. Aku hanya aku dengan segala keterbatasanku. Aku tau aku takkan sebanding denganmu. Aku tau. Aku cukup realistis untuk itu. Mungkin aku hanya bisa berjanji di kejauhan. Memandang dan mengukur garis tawamu. Aku menginginkan dan aku tak kan pernah mendapatkan. Aku tau. Aku selalu tau. Ya. Apalagi yang harus aku lakukan, satu-satu jalan adalah melupakanmu.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 15.16 0 komentar

Pengakuan

Aku dari dulu yakin, banyak orang yang menyayangimu tulus. itu karena kamu punya kharisma tersendiri. Bagiku, kamu ada pada senyummu. karena pada senyummu, kamu bisa menyejukkan dalam terik dan menenangkan dalam gundah.

Dari awal bertemu, aku menemukan sisi yang nantinya pasti akan kurindukan. Dan benar saja,aku merindukan segala aspek yang menjadi unsur-unsur pembentukmu. Bukan hanya sesuatu yang manis, bahkan yang pedas atau pahitpun aku rindu. Apapun yang menjadikan kamu menjadi kesatuan kamu, aku rindu.

Sempat terlintas dalam benak, aku akan menyimpan rapat-rapat semua penilaianku. Akan menjadi konsumsiku sendiri dan hanya aku yang tahu. Aku yang mengelola, aku yang mengumpulkan dan aku sendiri yang akan menikmatinya. Awalnya aku ingin menikmatinya dalam ketertutupan. Hanya aku, yang lain tak boleh tau. Namun, semuanya hanya berakhir pada benak. Kenyataannya, aku tak mampu jika aku menilai sendiri.Sampai akhirnya ada beberapa golongan yang mengetahui dan ikut menilai dari sudut pandang masing-masing. Cukup terbantu, ya. Cukup malu, tentunya.


Dan nkini aku yakin 85% kau pun mengetahui apa yang aku lakukan terhadapmu. Meneliti dan mengobservasi kehidupanmu. Awalnya mungkin kau tak merasa terganggu, namun, makin kemudina, kau terlalu larut dalam persepsimu dan memilih menolak dalam bungkam. Itu semua hakmu dan ini semua hakku. Aku berhak menyukai siapa saja dan kamupun berhak tak sependapat denganku. Kamu tak punya kewajiban membalas apa-apa yang telah aku lakukan.

Aku yang cukup tahu diri, mulai menyiapkan tameng untuk melindungi dari sakit hati. Aku juga tahu kau melakukan apa yang aku lakukan terhadap orang lain. Terus berputar. Aku mengejar sesuatu yang sudah kutahu bahwa aku takkan pernah berhasil menggapainya. Aku terus berjalan menghampiri dan tanpa kusadari kau berlari menuju titik lain.

Sudah waktunya kau lelah dan mulai menyerah. Aku mencoba berbalik arah, kemudian melangkah. Gundah. Apapun yang kaulakukan, aku doakan agar kau mendapatkan apa yang kauimpikan. Aku hanya sepersejuta persen noda yang tak pantas kau pikirkan. Aku mundur dengan segalanya yang mulai hancur. Aku lelah berandai-andai. Ya, untuk sekadar membayangkanpun, aku ciut.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 14.30 0 komentar

Kamis, 26 Juni 2014

Jadi?

+ Lalu apa bedanya aku dan kau.
- Jelas beda, lah. Aku cewe kamu cowo.
+ Bukan masalah itu.
- Lalu?
+ Aku mendapatimu bersama A, B, dan C.
- Itu hanya sebatas hura-hura dan main-main. Jangan samakan dengan kasusmu yang sebenarnya menyakiti
+ Setidaknya kamu juga terkesan mempermainkan
- Hanya kesan, toh? Aku bersama mereka. Aku menyukai mereka. Tetapi di antara mereka tidak saling mengenal. Aku hanya suka, mengagumi, tak lebih.
+ Lalu, kalau kau bisa berbicara seperti itu, mengapa kau pojokkan aku?
- Aku? memojokkanmu? sama sekali tidak, Bung!! Kau mengenal A dan B. A dan B saling mengenal. Kau mencampakkan A, kemudian kau lari kepada B. Apakah nalarmu sudah tak berfungsi? Aku yang hanya mendengar cerita saja teriris. Bagaimana jika aku di posisi demikian?
+ Hah! Kau bahas saja kesalahanku, tanpa kau mau mengelupas kulit arimu yang sebenarnya penutup korengmu.
- Terserah jalan pikiranmu saja. Aku hanya bermain. Walau ada keinginan lebih, tetapi itu semua hanya berakhir di alam pikir.
+ Mengapa tak kau katakan saja pada salah seorang dari mainanmu?
- Haha. Harga diriku, tak akan lagi ada yang menawar jika demikian.
+ Dasar cewe. Harga diri saja yang dipikir. Mana cowo tahu kalau kau memang suka padanya. Kau kira mereka dukun? Yang akan tahu dengan sendirinya? Kau nanti menangis sendiri, kau bilang kau disakiti si A, B, atau C. Padahal kau lah yang menyakiti diri sendiri.
- Iya, terkadang pikiran demikian sering berkelebat. Namun, ah sudahlah, biarkan saja. Aku akan berusaha menekan segala perasaan. Yang penting aku bisa bermain-main dengan mereka tanpa ada satupun yang terluka
+ Cih! Sundal!
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 12.29 0 komentar

Selasa, 24 Juni 2014

Keep move-on

Air hujan yang turun beberapa waktu lalu seolah menyerap semua kesegaran yang sedari pagi mengelus raga.  Belum lagi beberapa manusia dengan tindakan yang sesuka hati melukai perasaan manusia lain. Ah, begitu stereotipnya hidup. Menghela napas, kemudian menghembuskannya kasar. Aku cukup lelah dengan semua ini. Kenyataan yang seolah bukan pada dunia nyata, dan alam maya yang menggelayuti di lorong hati.

Kenapa manusia punya perasaan. Ada yang bisa mengatur ada yang tidak. Itu sangat tidak adil bagi seseorang yang tidak bisa mengatur emosi dan perasaannya. Ini tidak jauh dari masalah yang sebelumnya. Untuk mendengar namanya saja, aku ciut. Untuk membayangkan namanya saja aku takut. Aku takut kecewa, karena jelas, kecewa akan berpihak padaku selama aku berani memendam perasaan keparat itu kepadanya.

Aku merasa salah mengartikan, salah melangkah, salah bertindak. Aku kacau. Sementara ada pihak yang menggebu-gebu ingin membuatku malu. Ada. Mungkin ini yang namanya sakit, untuk sekadar bernapaspun harus tersengal. Terasa sakit yang mendalam.
Sore mendung ini seolah mengingatkan aku. Aku masih bisa berjalan walau terus ditimpa kesulitan. Ada yang masih peduli, ketika seribu orang berusaha menyakiti. Aku masih punya sosok-sosok yang mengerti. Bukan menyalahi, bukan menyakiti. Aku tahu mereka masih ada, berusaha membuka mataku, berusaha membangkitkanku. Aku janji, seperti janjiku dulu padamu dan beberapa orang lain. Aku akan menikmati proses menyakitkan ini. Bagaimanapun, ini pelajaran ekstra berharga buatku dan aku masih percaya bahwa masalah selalu mendewasakan. Aku terus bergerak, menjauh, walau banyak yang mengolok. Aku janji, aku bisa kembali berdiri, seperti dulu, seperti biasanya.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 13.30 0 komentar

Sabtu, 21 Juni 2014

ini (bukan) pengakuan

Pernah suatu kali, aku mendapati temanku menjalin kasih bersama seseorang yang aku sukai. Huaaah, lagi-lagi mengenai orang kesukaan. Mungkin sudah sejuta lelaki yang aku sukai, tapi tak ada yang menghasilkan sesuatu satupun. Sedih bukan, amat sangat.Ya, suatu kali aku mendapati kenyataan bahwa lelaki kesukaanku menjalin hubungan dengan temanku, teman baik teramat baik. Pada awalnya, aku mengetahui mereka hanya saling suka. Iya, hanya saling suka, setiap kemana-mana berdua. Yang paling aku benci adalah ketika mereka menunggu hujan reda bersama. Walau sepele, semua orang yang berpasangan pasti ingin menikmati momen hujan berdua. Pasti. Aku sangat teriris kala melihat mereka menunggu reda hujan berdua. Sampai akhirnya, via pesan, aku berkata, “Kalau kalian ingin berpacaran, segeralah, agar sakit yang aku rasa tak setengah-setengah, tak pelan-pelan, biar rasa sakitnya sekalian. Kamu tunggu apalagi? Kamu mau menyakiti aku lagi? Bukankah yang perlahan-lahan itu lebih sakit daripada yang sekali tebas?” Itu benar nyatanya, tak lama, mereka menjalin hubungan walau pada akhirnya, kandas juga.

Ini bukan menguak kembali ketololanku karena “diserobot” teman sendiri. Bukan. Bahkan kini aku malah lebih tolol lagi, aku mengalaminya lagi. Haha, tolol sekali bukan? Aku tak tahu dia sudah mengetahui yang sebenarnya atau belum. Yang pasti, dia benar-benar menyakitiku, ya kembali ke pernyataan awal, kalau kalian mau berpacaran, silahkanlah, biar sakitku sekali tebas, tak perlahan-lahan.


Dulu, dia adalah tujuan. Kini, aku malah enggan. Enggan bertatapan, enggan memberi senyuman, malah terkesan mengabaikan. Aku harap aku hidup normal kembali pada jalurku, tanpa mempunyai pikiran bahwa dia dulu pernah menjadi penyemangatku. Aku lebih baik tak pernah kenal dengannya sama sekali. Aku tak peduli sahabatku bercengkerama dengannya sedangkan aku tidak. Aku tak peduli. Bahkan jika aku meninggalkan rutinitasku hanya untuk tak bertemu dengannya, aku akan melakukannya. Terlalu banyak sakit hati yang ditabur, walau sesungguhnya dia tak pernah sadar dan tahu. Ini bukan sepenuhnya kesalahan dia. Bisa jadi dia tak punya kesalahan sama sekali. Namun, oknum-oknum bangsat itu nampaknya sangat bahagia jika aku ditertawakan di depan banyak orang nantinya. Aku harap, aku benar-benar bisa melupakannya. Bisa membencinya. Karena lebih baik benci daripada menghibur diri dengan berkata “aku tidak apa-apa” Aku berusaha tidak munafik. Kamu telah banyak menyakiti. Ah, kadang aku menyesal telah mengakatan semuanya. Kepada semuanya, walau ini juga kecerobohanku. Aku menyesal. Amat sangat.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 23.30 0 komentar

Selasa, 17 Juni 2014

Sabar

Pada suatu hari, aku pernah menangisi mereka. Mereka yang dulu pernah sejalan bersamaku, kini harus berjalan pada jalurnya masing-masing. Cukup sedih dan selalu tersayat jika mengingat hal itu. Aku sempat sudah berpindah suasana hati dari sedih menjadi "mendingan". Kemarin, beberapa hari yang lalu, seseorang mengajak tak resmi kami, anak-anak yang dulunya sejalur, untuk berjalan sejalur lagi (Ini bukan karena ada perselisihan atau apa ya, ini takdir yang membuat kami berpisah, dan ajakan itu bukan untuk men-saklek-an kami lagi) tapi, tapi, tapi, salah seorang temanku menolak jika kita tak datang lengkap. Ah, aku berpikir dia mulai sombong, tapi, tapi, tapi, ah, ini pula takdirku yang harus aku terima. Menyabarkan diri, semua pasti ada jalannya. Sabar, Tika. Semangat aja dulu ya :)
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 16.18 0 komentar

Senin, 16 Juni 2014

Bukan Tentang Apapun

Lagi-lagi, ini bukan tentang aku yang risau, galau, gundah gulana, atau sebagainya akibat "diserobot" orang lain atau memiliki saingan. Tidak-tidak. Ini masalah aku dan pemikiranku. Entah kenapa, terkadang manusia tak suka jika ada sesuatu yang mengusik hidupnya. Ya memang alurnya seperti itu. Ada banyak orang yang dibuat resah, gelisah, mendesah, atau basah sekalian karena ulahku. Aku sama sekali tak bermaksud, kawan!!
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 12.54 0 komentar

Friend Zone

Ini bukan tentang aku yang jatuh cinta pada siapa atau aku yang cemburu pada siapa. Ini masalah pemikiran masing dari aku, dia, mereka, yang menyukai orang yang sama.
Aku tau seseorang yang dimaksud wanita itu. Aku tau seseorang yang disebutnya dalam tulisan, dan yang akan dimimpikannya. Itu kamu, Mas. Kamu yang aku sebut dengan "Mas". Wanita itu bilang, "Mas" memiliki banyak fans. Siapa bilang. Itu bukan fans. Sebenarnya, yang wanita maksud sebagai fans itu adalah orang-orang yang berusaha mencari perhatian kepada si "Mas". Kenapa orang-orang mencari perhatian kepada "Mas", karena sifat "Mas" yang pendiam dan membuat banyak orang penasaran. Seperti aku. Terlebih aku telah melalui beberapa bulan bersama, bersama teman-teman  yang lain juga. Aku memiliki banyak rasa penasaran, yang ingin aku pecahkan sendiri. Namun, Tuhan seolah ingin membantuku *atau memporak-porandakan rencanaku* aku tak diizinkan untuk berjalan sendiri. Itu yang membuatku ekstra canggung kala aku bertemu dengannya.

Semua orang tau dia seperti itu, seperti yang dikatakan wanita itu. Aku kini benar-benar tahu. Wanita itu amat menginginkannya. Menginginkan "Mas". Tak apa, terlepas dari itu semua, aku hanya sekadar ingin tahu dan penasaran saja. Tak lebih. Banyak yang menganggapku menyukainya. Ya, memang tak bisa dipungkiri kalau ada rasa yang tumbuh, namun, itu akan berakhir biasa saja. Tidak addict. Terlebih, sepertinya "Mas" juga menyukai wanita itu. Aku hanya terjebat dalam zona pertemanan. Friend Zone. Yah, tak apa. Bisa berdekatan dengannya selama setahun kemarin saja, sudah lebih dari cukup. Aku terlalu muluk untuk menginginkannya atau menginginkan sesuatu yang berlanjut dari proses satu tahun kemarin.

Sampai sekarang, aku masih suka mencantumkan namanya. Nama "Mas" dalam setiap ketikan dan tulisanku. Itu kamu, Mas. Itu kamu. Kamu yang disukai dan menyukai wanita itu. Selamat !!


Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 12.29 0 komentar

Minggu, 15 Juni 2014

CIWIK-CIWIK BATTERY !!

Pada suatu sore, menjelang hari eksekusi ulangtahun Mas Bagus. 16 Agustus 2013
Dewi - Ikha - Tika - Nisot - Rifqa
Purna Budaya

Dewi - Ikha - Tika - Nisot - Rifqa
Suatu sore yang benar-benar cerah

Ikha - Dewi - Nisot - Rifqa - Tika
Dengan alat masing-masing
Seusai latihan. Hari masih amat sore rupanya. Mumpung berlima, minta foto dulu
Wah, keliatan deh tukang gebugnya :D

Dewi - Tika - Nisot - Ikha - Rifqa
Seharusnya LT 9-9, tapi, kami diculik managerial untuk menghilangkan penat di Pantai Depok

Dewi - Tika - Nisot - Ikha - Rifqa
Pose alay dulu yuk, ciiin~

Nisot - Rifqa - Dewi - Ikha - Tika
You are the best eveeeeer~ :*

Rifqa - Ikha - Dewi - Tika - Nisot (bawah)
Ulangtahun MBUGM ke-35
W35TONESIA

Nisot - Ikha - Rifqa - Dewi - Tika
Awwwh, foto yang banyaaaaak. Mumpung lengkaaaap :)

Nisot - Rifqa - Ikha - Dewi - Tika
Katanya sih ini pose "Bau Ketek" tapi entah mukanya pada sok cool haha :v

Nisot - Rifqa - Ikha - Dewi - Tika
Kamu sangat berarti, istimewa di hati :*

Nisot - Rifqa - Tika - Ikha - Dewi
Muka jeleeeeeek :p
Pantai Depok, sebelum santap siang



Rifqa - Ikha - Nisot - dewi -Tika
Malam tahun baru di rumah Mbak Farah, nonton kembang api
Ini seolah-olah, kami melihat cahaya masa depan *acielaaaah* *mukanya ngga ada yang keliatan*

Rifqa - Tika - Ikha - Mas Dyas (Coach) - Nisot - Dewi
With our coach malam pergantian tahun. Walau fotonya nggak terlalu bagus, tapi ini yang lumayan :)

Rifqa - Nisot - Ikha - Tika (tanpa Dewi)
Event Wardah :)

Rifqa - Ikha - Nisot - Tika
Pose "Kamehameha"
Event Hari Bumi
Lagi-lagi tanpa Dewi

Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 14.49 0 komentar

Jumat, 13 Juni 2014

HUG

Dengan soundtrack yang selalu itu-itu saja. Berdua Saja - Payung Teduh dan All of Me- John Legend. Aku memutar-mutar semuanya. permasalahan, kebosanan, ketidaktahuan, ketidakmengertian, dan kehilangan. Aku ada di mana sebenarnya? Aku hanya mengeluh untuk mencari perhatian orang yang aku suka, aku kira itu akan membuatnya bersimpati. Nol besar. Aku kehilangan akal sehat. Aku benar-benar di ujung, di bawah, di titik terendah. Gundah, bosan, sedih, sendiri, sepi. Apa yang aku harus aku lakukan lagi, selanjutnya, seterusnya. Niat mengabdi malah tersakiti. Merasa tidak berguna di sana-sini.

Beberapa orang menganggapku aneh. Menulis apapun di sosial media, menyebut aku berlebihan, lebay, tukang galau. Aku sebenarnya sedang mencari sesorang yang ingin aku temui, untuk berbagi, untuk memberi. Tapi, kembali lagi. Nol besar. Aku mencari seseorang, bukan Tuhan. Karena aku tahu, Tuhan selalu menbuka jalan, aku sedang mencari jalan itu. Aku ingin ada seseorang yang membantuku, seseorang, manusia, yang memapahku, memberi penerangan, membawakan kompas.

Aku punya teman. Sejak dulu, kami memang tak begitu berhubungan dengan baik. Aku harap, hanya aku yang merasakan itu, karena aku sendiri yang merasa dia amat menyebalkan. Hingga suatu hari, aku mendapat berita, salah seorang sahabatku disakiti, dijahati *ini asumsiku, entah maksud si pelaku apa* mereka menjalani hubungan hanya sekejap. Sahabatku ditinggalkannya, dan temanku menjalin hubungan dengan seseorang yang lain. Ah, apa maksudnya? walau bukan urusanku, tapi aku selalu terbawa emosi. Aku selalu bertemu keduanya kini. Selalu. Rasa aku ingin mencabik-cabik pacar baru temanku itu dan membunuh temanku yang bah, aku tak pernah punya teman sejahat itu.

Aku selalu kalut saat melihatnya. Ini memang bukan urusanku. Namun, aku benar-benar merasakan apa yang sahabatku rasakan, pedihnya sungguh. Temanku bilang ini terlalu biasa saja untuk diperumit. Ah. Rasanya ini memang bukan urusanku, tak sepatutnya aku begini. Aku sudah mencoba bersikap biasanya saja, tapi percayalah, ini sulit. Buat temanku, aku sama sekali tidak berniat mencampuri urusanmu. Aku hanya berempati kepada sahabatku yang kau sakiti.

Belum lagi, permasalahan hatiku dengan seseorang yang sekarang sudah jarang kulihat. Aku bertemu dengannya hanya di-time line.  Itu pun ia sedang berbagi mention dengan seseorang yang konon ia sukai, dan seseorang itupun menyukainya. Seseorang yang kini nampak dingin. Nampak sudah tidak mengenalku. Ada dua hal, ia sedang sibuk atau ia memang muak dengan kelakuanku selama ini. Terserah, itu haknya. Namun, sejak dia tak lagi di lapangan, aku benar-benar kehilangan pegangan. Kemarin aku berasa seperti balita yang yang dipapah jalannya, kini aku mulai belajar berjalan sendiri. Ah, aku ingin terus dipapah. Aku benar-benar kehilangan pegangan, tanpanya. Ada sekelumit permasalahan yang berputar-putar, berasyik-masyuk dalam pikiranku. Biasanya aku bercerita padanya, namun kini, aku harus cerita pada siapa? Apa dia masih mau mendengarkanku? apa nanti dia tak akan bicara "Itu bukan urusanku lagi. Uruslah urusanmu sendiri" Aku harus berbuat apa kalau begini? Aku menyukainya. Aku tak ingin kehilangannya. Aku harus berbuat apa?

Lapangan yang dulu membuatku semangat dan aku menaruh separuh hatiku di sana, sekarang menjadi salah satu tempat tergersang yang pernah kusinggahi. Tak ada tawa, canda, hanya canggung dan kekesalan., Aku benar-benar tak bisa mengolah emosiku. Lapangan dulu bagai oase. Kini padang pasir. Kesakitan yang aku kira entah di mana akan berujung. Aku ingin seperti dulu. Walau tak mungkin. Setidaknya aku ingin yang kini tak seburuk ini. Aku ingin kehangatan, keseruan. Aku ingin battery seperti dulu lagi.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 12.25 0 komentar

Senin, 09 Juni 2014

Tidur Siang

Terkadang tidur siang membuat aku kehilangan beberapa informasi. Tentang apapun, khususnya kamu. Kadang, tidur siang membuatku merasa lengah dan lemah. Seharusnya aku bisa terjaga. Namun, tidur siang juga terkadang menjadi penawar saat sakit yang melanda memorak-porandakan pikiran.
Bukan hanya tidur siang, tidur malampun demikian.

Setelah aku pikir, aku benar-benar tak layak berbuat seperti itu. Mengawasi dia, menyukai dia se-psikopat itu. Walaupun itu salah satu hakku untuk menyukai orang lain. Dia juga punya hak untuk hidup bahagia, merasa bahagia, dan mencintai dengan bahagia. Aku bukan siapa-siapa lagi. Sudah benar-benar berakhir sejak 30 Desember lalu. Aku seharusnya bisa terima itu. Seharusnya aku sadar itu.

Bukan membuatnya menjadi respek kalau begini jadinya, dia terlihat menghindar. Ah, maaf. Sama sekali tak bermaksud seperti itu. Mungkin separuh jiwaku memang psikopat. Tetapi, separuh yang lain aku menaruh minat yang luar biasa padamu. Aku benar-benar tak ingin mengakhirinya.

Terkadang tidur siang membuat aku lega. Pengganti air mata yang tumpah. Pengganti lirik-lirik yang meresahkan jiwa. Penutup luka yang ampuh pastinya. Banyak orang yang menganggap aku berlebihan, tak masuk akal, gila, apapun. Aku hanya ingin aku seperti aku yang tak dibatasi sana sini. Aku ingin aku hidup dengan nyawaku, dengan kepribadian yang aku bentuk sendiri. Aku yakin, selama ini aku tak pernah merugikan orang lain. Aku benar-benar hidup pada jalurku. Aku berpendapat dengan pemikiranku, ada yang tak suka, yasudah. Ada yang berpendapat aku tak pernah menghalangi orang berekspresi. Aku mau hidup dengan caraku. Aku mau menyukai seseorang dengan caraku. Aku benar-benar nyaman dengan yang aku lakukan selama ini.

Untukmu, aku tak pernah sengaja menumbuhkan rasa itu. Ibarat melempar biji buah mangga di alam liar, dipupuki alam, disiram alam, ia akan tumbuh menjadi pohon tanpa ada yang meminta sekalipun. Mau menebangnyapun sayang. Ia pasti akan berbuah banyak. Tetapi apa jadinya jika alam liar itu bertuan, dan si tuan tak menghendaki pohon mangga itu tumbuh, karena ia berencana akan menanam pohon rambutan. Bebenihannyapun sudah ada. Itu akan jadi cerita berbeda. Itu akan jadi hakmu sepenuhnya. Mau ditebang, atau kaubiarkan. Membiarkan sampai berbuah dan buahnya tak kau petik, buahnya akan membusuk sendiri.

Untukmu, aku selalu bahagia jika di dekatmu, hanya di dekatmu saja, benar. Namun, sepertinya ada yang lebih berbahagia lagi dibanding aku. Aku hanya sesuatumu yang secara tak sengaja dan kebetulan kita menjalani hari bersama. Hanya satu tahun. Ya. Tahun-tahun berikutnya, kamu mempunyai jalan sendiri. Sedang aku masih tak tahu harus berbuat apa. Aku yakin kamu sudah dewasa dan akan memilih yang lebih dewasa pula dari aku. Tak apa, aku sangat memaklumi. Aku hanya ingin kau tahu, satu tahun yang kemarin adalah satu tahun dengan kenangan terindah selama hidupku. sekian saja.

Aku harap, tidur siang akan memberikan mimpi. Mimpi saja, tak perlu jadi nyata.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 16.10 0 komentar

Kamis, 05 Juni 2014

Berdua Saja - Payung Teduh

Ada yang tak sempat tergambarkan
Oleh kata ketika kita berdua
Hanya aku yang bisa bertanya
Mungkinkah kau tau jawabnya

Malam jadi saksinya
Kita berdua di antara kata
Yang tak terucap
Berharap waktu membawa keberanian
Untuk datang membawa jawaban

Mungkinkah kita ada kesempatan
Ucapkan janji tak kan berpisah selamanya
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 00.00 0 komentar

Selasa, 03 Juni 2014

Ada Sesuatu yang Tertinggal. Ada Sesuatu yang Jadi Tujuan

Kurang lebih seminggu di kota hujan, ngga membuat banyak cerita yang berarti. Terbilang monoton. Itu-itu saja. Pulang juga tetep aja berkecimpungnya di marching. Ya, ketemu Rendy, Dillan, Akew, Sarah, Wiwi, Ka Bembi, dan banyak anak GSM lainnya. Sempat sehari aku menyambangi sanggar GSM. Benar-benar ngga ada yang berubah kecuali pengisi dan pengurusnya. Aku masih mencium bau tawaku dan tawa sejumlah orang yang pernah mengisinya sampai akhir hari. Pulang sekolah ke Sanggar, bolos ke Sanggar, menghabiskan waktu di Sanggar, pulang abis Isya, jalan menapaki trotoar jalan Padjadjaran. Naik bis kota di terminal Baranangsiang, menghirup polusi kota Bogor, dan ada sejumlah kenangan yang tercetak selama menyisir tempat itu. Memang baru dua tahun aku menginggalkan kebiasaan yang cantik itu. Dulu aku berpikir, kegiatan itu akan terus aku jalani sampai batas waktu yang tak pernah bisa ditentukan. Namun, kenyataannya, hanya tiga tahun saja, setelah itu aku harus pindah ke Kota Pelajar ini. Mungkin suatu hari, kegiatan yang sudah menjadi darah daging inipun aka terlihat sama di sepuh atau lima-belas tahun kemudian.

Kota Jogja bisa kubilang kota move on-ku. Aku memang move on dari sejuta pelik yang tercipta di Kota Hujan saja. Namun, pelik di sini tak beda jauh dengan di sana. Sama sja. Aku tak jadi move on.

Hanya sekitar seminggu. Entah apa ini namanya. Mungkin aku tertarik kepadanya. Hanya tertarik. Semoga ada yang terbaik. Awalnya aku lihat dia, dia nampak seperti seseorang yang kukenal. Aku jadi makin memperhatikannya. Hahahaha. Awalnya aku hanya iseng memperhatikannya. Namun, mungkin aku akan menjadikan dia tujuan saat aku menyambangi Kota Hujan itu. Dia meninggalkan sejumlah bekas yang samar. Hanya aku yang bisa menafsirkan bekas itu. Coba kau tersenyum. Aku akan lebih tersenyum lagi. Hahaha.

Ada yang tertinggal di sana. Sebelum aku mengetahuinya lebih dalam dan lebih jauh. Sebelum aku berbincang lebih lama dan lebih jauh. Namun, jika aku melakukannya, dia mungkin enggan. Semoga suatu saat aku bisa lagi bertemu lagi denganmu, ya. Aku meninggalkan sesuatu padamu, sehingga saat aku pulang nanti, akan aku tanyakan padamu :)
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 13.48 0 komentar

Jumat, 09 Mei 2014

:'(

Aku sebenarnya hanya merindu.Aku berulang kali menanyakan kabarmu, namun hanya berhenti dalam hati. Entah apa yang membuatku merindu sedemikian rupa. Akankah kau menghubungiku? Akankah?

Beberapa waktu lalu, aku sempet memendamnya. Hingga terpendam terlalu dalam kemudian hilang. Ia benar-benar hilang bersamamu. Salahkah aku punya itu?

Kini, aku merasakannya lagi. Aku terlalu banyak merindu, hingga sesuatu yang terpendam itu muncul lagi ke permukaan. Saat rasa itu sampai pada permukaan, kau menghilang. Kalaupun itu akan hilang selamanya, aku masih bisa bersyukur, kau pernah memintaku menghabiskan waktu denganmu.

Aku terlalu merindu. Kadang aku terlalu tak mau mengakui, aku bilang aku marah karena sering kau ganggu, tapi sebenarnya tidak. Aku merasa hilang dan tanpa tujuan jika kau tak memintaku. Aku sepi.

Semoga ini hanya perasaan sementaraku saja. Aku tak tau menamai ini apa? Aku tak tau :'(

Kenapa lu nggak pernah hubungin gue. Kenapa lu ngga pernah ngabarin gue, tentang apapun kegiatan lu. Emang bukan kewajiban lu dan hak gue. Tapi! Tapi! Gue ngerasa digantung. Dipermainin. Dimanfaatin. Lu dateng pas lu butuh. Udah itu aja. Saat lu seneng, lu lupa ama gue. Saat ngga ada satu oragpun yang mau menghabiskan waktu lu, lu dateng ke gue. Lu anggep  gue apaaaaa?

Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 18.27 0 komentar

Rabu, 07 Mei 2014

NON

Mungkin ini yang namanya rindu. Ketika konsep "teman" di antara kita membuat baik aku atau kamu tak punya hak untuk mengungkap rindu. Ini sudah ada di ujung. Di pucuk. Aku benar-benar merindu. Konsep "teman" yang betah berlama-lama tersandang di antara kita membuat aku tak pernah bisa nyaman dengan segala kerinduan ini. Bukan aku meminta lebih. Sama sekali tak ada. Karena, aku tak pernah tega jika aku mengungkapkan rindu padamu. Tak ada tempat untuk menampung semua rasa gelisahku. Tak ada.

Konsep "teman" ini, benar-benar membuat aku tak nyaman. Aku baru saja membaca horoskop. Katanya "Bagi Anda soal pertemanan kadang melelahkan dan serba tak pasti" Aku sejenak berpikir, kemudian tertawa. Tertawa atas kesedihan dan kenyataan yang benar-benar menggandrungi konsep hubungan ini. Sama sekali tak ingin menuntut. Namun, aku bingung, kemana, dan kepada siapa aku harus menumpahkan rindu ini, ketika isinya sudah hampir menyeruak keluar.

Mungkin ini hanya muncul sesaat. Semoga. Rasa ini sungguh menyiksa. Sungguh. Pintaku, jangan datang padaku saat kau butuh, saat aku butuh, coba temani aku. Aku terlalu sering menemanimu. Tapi kamu sebaliknya. Kau terlalu sering menghabiskan waktu denganku, tapi aku, hanya ingin bertemupun, kau kadang enggan.

Apa ini yang namanya "teman". Sungguh lebih buruk dari "teman" sepertinya. Aku rindu. Ingin menghabiskan waktu. Aku tak yakin kau mau. Tak yakin. Aku hanya berharap telepati ini sampai di hatimu. Temani aku. Aku lelah menemanimu.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 17.27 0 komentar

Aku Hanya Takut. . .

Apa kabar kalian, yang nyaris aku rindukan? Kalian yang dulu kerap muncul walau hanya memberi sebatas senyuman. Apa dunia dan kasta kita berbeda kini? Aku selalu merindukan kalian. Namun, semuanya hanya sebatas kerinduan. Aku pada pihak yang tak lagi banyak dilibat, diingat, dikaitkan. Aku nyaris terlupakan.

Kadang, aku berpikir, jarak yang tercipta kini adalah ulahku sendiri. Akibat sebuah pemikiran yang tidak sejoli dengan terapan yang nyata. Aku "ceritanya" ingin membuat sehasta dua-hasta jarak antara kita, namun yang terjadi malah kesenjangan kasta. Kau terlalu tinggi dan di puja sedangkan aku terperosok jebakanku sendiri. Menyesal? sama sekali tidak. Karena pemikiran itu masih belum sejoli sengan tindakmu kini. Oposisi.

Kemudian dia, yang selalu menjadi salah satu ceritaku di sepanjang perjalanan tahun 2013. Kemanapun aku berjalan dan melangkah, tujuannya dia. Dia yang memberi sebuah nuansa berbeda kala aku menatapnya. Kesejukan dan ketenangan. Senyumnya yang mebuatku tak tahan. Dia terlalu muluk untuk kuangankan lebih jauh, lebih tinggi, lebih dalam, apapun namanya, yang penting bukan di permukaan. Di awal 2014 dia memberikan akhir kisah yang amat memorak-porandakan seluruh nuansa itu. Tak ada lagi angin kesejukan saat menatapnya, yang ada hanya rasa gerah. Teramat gerah. Namun, kau tetaplah kau yang dulu sempat kuangankan. Kini kau muncul tetiba. Aku merindu lagi. Belum dalam sepenuhnya kenangan itu terkubur. Belum cukup jauh kenangan itu terbang. Belum sepenuh aku merasa beban perasaan ini hilang. Kau masih kuangankan. Walau tak sebanyak dan semuluk dulu.

Ada lagi, dia. Dia yang lain. Selalu kurindukan kekocakannya. Kini aku merasa, aku. . . ah entah apa namanya. Apalagi yang mesti kulakukan? Apalagi yang harus kaukerjakan? dimana kita yang dulu.

Segelintir manusia yang dulu kerap benar-benar mewarnai hariku, yang kini malah mengelabuinya. Tak pernah ada rasa menyesal saat mengenalmu. Kalian, sosok yang sampai saat ini membuatku pelik sendiri. Salah siapa ini. Mengapa begini. Tak ada yang mampu menjawab. Ini bukan pertanyaan. Ini adalah jawaban. Karena inilah dinamika.

Apapun kalian namanya, sedang apa dan bersama siapa, aku tak pernah peduli. Aku tak pernah takut kehilangan. Aku hanya takut . . . dilupakan.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 00.20 0 komentar

Selasa, 06 Mei 2014

Arghhhhhh~

Hati ini terlalu kaku untuk menceritakan kembali atau sekadar mengenang. Semuanya begitu lekat seperti tak mungkin dibagikan kepada yang lain. Ah, lelah sudah namun tak mampu menutup seluruhnya. Berat. Ini benar-benar berat. atau hanya aku yang memberatkan. Pelik atau aku yang memperpelik. Entah harus bercerita ke siapa dan harus mulai dari mana. Entah ini apa namanya. Teman bukan, cinta apalagi. Aku ingin tertidur pulas tak lagi diganggu, tak lagi dibuat kaku, tak lagi mencium bau tubuhnya sekalipun, walau itu akan selalu kurindukan.

Ini benar-benar pelik. Tak sampai hati aku mengeluh. Tapi ini sudah di ujung penuh. Aku . . .

ARRGGGHHHHHH~
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 14.01 0 komentar

Selasa, 22 April 2014

Lampu Taman

Kenapa lampu taman? Entah, aku kadang memikirkan hal yang tidak begitu penting. Akhir-akhir ini entah perasaan apa yang sedang melanda perasaanku. Kalut luar biasa. Seolah semua yang dilakukan semua orang adalah salah, padahal mereka punya urusan masing-masing dan kesibukan masing-masing. Aku selalu merasa sendiri. Namun, bukan mereka yang menjauh, tapi aku yang dikuasai egoku sendiri.

Lampu taman. Kala aku memperhatikan betul alur lampu taman itu, perasaanku jadi lumayan membaik. Mereka memberi cahaya namun tak menyilaukan. Cukup menerangi di kegelapan. Tanpa terkesan remang-remang. Lampu taman dengan alunan Kenny G yang diputar pihak MoC UGM di Purna Budaya tadi. Ah, andai tadi nggak latihan. Aku benar-benar ingin menikmati setiap cahaya yang dipantulkan olehnya. Aku ingin sekali bisa memproyeksikannya ke dalam sebuah tulisan. Namun, kekalutan ini sedang melanda.

Maaf. Entah ini kenapa terjadi, aku sama sekali tak pernah ingin disentuh dan dijamah oleh rasa kalut ini. Sama sekali tak ingin. Mungkin ini bukan kalut. Ini ekspresi terpendam dari rasa kesepianku. Baru aku sadari aku merasa sepi dan sendiri.

Lampu taman. Walau  tadi tak ada satupun bintang, tapi lampu-lampu tadi benar-benar menghiasi. Awan tadi kelabu penuh. Seolah ingin turun dan jatuh. Ada lagi perasaan rindu yang menggebu. Belum lagi hati yang teriris. Hari inni kompleks sekali. Semua emosi ada.

Aku harap. Esok dan seterusnya tak pernah ada lagi rasa sepi atau kalut yang lain. Semoga ada banyak lampu taman yang menenangkan :)
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 23.06 1 komentar

Senin, 21 April 2014

Pada Suatu Hari

Pada suatu hari aku punya teman. Berjenis kelamin beda denganku. Teman yang sangat dekat. Dekat sekali. Kami menghabiskan waktu bersama. Makan, jalan-jalan, main. Bersama. Kami sebatas teman.

Pada suatu hari aku jatuh cinta. Bukan padanya. Pada seseorang. Temannya. Aku tak pernah mengutarakan. Aku pendam. Karena aku tau, ini hanya akan berakhir pada penyesalan. Aku diam.

Pada suatu hari temanku tau aku sedang kasmaran dengan temannya. Datar. Seolah tidak tidak terima. Kali ini aku rajin cerita. Kelihatannya ia tak suka. Aku paham. Dia bosan. Dia terganggu, menurutku cemburu. Mungkin hanya menurutku.

Pada suatu hari aku menyadari. Aku mencari sosok lain agar aku tak terjebak dalam sesuatu yang suram dengannya. Bagaimana jika kedekatanku dengannya membuahkan hasil yang gila. Bagaimana jadinya jika aku jatuh cinta. Kemudian kami merenggang. Tak ada lagi kata teman.

Pada suatu hari aku menyerah dengan jatuh cinta itu. Aku mundur. Selangkah, dua langkah, seribu langkah, sejauh-jauhnya.

Pada suatu hari dia jatuh cinta. Dia bercerita. Aku tak suka. Mungkin dia tau bahwa aku tak suka, dia tak pernah lagi berbecira tentang cintanya. Mungkin mereka telah menjalin asmara. Namun, mengapa dia tetap makan, jalan-jalan dan main denganku.

Pada suatu hari aku telah lupa pada jatuh cintaku. Aku kembali dengan teman dekatku. Kembali makan, jalan-jalan, main bersama. Tertawa bersama. Kami tak pernah ada kontak tak langsung. Tak ada sms, whatsup, BBM, chatting, apapun. Tak pernah ada. Kami bertemu, menyapa, makan, jalan-jalan, main, pulang. Esoknya, semuanya terlupakan. Seolah tak pernah ada kejadian kemarin.


Pada suatu hari aku merasa. Apa aku hanya teman saat dibutuhkan? Apa aku pasti mau jika dia yang mengajak? Apa dia datang saat kehilangan teman? Apa dia datang saat bosan? apa aku hanya pesinggahan? Aku tak pernah paham. Aku tak pernah berani mengutarakan.

Sampai akhirnya, pada suatu hari, aku berpikir. Aku memang hanya pesinggahan. Padahal aku ingin selalu berteman dengannya. Ingin tetap makan, jalan-jalan, dan main dengannya. Kadang aku berpikir, aku bukan teman yang pantas untuknya. Masih banyak temannya yang lebih dekat dengannya.

Hingga akhirnya bukan pada suatu hari, tapi detik ini, aku masih ingat jelas waktu yang kita buang bersama. Waktu yang aku luangkan untukmu. Waktu yang tak pernah mau kaubuang untukku. Waktu aku menemanimu kemanapun kau minta. Aku yang tak pernah memintamu menemaniku, karena aku tau pasti kau tak mau.Tempat-tempat yang kita habiskan bersama. Semuanya. Aku masih ingat.

Saat ini, aku sadar. Aku temanmu. Aku anggap kamu teman dekatku. Yang sangat dekat. Entah pendapatmu tentang aku. Aku tak pernah tau.

Aku ingin pada suatu hari, semuanya membaik. Semuanya indah. Kau tetap kau yang saat ini. Jangan pernah berubah.
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 23.58 0 komentar

Sabtu, 19 April 2014

Kembali bersama Mereka :)

Tadaaaa~ akhirnya, hari ini datang juga dan berakhir juga dengan pegal-pegal dan sakit yang menyerang sekujur badan. Hari ini, Sabtu, 19 April 2014 penjurian Field Commander, mainin paket GPMB kemaren dan tadi anak bassdrumnya dateng lengkap lagi. Yeaaaaay~. Ini maksudnya bassdrum squad 2013 ye~ wkwk.


walau tadi LT full section, full gendong alat, kebingungan nyari tempat gegara GSP dipakek kondangan dan purna dipakek konser, dan kemudian hujan. Bete, basah, lembab, kotor, belum lagi jas ujan ponco gue sobek kena kawat berduri, huaaaaah~ komplikated banget tadi. Malah tadi sempet berpikir, ini ntar penjuriannya gimana. Gimana ntar kalo Irfan ama Upik taunya ngga dateng gegara ujan. Ah, renacanya yang hari ini bakal jadi hari bahagia, pupus sudah. Tapi akhirnya, prasangka gue ditepis sama Allah. Makasih ya Allah. Hujannya reda, kemudian kami yang tadinya latihan di Puspar, kemudian moving ke GSP sayap selatan. Ngga beberapa lama kemudian Upik dateng, disusul Irfan. Perfect. Hari ini jadilah hari terbahagia buat gue. Ketemu dan main bareng ama anak Bassdrum squad 2013. Hal yang paling nyessss~


Satu hal yang gue kangenin dari permainan itu. 8-8-16 hahaha. Ya, walau kami bisa mainin rudiment yang 10x lipat lebih rumit dari itu, tapi gue selalu kangen 8-8-16 yang mainnya full. Kordinasinya lengkap, ngga ompong, ada yang ngisi, full sound, euuuhh~ udeeeeh. Walau cuman 8-8-16, rasanya beda. Beda banget haha


Kemudian tadi kami mainin paketnya~ paling seneng lagi waktu mainin A, rancak banget. Suka banget kan gue ama partitur frase A sampe sebelum megah. Rancak, asik, bassdrumnya apalagi wakaka. Bukan cuman itu, kami juga hampir runtru kaya kemaren, cuman banyak yang tepar alias ngga kuat wakaka. Akhirnya kami cuman main-mainan sekadar melepas rindu ke GPMB :D


Pas udah beres, ya kami biasa duduk-duduk dulu sejenak di batu-batu purna. Nyeritain hal konyol dan tolol. Gue sangat menyayangkan juga sih, kenapa gue baru merasa ada nontek ama anak bassdrum ini malah setelah GPMB? Gue punya beberapa faktor sih dari analisis gue wkwkw. Kenapa ngga dari dulu aja kebentuk nonteknya. Tapi, kata Pak Tan di kumpulan cerpen Madre karya Dee, ngga ada yang kebetulan di dunia ini. Yang terjadi sekarang ya yang udah di set dari "sono"nya. Gue juga bersyukur kok di balik kemenyesalan ini. Kalo gue udah berhubungan baik sama anak bassdrum dan nonteknya bagus dari dulu, mungkin gue ngga akan bisa move on dari mereka secepat ini. Pasti butuh berbulan-bulan buat move on. Pasti keingetan terus ama mereka. Ya, untungnya engga, gue cuman tau sedikit-sedikit sifat konyol dan tololnya mereka. Cerita waktu Natan Irfan Upik Zumar ditaro di satu kamar yang sama waktu karantina 1 di Akmil Magelang, katanya si Zumar kalo tidur kakinya ngga bisa diem haha, terus tadi dipraktekin gitu wkwkw. Terus cerita waktu Karantina 2 di Solo. Mereka juga ditempatkan di satu kamar yang sama, dan si Natan yang usil, dengan tololnya ngerjain si Irfan yang lagi mandi. Waktu doi mandi, pintu kamar mandinya dibuka ama Natan dari kamar mandi sebelahnya, dan sontak itu yang bikin ngakak ampe perut melilit-lilit rasanya. Hahahaa~ tolooool~ *udah ah, gue ngga berebti ketawa*


Ya, intinya, di balik kemasabodoan gue ke mereka, tapi sebenernya gue pengen banget mereka akur. Kami akur, punya satu rasa kangen dan bangga sama line kami dulu. Masih bisa menyempatkan main atau yang sebagainya. Intinya, hari ini kalian sukses bikin gue bahagia. Terimakasih yaaa~. Besok-besok mungkin gue ngga akan lagi banyak ngerepotin kalian. Gue bakal berhenti terlalu memabanggakan kalian, sekarang waktunya gue bikin squad yang sekarang punya kebanggaan tersendiri.


Ada dua hal mustahil yang gue angan-anganin selama dihidup gue ini. Baru dua mungkin. Pertama, gue pengen banget ketemu ama ayah gue lagi. Kedua, gue pengen maen bassdrum bareng kalian di GPMB lagi. Ya, dua-duanya mustahil. Cuman bisa ada dimimpi dan memori. Sekali lagi terimakasih ya buat lepas kangennya hari ini. Kalian tetaplah kebanggaan gue,
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 22.22 0 komentar

Ketemu Lagi Sama Bassdrum 2013 :D

Selamat malam. Lagi-lagi, blog ini cuman gue pakek sebagai sarana gue “buang” cerita yang berkesan di hidup gue *ahaha lebay*. Ya memang berkesan banget. Kenapa? Hari ini, Jumat, 18 April 2014, ada latihan buat penjurian Field Commander (FC) besok. Kami mainin paket yang kemaren walau ngga semuanya. Ya. Akhirnya, paket yang sudah sekian lama terkubur dalam ingatan dan udah digerogoti “virus” lupa dan bahkan sudah menguap bersama angin atau luntur bersama keringat, tadi dimainin lagi. Alhamdulillah, sekalian nostalgia ke masa-masa “sulit” GPMB :’) Masa-masa sulit untuk dilupakan dan sulit untuk ngga miris atau menangis saat bercerita kembali.

Tapi diantara kenangan-kenangan itu, ngga ada yang paling bikin gue “euh” banget kecuali kedatangan anak-anak Bassdrum yang lain. Iya, Natan, Irfan, Upik, dan Zumar (walau Natan ama Zumar mah tiap hari ketemu, tapi ini beda). Main paket lagi, main bassdrum lagi, berbagi beat lagi, berbagi 1/16, roll, herta dan apalah semua rudiment-rudiment yang dulu bikin berbombay-bombay, tadi kami melakukannya lagi. Walau bukan untuk GPMB, tapi setidaknya, itu membangkitkan lagi semangat dan motivasi gue buat datang latihan.

Tadi, banyak yang ngegodain gue. Mungkin mereka bakal ngira gue akan nangis terharu atau apa gitu, karena sifat gue yang kepalang lebay dan kadang mendramatisir. Iya, memang ada semacam gundukan emosi bahagia, senang, campur haru gimana gitu di dalam dada, tapi ngga bisa gue keluarin sembarangan. Cuma bisa gue pendem karena cuma gue yang bisa merasakannya. Aura-aura kebanggaan gue tadi muncul lagi. Iyalah, gue mah selalu bangga ama temen-temen bassdrum squad 2013 gue. Serius. Kalo lagi ngumpul ama mereka kadang gue ngejabarin apa-apa aja yang bisa dibanggain dari kami. Walau terkesan rada sombong, tapi itu bukan kesombongan. Itu kebanggaan yang belum bisa ditandingi oleh apapun. Mungkin bakal ada juga squad bassdrum yang bisa terbanggakan lebih dari ini. Aamiin. Gue harap ada, secepatnya J

Duh, apalagi ya, perasaan tadi gue banyak merencanakan tulisan haha, jadi lupa, kan.

Ya, akhirnya setelah lama berpikir, gue bener-bener lupa apa yang mau gue tulis lagi. Intinya hari ini gue seneng~ temen-temen bassdrum gue datang semua tadiiii~ *walau Irfan datengnya abis maghrib*, seneng bisa ngumpul dan main paket lagi ama mereka. Kangen tololnya mereka~. Oia, dulu gue punya harapan dan janji gitu kan, semoga gue bisa main paket bareng mereka lagi, dan kalo hal itu kejadian, gue bakal seneng banget, dan mungkin bakal gue peluk satu-satu dari mereka. Iya, pada akhirnya gue seneng, tapi ngga meluk-meluk juga. Cuman yaitu tadi, ada semacam gundukan kebahagian yang ga bisa diluapkan sembarangan.  Kapan itu bakal terjadi lagi? Kapan bassdrum akan main secara “baik dan benar” lagi. Kapan lagi gue bisa merasa jadi anak bassdrum seutuhnya. Cuman sama mereka rasa itu ada. Rasa jadi anak bassdrum seutuhnya.


Huaaaah *menghela nafas dalam-dalam* semoga besok akan lebih baik dari hari ini. Sampe kapanpun gue selalu bangga sama mereka. Ngga ada lagi *atau mungkin gue aja yang belum nemu* kata-kata yang bisa mewakili dan menggambarkan rasa bangga ini. Dan mungkin cuman gue yang merasakan. Dan mungkin cuman gue yang bersikap lebay. Sekali lagi. Hari ini gue merasa hidup kembali. Gue merasa jadi anak bassdrum lagi. Gue bangga jadi anak bassdrum. Gue bangga ama mereka. Selamat malam, partner. Besok kita ketemu lagi, ya~ senang bisa main paket bareng kalian lagi :’)
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 00.44 0 komentar

Minggu, 13 April 2014

Namanya Nostalgia

Malam yang semakin pekat. Mc Donal Sudirman jadi tempat aku menghabiskan sisa malamku *mungkin* menemani rekan yang biasa kutemani, Kiki, mengerjakan tugasnya. Untuk membunuh rasa bosanku kelak, aku membawa "bekal" novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Ayu Utami. Terpukau. Rasanya aku ingin benar-benar menyelam bersama kehidupannya. Namun mustahil. Semua orang punya porsi. Itu yang bisa aku ambil dari limapuluh lembar pertama novelnya.


Ini bukan tentang novel Ayu Utami, atau bukan rekan yang biasanya kutemani, Kiki. Ini hanya coretan rasa membendung di hati. Perasaan nostalgia. Bertegur sapa lagi dengan orang-orang yang setahun kemarin selalu bertegur sapa denganku. Lewat sepotong pesan yang berisi pengumuman panjang, yang tak ada seorangpun diantara mereka mau membacanya sampai tuntas, bahkan di antara mereka bertanya ulang, men-SMS ulang, sekadar untuk mengetahui inti sms ku yang terlihat amat bertele-tele. Dulu, itu adalah hal yang menjengkelkan, tapi sekarang, siapa yang tahu, aku tertawa cekikikan, mengingat kegiatan rutin tempo lalu itu terulang lagi.

Menjarkom. Namanya jarkom. Aku sangat senang jika ada atasan yang memberiku tugas untuk menghubungi teman-teman squad 2013 dulu. Sangat senang, akhirnya, akulah orang pertama yang menjalin komunikasi lagi dengan mereka yang memutuskan untuk keluar dari rutinitas kemarin. Senang rasanya jika aku menanyai kabar mereka, tanggapan mereka, dan respon mereka. Bermacam-macam memang tanggapan yang ada. Ada yang ketus, ada yang excited, ada yang biasa saja, bahkan ada yang tak merespon sama sekali. Itu memang tanggapan yang biasa aku alami setahun kemarin, rutin sekali. Namun, setelah semua roda berputar dan semua keadaan berproses, aku harus menerima kenyataan, aku harus mengakhiri semuanya. Terpaksa sekali. Aku harus merelakannya.

Terhitung sejak tanggal 3 April. Aku resmi melepas rutinitasku. Sejak saat itu, aku hidup dalam nostalgia basi. Kini, seharusnya aku tak lagi mengungkit kejadian pahit itu. Tak lagi menangisi hal basi yang nantinya tangisan itu bakal aku tertawakan.

Kemudian malam semakin malam, aku sibuk berkutat dengan sosial mediaku, sementara rekan yang biasa kutemanipun sibuk berkutat dengan tugas refleksi wisata luar negeri dalam terapannya di dalam negeri. Kami benar-benar sibuk dengan layar masing-masing, walau sesekali kami bertanya, diam, atau sekadar menenggak minuman yang tadi telah dipesan *walau aku tak bisa menenggaknya lagi karena sudah habis*

Ini bukan sebuah ketikan yang penting. Namun, aku berusaha menahan emosi dan airmata lewat tulisan murah ini :')


McD Sudirman, dengan tawa anak-anak yang bikin muak
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 20.41 0 komentar

Rabu, 09 April 2014

Firasat

Kemarin
Kulihat awan membentuk wajahmu
Desau angin meniupkan namamu
Tubuhku terpaku semalam

Bulan sabit
melengkungkan senyummu
tabur bintang serupa kilau auramu
akupun sadari ku sedang berlari

Cepat pulang
Cepat kembali jangan pergi lagi
Firasatku inginkan kau tuk cepat pulang
Cepat kembali jangan pergi lagi

Alirnya
bagai sungai yang mendamba samudra
ku tau pasti kemana kan ku bermuara
semoga ada waktu, sayangku

Ku percaya
Alamupun berbahasa
Ada makna di balik semua pertanda
Firasat ini rasa rindukah ataukah tanda bahaya
Aku tak perduli, ku terus berlari

Cepat pulang
Cepat kembali jangan pergi lagi
Firasatku ingin kau tuk cepat pulang
Cepat kembali jangan pergi lagi

Dan lihatlah sayang
Hujan turun membasahi seolah luber air mata

Cepat pulang
Cepat kembali jangan pergi lagi
Firasatku ingin kau tuk cepat pulang
Cepat kembali jangan pergi lagi

Akupun sadari, engkaulah firasat hati


-Marcell/Rectoverso-Firasat-
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 09.17 0 komentar

Minggu, 06 April 2014

Izinkan Aku Menyayangimu

Andai kau izinkan, walau sekejap memandang
Kubuktikan kepadamu, aku memiliki rasa
Cinta yang kupendam, tak sempat aku nyatakan
Karena kau t'lah memilih, menutup pintu hatimu

Izinkan aku membuktikan
Inilah kesungguhan rasa
Izinkan aku menyayangimu

Sayangku, oh, dengarkanlah isi hatiku
Sayangku, oh, dengarkanlah isi hatiku

Cinta yang kupendam, tak sempat aku nyatakan
Karena kau tlah memilih, menutup pintu hatimu

Izinkan aku membuktikan
Inilah kesunngguhan rasa
Izinkan aku menyayangimu

Bila cinta cinta tak menyatukan kita
Bila kita tak mungkin bersama
Izinkan aku tetap menyayangimu


-Iwan Fals-


Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 22.22 0 komentar

Sabtu, 05 April 2014

Open your eyes, Baby :)

Lagi-lagi malam ini saya ngga bisa menggunakan blog saya ini dengan baik dan benar. Ya, saya kembali menuangkan curahan hati saya di sini. Entah kenapa saya suka melakukan ini, mungkin saya masih percaya tentang "bacaan membuka memori" tapi sejujurnya ini bukan salah satu memori yang menyenangkan. Ini sebaliknya.

Kemarin, saya mem-posting sesuatu yang amat sangat ngga enak dibaca. Terkesan sampah, pasar, kumuh, ngga berpendidikan, atau apapunlah itu namanya, tapi ya memang kenyataannya seperti itu.

Saya sedang dilanda kegelisahan. Kegelisahan yang cukup mendalam. Saya punya perasaan yang mengganjal, mengganjal sekali. Saya mulai ngga suka sama perilaku salah seorang teman saya karena sesuatu yang ngga bisa saya jelaskan di sini. Awalnya, saya merasa, mungkin hanya saya yang merasa demikian. Berhubung saya juga tipe yang punya pandangan tersendiri mengenai banyak hal, dan saya ngga pernah minta pendapat orang lain tentang perspektif tersebut, jadi saya ngga bicara kepada siapapun, kecuali ke dua orang, dengan niat hanya sekadar curhat. Saya sangat ngga suka *bukan kurang suka* dengan sikapnya, itu membuat saya gerah dan geram. Ya mungkin itu adalah sikap yang baik buat dia. Tapi, oh God, dia sama sekali ngga pantas melakukan hal itu. Menurut saya, hal itu cuman dilakukan oleh pelacur! Berlebihan memang, tapi pada kenyataanya sikap diapun berlebihan. Saya jadi tak kenal lagi dengannya. Sama sekali tak kenal. Sama sekali, seperti dulu, saya ngga peduli kalo ternyata saya punyateman seperti dia, padahal dia baik dan cantik. Saya dulu dekat sekali dengannya, tapi setelah dia bersikap seperti itu, bersikap seperti perempuan jalang, saya jadi sama sekali seperti tak pernah mengenal dia. Saya sering berusaha untuk memulai terlebih dahulu, mengajak bicara, makan, dan melakukan apapun seperti biasanya. Namun, kegerahan dan kegeraman saya nggareda, malah saya merasa naif dan munafik. Seperti menjilat ludah sendiri. Ya, akhirnya saya putuskan untuk memberi jarak dulu dengannya. Sampai batas waktu yang tak bisa ditentukan.

Entah saya bisa mengubah sikapnya lagi atau tidak. Saya merasa saya bukan siapa-siapa baginya, saya tak punya hak untuk membatasi sikap seseorang dan mungkin menurutnya, sikapnya selama ini adalah hal yang biasa saja dan hanya orang tolol yang merasa hal itu aneh.

Ya, itu kembali lagi pada dia. Itu adalah cara hidup dan jalan pikiran dia. Perspektif saya dan perspektif dia jelas berbeda. Menurut saya baik, menurut dia belum tentu, begitu pula sebaliknya.

Yang saya takutkan, saya tak mau lagi kehilangan teman hanya gara-gara hal konyol ini. Saya mungkin harus jujur suatu saat nanti. Saya harus jujur, bahwa dia sekarang ini tak ubahnya seperti seorang perempuan jalang. Apakah anda merasa? Apakah orang yang saya maksud membaca? Tak usah bersedih, ini hanya perspektifku dan tak ada yang tau, hanya aku, Tuhan, dan sekurangnya tiga orang yang tau :)
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 00.30 0 komentar

Kamis, 03 April 2014

Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya debu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikanya tiada

-Sapardi Djoko Damono-



Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 15.14 0 komentar

Beribu "CIH" dari gue. Mamam noh!

Sampah banget ngga sih ini blog gue isinya cuman curhatan ngga mutu doang -_- ya abisnya gue udah ngga tau lagi harus cerita ke siapa *walaupun kalo gue mau cerita pasti banyak yang dengerin* ehm, ya emang banyak yang dengerin, tapi bukan masalah itu. Ini terlalu privat buat gue ceritain ke khalayak ramai *tololnya, ini malah sosial media yang siapapun bisa mengakses dengan mudahnya*. Kenapa gue milih di blog, biasanya ngga ada yang baca, kalopun ada, pasti ngga tertarik atau bahkan ngga ngerti :D

Gue gatau ada apa dengan gue. Gue selalu gedhek, dongkol, jengkel, pengen jambak rambutnya, pengen nyolok matanya, pengen robek mulutnya, rrrrr~ pokonya kalo gue ketemu dia gue kesel, gondok, sebel, apapun namanya, pokonya itu deh!

Kenapa? karena errrr~ dia gatel bangeeeeet~ serius. Gue ngga paham, apa ini yang namanya cemburu, tapi kayanya ngga deh, gue udah mulai ngga suka ama si doi, malah akhir-akhir ini gue sadar kalo gue ngga mau punya hubungan keterikatan dengan siapapun. Gue cuman dongkol  aja~ karena dia gatelnya luar biasaaa~ minta banget digarukin.

pengen banget gue jelasin di sini, tapi ngga mungkin -_- ya intinya dia gatel setengah mati !!

Ibaratnya ada cewek muslimat, taat beragama, ngga pernah bohong, rajin mengaji, solat, puasa, zakat, tapi kelakuannya jalang banget. Nah itu~ bayangin aja kalo ada orang kaya gitu. Emang kenyataannya ada *tapi cuman gue yang ngerasain dan gue sendiri yang gedhek* Ya, what ever lah, pokonya gue ngga suka kalo dia goda-godain cowo lagi, apalagi deketin temen-temen gue, hellooooow~ siapa ya? mau sok-sokan gabung sama orang-orang kece, sampe kapanpun gue ngga akan pernah nganggep dia bagian dari temen gue walaupun nanti dia udah jadian ama cowo yang dia puja-puja  itu, cih ! Murah lo!


*tapi abis ini gue istighfar kok*


ya intinya gue lagi males, sama temen yang pernah akrab banget sama gue. Jalan pikiran gue emang ala-ala anak labil banget, tapi di mata gue, di bener-bener the real jalang, cewe murah yang mengemis-ngemis cintanya seseorang, cih! Makan noh si anu! Abisin, jangan di lepeh lagi!
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 00.10 0 komentar

Selasa, 01 April 2014

Bukan untuk Itu, tetapi untuk Ini :)

Gue udah berkecimpung di dunia marching band sejak SMA. Bukannya mau gimana-gimana, cuman mau share pengalaman, ya walaupun di SMA gue ngga mumpuni dalam bidang apapun haha. Iya, semua temen-temen gue tau kalo gue emang suka banget berada di lingkungan marching, itu mungkin kalimat yang pas buat gue. Gue bukan maniac marching *karena dari SMA kelas satu sampe kuliah semester 4 gue di marching mulu*. Kalo maniak itu pasti jago, lha gue, emang ngga punya keinginan buat jago juga sih wkwk. Ya kalo dipikir-pikir rada sia-sia juga gue ngelakuin itu tanpa menyandang kata "jago" tapi emang pada kenyataannya gue ngga pengen. Gue cuman suka di lingkungan marching aja haha.

Hmm~ kali ini gue mau cerita sesuatu. Tentang pemarchingan yang gue geluti ini. Setelah gue telaah, semua temen gue, dari mulai Uni, Paul, temen SMA kelas 1, kelas 2, kelas 3, sampe temen sejurusan, mereka mengajukan pertanyaan yang sama dan itu agak sulit untuk dijawab, karena pada hakikatnya, jawaban itu ngga akan memuaskan kecuali dirasakan sendiri. Itu menurut gue. Jadi pertanyaan mereka adalah:

"Sebenernya lu kalo ikut Marching Band dapet apa sih, Tik/Tun/Je?"
"Kalo lomba lu dapet duit berapa?

Itu dua pertanyaan yang W O W, super duper gue ngga bisa langsung jawab "A" atau "B" tapi harus melalui penjelasan yang cukup panjang. Mungkin bagi orang-orang yang kurang mengerti marching atau hanya melihat marching dari luaran aja, marching itu hal sia-sia. Panas-panasan, dimarahin pelatih, dituntut menghapal materi dengan cepat, latihan jor-joran sampe malem, latihan *yang keliatannya* tiap hari, ngga bisa bangun pagi, kuliah telat mulu atau bahkan ngga masuk, IP jelek, bahkan lama lulus *buat di Universitas* Gue ngga menyalahkan kegiatan itu, semuanya memang benar. Semuanya nyata. Tapi, ada sesuatu dibalik itu semua, yakin deh !

Iya, memang dalam perlombaan marching, jarang *bahkan ngga ada* kejuaran yang feed back atau hadiahnya bersifat materi, kaya uang, voucher belanja, atau hadiah satu set alat marching baru, nggak ada kayanya. Kejuaran marching emang hadiahnya cuman tropi dan gengsi. Tapi ada hadiah yang lebih dari sekadar materi. Ada banyak pengalaman dan pelajaran yang bener-bener bisa diambil. Memang pada hakikatnya, marching itu demikian. Ngga mengharapkan uang atau imbalan.

Apa aja yang lu dapet dari marching band? Banyak, kecuali uang mungkin. Lu bisa dapet yang namanya teman. Lebih dari teman. Sahabat, Lebih dari sahabat. Keluarga. Lu bisa dapet kekeluargaan yang erat. Kalo di sekolah kami bergaul antarkelas 1,2,3, kelas IPA, IPS, atau Agama. Kalo di Universitas lu bisa kenal lintas fakultas, teknik, MIPA, kedokteran, kehutanan, hampir semuanya ada. Di sini banyak tipe orang, ada yang pendiem, pemarah, mutungan, cuek, baik, egois, dan kelakuan aneh-aneh lainnya, di marching band, kami di latih juga gimana cara treating orang-orang itu. Harus paham dan peka terhadap kepribadian temennya. Karena dalam bermain lagu atau berdisplay, semua mood pemain harus sama, ngga boleh ada yang jomplang.

Hal itu juga yang menyebabkan kita butuh kekompakan. Kami tim, bukan indivual. Senior gue sering banget bilang begitu. Jadi, kami dituntut untuk kompak, punya satu visi, punya satu misi, punya satu tujuan, punya satu pemikiran. Ada juga keseragaman. Abis kompak, kami juga harus seragam, melakukan semuanya bareng-bareng, latihan bareng-bareng, istirahat bareng-bareng, makan bareng-bareng, tidur bareng-bareng, pokonya semuanya bareng-bareng biar ngga ada kesenjangan dalam hal apapun.

Di marching band, dapet juga yang namanya kedisplinan. Kami diajarkan disiplin secara ekstra keras, sebelum latihan ada apel, setelah latihan ada apel, apel ngga boleh telat, kalo telat dapet sanksi, punya tanggung jawab buat piket, kalo piketnya ngga disiplin, latihan satu unit keganggu, disiplin dalam mainin lagu kalo temponya ngga disiplin, ngga akan bagus lagunya, disiplin waktu display, kalo ngga patuh sama chartnya, bakal tabrakan ama temennya, dan semua yang ada di dalam marching harus dilakukan secara displin.

Hal pendukung dalam disiplin adalah cak-cek atau gesit. Marching itu memang semi militer, karena sejatinya, marching band itu dulunya bagian dari militer, bahkan MBUGM dulunya bagian dari MENWA *Resimen Mahasiswa* ya memang dituntut untuk cak-cek. Kalo ngga cak-cek, bubar sudah unitnya.

Ada satu hal yang menurut gue marching banget, pengorbanan. Iya, pengorbanan, susah jelasinnya. Jadi anak marching emang harus banyak berkorban dan mengorbankan apapun. Waktu belajar, waktu senggang, waktu main, waktu pulang kampung, uang, keringat, emosi, dan semuanya. Hal ini susah buat diutarakan.

Bukan cuman main musik dan hal yang di atas aja, kami juga berorganisasi. Ada banyak acara di intern MBUGM sendiri, ada Welcome Party, Ulang tahun, PAB, PAU, atau kepanitiaan yang lain.

Dan semua kegiatan itu pasti terbawa dikehidupan sehari-hari. Karena marching, kami bisa men-treat temen di kampus yang lagi bete atau yang lagi seneng, kalo ada rapat ngga telat, lebih bisa menghargai orang lain, mungkin juga lebih supel karena di marching kami ketemu banyak orang dan banyak kenalan, dan yang lebih joss lagi adalah me-manage waktu. Walaupun kami latihan sampai malem, kami juga punya kewajiban nomer satu, yaitu kulias dan belajar. Jadi, mau ngga mau kami harus me-manage waktu.


Jelas, itu yang bakal dipake di kehidupan bermasyarakat nanti. Hal itu lebih berharga dari sekadar uang yang seperak dua perak kan? Hal itu malah jadi pondasi kami untuk ke arah sana. Kami benar-benar diajari bekerja keras. Kami emang melakukan ini cuma-cuma, murni keinginan kami sendiri, berkat adanya berbagai motivasi. Pelatihku pernah bilang, permainan marching ngga akan berguna di dunia kerja, mana ada kantor yang nerima gara-gara kamu bisa main herta, paradiddle, roll ampe 20 bar, atau juggling stick, atau niup beroktaf-oktaf, atau nge-toss flag ampe 100 bar. Serius ngga kepake lah ilmu teknisnya. Ya, dipake itu ilmu non-teknisnya.


Pelatih gue juga pernah bilang, bergabung di dunia marching juga ibaratnya kasih sayangnya orang tua ke anaknya, pernah ngga sih ada orang bilang "Eh, lu ngapain mau punya anak, cape lagi, hamilnya 9 bulan, belum lagi ngelahirinnya mati-matian, terus ngegedeinnya, nyekolahinnya, iya kalo anaknya pinter dan baik, coba kalo badung dan berandal. Ngapain juga punya anak, ngga akan ngasilin profit apapun" ada sih yang pernah bilang kaya gitu? Ngga ada kan? kalopun ada, orang itu pasti bilang, ya pengen aja punya anak walaupun ngga ngasih profit berbentuk materi, tapi ada sesuatu yang bisa dipetik.

Begitu juga marching, latihan tiap hari, kalo siang kepanasan, kalo malem kedinginan, dimarahin pelatih, tapi  di balik hal ngeselin itu ada banyak yang bisa diambil.

Iya, itu menurut gue tentang marching band dan alesan gue kenapa betah berkecimpung di dunia marching. Bukan untuk materi tapi untuk kepuasan hati :)

#salam buat seluruh insan marching yang ada di Indonesia. Ngga usah berkecil hati atau marah kalo ada yang mencemooh atau sebagainya. Hal itu karena mereka yang mencemooh tidak pernah tau dengan tepat apa yang sebenarnya ada di dalam dunia marching :)


Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 21.12 1 komentar

Sabtu, 29 Maret 2014

Semoga bisa ditepis, Aamiin :)

Malam minggu di sekre MBUGM. Ngga ada kegiatan yang lebih berkualitas lagi selain ngenet di sini. Sehabis latihan terpadu atau LT, gue ngga kemana-mana selain kesini. Ngga ada kerjaan jugak. Ngga tau harus cerita apa dan darimana. Masa mau ceritain anak bassdrum lagi. Bosen ah, pengen cepet-cepet move on. Ehm, mungkin bakal cerita sedikit tentang anak bassdrum yang baru atau bahkan gue bakal cerita tentang squad battery baru, 2014.

Iya, sejak GPMB, kemudian pergantian rezim *halah* battery juga punya pucuk-pucuk dan calon-calon kecambah bermutu *atau bahkan tidak :p* Pelatihnya juga ganti lhoo, pelatihnya bukan lagi Mas Dyas, tapi Mas Samy hihihiw, si hitam kulit keriting rambut yang kemaren mendadak jadi artis *karbitan :p* Oke, mungkin gue bakal sedikit memaparkan squad battery yang sekarang.

Jadi, di Bassdrum *line yang paling gue banggakan* ada gue di bassdrum 1 *teteup* ada Ivan Leofarrell di bassdrum 2, ada Vita di bassdrum 3, dan ada Galih di bassdrum 5. Iya, kami masih berempat. Semoga mas pelatih segera menemukan ceceran tambatan jantung kami deh, gue mungkin ngga akan pernah punya feel lebih kaya di squad kemaren, karena yang sekarang bassdrumnya bolong :') Banyak pengharapanku di line yang sekarang, ya walaupun ngga lengkap, tapi gue punya sebiji dua biji mimpi lah. Gue pengen bassdrum yang sekarang lebih solid dari yang kemaren, walaupun pada akhirnya, kami benar-benar ngga punya bass 4 tapi itu bukan suatu alasan kami ngga bisa, Iya ndak ;)

Lalu di snare ada Natan, Dewi, Ikha, Irna, Lala, dan Ana. Iya, Natan, temen se line gue dulu dipindah ke snare, ya mungkin teknisnya di snare lebih mumpuni dibanding di bassdrum atau gimana lah. Nah, uiknya line ini di squad sekarang, anak-anaknya cewe semua kecuali Natan, haha hebat yaaa~ semoga hijabers ini bisa ngimbangin teknisnya senior yang lain ;)

Di tom ada Nisot, Rifqi, Wesley, dan Zumar. Nah, ini juga temen se line gue dulunya. tapi ya di pindah juga. Banyak kemungkinan kok, yang tau pasti alasannya ya cuman orang-orang atas, gue ngga mau sotoy :

Nah, di Cymballs ada Aris, Bang Farid, Weli, Febi, Mimi, dan Aji. Iya, ini Aji yang dulu main tom dan dipindah juga.

Banyak harapan gue di squad yang sekarang. Di squad yang sekarang juga gue mencoba legowo dan berlapang dada, mungkin di mata gue, sekarang ini banyak banget kekurangannya. Tapi, semoga aja di balik paradigma subjektif gue tersimpan banyak pelajaran :)

Ngga tau musti ngetik apa lagi. Mungkin ini dulu. Mungkin besok-besok gue lanjutin dan gue tambahin lagi.

Selamat malam minggu, wahai sekelompok orang yang masih tersembunyi kepribadiannya *atau jangan-jangan gue yang ngga peka dan ngga paham* semoga semua pikiran negatif gue bisa kalian tepis. Aamiin :)
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 19.46 0 komentar

Kamis, 20 Maret 2014

Belum Sanggup Move On

Entah kenapa, aku benar-benar merasa kehilangan kalian. Banget, banget, banget. dari 100%, aku merasa 75% kegiatanku adalah kalian. Mungkin ini kedengerannya lebay. Banget, banget. mungkin kalian nganggep aku sok mendramatisir. Nggak. Ini beneran. Aku sudah terbiasa membagi detak jantung, membagi nafas, membagi langkah, membagi keringat dengan kalian. Membagi hujan, membagi terik, membagi emosi, membagi beat dengan kalian. Berat banget rasanya menerima kenyataan seperti ini. Padahal kalian ngga kemana-mana, kalian ada, masih disekitarku. Bedanya, kalian udah ngga melakukan aktivitas yang sama dengan yang kemarin, sedangkan aku masih. Aku kira regenerasi itu mudah dan seru. Tapi nyatanya, regenerasi itu susah dan pilu. Demi Tuhan, baru sekali ini aku nangis-nangis karena kehilangan kalian.  Mungkin hanya aku yang merasa kehilangan seperti ini. Kalian nggak. Aku yakin kalian cowo-cowo macho, ngga mungkin nangis cengeng malem-malem, ngegalau sambil ngetik dan blogging. Ngga mungkin, cuman aku yang ngelakuin ini. Aku nggatau apa sebabnya. Apa aku sangking ngga ada kerjaannya sampe nangisin kalian. Fuck banget ngga sih, aku bener-bener kehilangan kalian. Ngga ada lagi Natan yang ngeselin, ngga ada lagi Irfan yang ngurusin kampungnya, ngga ada lagi Upik yang diving sakit, ngga ada lagi Zumar yang diem di ujung sana. Aku harus melanjutkan sendirian. Natan dipercaya ke snare. Zumar ke Tom. Kalian hebat. Kalian memang mau kesana, kan? Upik ama Irfan sibuk dengan urusan masing-masing. Aku cuman bisa ngucapin selamat, usaha kalian berbuah amat manis J Aku masih stay di lini tempat kita berbagi beat dulu. Aku sendirian, tanpa goblok dan tololnya kalian. Iya, ini namanya regenerasi.

Semalam, 19 Maret 2014, sehabis ritual, hati aku benar-benar kalut. Ngga tau kenapa. Kaya ada yang ngganjel. Dulu, kalo aku ngalamin hal kaya gini, aku pasti lari ke Mas Dyas. Sekarang udah ngga lagi. Harus ke Mas Samy, tapi ternyata dia enak banget buat cerita. Mas Samy terbuka, aku sering ngocol ama dia. Kalo dulu Mas Dyas pendiem, tertutup, ngga asik mau bercanda juga, apalagi mau curhat. Tapi dulu aku harus ke dia, karena dia yang tau masalah teknis dan nonteknis anak battery. Sekarang sama Mas Samy. Iya, aku cerita ama Mas Samy. Aku bilang, aku harus cerita sesuatu, tapi aku ngga tau mulai darimana. Pada akhirnya aku menemukan titik temu kesedihan dan kegalauanku. Aku belum bisa move on dari squad bassdrum 2013. Aku masih belum menerima sepenuhnya kenyataan ini. Masih belum seutuhnya percaya sama mereka. si A yang kayanya bakal sibuk. Si B yang punya jadwal segudang, si D yang bakal sibuk juga. Mana belum ada yang berperan jadi C. Sedih. Harus ompong lagi. Mungkin ini baru awal. Baru start mungkin seiring berjalannya waktu mereka akan bisa kaya Natan Irfan Upik Zumar. Aamiin. Aku reflek menangis. Mungkin itu himpunan rasa sedihku. Himpunan dan wujud dari segala bentuk kehilangan ini. Air mata. Di batu-batu, niatnya aku cerita berdua sama Mas Samy, tapi anak-anak 31 yang lain pada ngerubungin :’) aku cerita, aku belum sepenuhnya percaya. Tapi, Mas Samy menguatkan. Ya, aku yakin aku pasti bisa survive mau gimana anak-anak sekarang di besok, mau ngga mau aku harus survive. Aku pasti kuat, aku pernah mengalami pressing  yang sangat presure dan alhamdulillah, nyatanya aku malah merasa kehilangan. Mungkin, di tahun depan aku juga akan mengalami hal ini lagi, nangisin kalian, teman-teman baru.

Aku mau lihat, atmosfer yang jelas berbeda ini akan seperti apa besok. Tanpa dia, tanpa mereka, tanpa orang-orang yang biasa kusapa. Ini sangat subjektif dan egois rasanya. Tapi ini memang sedang melanda aku.

Pagi ini, 20 Maret 2014, aku masih di depan layar dan bilah huruf. Mencoba mengobati dengan menuangkan segala rasa kosong, hampa, dan sakit ini sambil ditetesi air mata. Rasanya, jika aku bertemu dengan kalian lagi aku pengen peluk kalian satu persatu. Jika aku punya kesempatan untuk berbagi beat lagi mungkin aku akan bersyukur J

Aku terlalu bangga sama kalian. Tapi kebanggaan ini cuman cukup sampai ke kebanggaan. Ngga ada aksi lanjut. Kalian sudah ngga lagi berjuang sama aku.  GPMB beres. Sedih, jelas. Tapi ngga bisa nangis. Cuman nyesek yang berkepanjangan. Akhirnya ada JAM. Kita main lagi. Main lagi. Dan setelah main, setelah pengumuman, aku mulai berfikir perjuangan dan kebersamaan kita cuman sampai di sini. Sedih banget. tapi itu, aku cuman nyesek dan ngga bisa menerka perasaan nyesek karena apa sebenernya. Sampai akhirnya, semalam, saat ritual, aku menemukan konsep kegundahan dan kesedihanku. Aku tak kan bisa move on dari kalian dengan mudahnya. Tidak akan pernah. Ini mungkin yang namanya chemistry. Walau dari awal aku sama Natan berantem dan gelut mulu, Upik Irfan ngilang mulu, kadang Natan ama Zumar berspekulasi sendiri tentang chart display. Upik Irfan yang di bully abis-abisan gara-gara ngga pernah dateng. Irfan yang lebih di bully karena lama ngapalin partitur dan chart, tapi dari situlah, semua aktivitas dan keseharianku dimulai. Dari goblok dan tololnya kalian, hal itulah yang sebenernya terasa hilang. Ah, mesti banget ya gue bahas ini lagi. Mungkin sekarang yang harus aku lakukan adalah bangkit, berusaha, dan berdoa. Kalian, doakan aku juga yaa~ Aku akan selalu ingat kata Mas Dyas dan Mas Samy, ini namanya regenerasi, tiap squad, tiap tahun akan merasakan yang fucking kaya gini. Setiap tahun pasti bakal seru. Bakal seru tapi keseruannya berbeda. Aku akan olah dan telaah kata-kata itu berulang-ulang sampai aku sadar dan ngga melakukan hal goblok ini lagi. Aku bakal terus berusaha.

Buat manusia-manusia bodoh yang aku tangisi malam ini. Makasi yah, udah bikin aku nangis dan bikin aku merasa kehilangan kaya gini. Kalian ngga ada duanya, satu aja tololnya ngga ketulungan apa lagi kalo pada ada dua haha *apalagi Irfan ama Upik –hehe pis, boy ._.v-* Kalian benar-benar ngasih aku banyak pelajaran. Banyak banget. Semoga sukses ya dengan urusan kalian masing-masing. Kapan-kapan main bassdrum lagi ya~ ingat kan, kita adalah squad baassdrum lengkap satu rotasi dari latsar sampai GPMB! Kita hebat! Kalian hebat! Aku bangga sama kalian. Bangga banget!


Sedikit kenang-kenang tentang kalian





“Seberapa hebatkah untukku banggakan
cukup tangguhkan dirimu untuk slalu ku andalkan
mampukan kau bertahan dengan hidupku yang malang
sanggupkah kau menyakinkan disaat aku bimbang
Celakanya hanya kaulah yang benar-benar aku tunggu
hanya kaulah yang benar-benar memahamiku
Kau pergi dan hilang kemanapun kau suka
Celakanya hanya kaulah yang pantas  untukku banggakan
Hanya kau yang sanggup aku andalkan
diantara perih aku slalu menunggumu
Mungkin kini kau tlah menghilang tanpa jejak
mengubur semua indah kenangan
tapi aku slalu menunggumu di sini
bila saja kau berubah pikiran” –SO7/ Seberapa Pantas- 
Diposting oleh Fraintika Anggraeni di 17.28 0 komentar
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Blog Design by Gisele Jaquenod